ANALIS MARKET (19/9/2024) : Ada Potensi Peningkatan Demand terhadap SBN Berdenominasi Rupiah
Pasardana.id - Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, pada sesi perdagangan kemarin, harga Surat Utang Negara (SUN) mengalami apresiasi.
Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) turun sebesar 3 basis poin ke level 6,37%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) turun 1 basis poin ke level 6,53%.
Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun sebesar 1 basis poin ke level 6,56%.
“Level yield curve SUN 10-tahun saat ini masih in line dengan estimated range kami untuk minggu ini, yaitu di kisaran 6,47 - 6,66%,” sebut analis BNI Sekuritas dalam riset Kamis (19/9).
Sedangkan volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp19,7 triliun kemarin, lebih rendah dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp25,5 triliun.
FR0104 dan FR0097 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing - masing sebesar Rp2,7 triliun dan Rp1,9 triliun.
Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp947,9 miliar.
Sementara itu, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 17-18 September 2024 memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 6,00%.
Terkait ruang penurunan suku bunga kebijakan ke depan, BI akan menyesuaikan dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah, nilai tukar Rupiah yang stabil dan cenderung menguat, serta pertumbuhan ekonomi yang perlu terus didorong agar lebih tinggi.
Adapun data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS ditutup di level Rp15.335/US$, tidak berubah dibandingkan dengan level di hari sebelumnya.
Dari eksternal, US Federal Reserve memangkas Federal Funds Rate (FFR) sebesar 50bp pada FOMC Meeting yang diselenggarakan pada 17-18 September ini.
The Fed telah cukup yakin inflasi akan bergerak secara berkelanjutan menuju target 2% mereka.
The Fed juga menyatakan akan berkomitmen untuk mendukung target maksimum employment dan mengembalikan inflasi ke target 2%.
Pada Summary of Economic Projection (SEP) terbaru, the Fed mengantisipasi laju inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat.
Di sisi lain, the Fed juga mengantisipasi angka unemployment rate yang lebih tinggi dibandingkan SEP Juni yang lalu.
Terkait FFR, the Fed merevisi ke bawah proyeksi FFR untuk akhir tahun 2024 mereka dari 5,1% pada SEP Juni lalu menjadi 4,4%.
Dengan pemangkasan 50bp pada FOMC kemarin, diperkirakan the Fed masih mengantisipasi pemangkasan sebesar 50bp di sisa tahun 2024 ini.
Indikator global menunjukkan sentimen yang cenderung negatif untuk pasar obligasi, tergambar dari peningkatan yield US Treasury (UST).
Yield curve UST 5-tahun meningkat sebesar 3bp dari hari sebelumnya menjadi 3,47%, dan yield curve UST 10-tahun meningkat sebesar 5bp menjadi 3,70%.
Sementara Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia bertahan di level 67bp.
“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang didiskusikan di atas, kami melihat adanya potensi peningkatan demand terhadap instrumen SBN berdenominasi Rupiah. Berdasarkan valuasi yield curve, kami memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0081, FR0040, FR0086, FR0082, FR0054, FR0058, FR0045, FR0050, FR0079,” sebut analis BNI Sekuritas.