ANALIS MARKET (08/10/2024) : Ada Potensi Peningkatan Volatilitas Harga dan Yield SBN Berdenominasi Rupiah
Pasardana.id - Riset harian fixed income MNC Sekuritas Harga Surat Utang Negara (SUN) mengalami pelemahan pada perdagangan hari pertama pekan ini.
Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) naik sebesar 14 basis poin menjadi 6,51%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) naik sebesar 9 basis poin menjadi 6,73%.
Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) naik sebesar 8 basis poin menjadi 6,73%.
Level yield curve SUN 10-tahun saat ini masih in line dengan estimated range minggu ini, yaitu di kisaran 6,51%-6,78%.
Sedangkan volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp30,8 triliun kemarin, lebih tinggi dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp20,2 triliun.
FR0103 dan FR0097 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing - masing sebesar Rp7,4 triliun dan Rp5,7 triliun.
Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp2,8 triliun.
Di sisi lain, data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah 1,3%, bergerak dari level Rp15.485/US$ di hari Jumat menjadi Rp15.687/US$.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2024 sebesar US$149,9 miliar, tidak banyak berubah dibandingkan posisi pada akhir Agustus 2024 sebesar US$150,2 miliar.
Posisi cadangan devisa pada akhir September 2024 setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
Posisi Cadangan devisa tersebut juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Dari eksternal, eskalasi tensi geopolitik di kawasan Timur Tengah menyebabkan kekhawatiran akan supply minyak global, tercermin dari peningkatan harga Brent Crude Future yang meningkat sebesar 3,7% dari hari sebelumnya menjadi US$80,93 per barrel.
Indikator global menunjukkan sentimen yang cenderung negatif bagi pasar obligasi, terlihat dari peningkatan yield US Treasury (UST).
Yield curve UST 5-tahun meningkat sebesar 5bp menjadi 3,86%, dan yield curve UST 10-tahun meningkat sebesar 5bp menjadi 4,03%.
Sementara itu, Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia bertahan di level 68bp.
“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang didiskusikan di atas, BNI Sekuritas melihat adanya potensi peningkatan volatilitas pada harga dan yield instrumen SBN berdenominasi Rupiah. Berdasarkan valuasi yield curve, kami memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0040, FR0086, FR0101, FR0100, FR0068, FR0080, FR0103, FR0045, FR0075, FR0098,” sebut Head of Fixed Income BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Selasa (08/10).