ANALIS MARKET (08/01/2021) : Pasar Obligasi Berpotensi Melemah Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi kembali mengalami penurunan meskipun yang turun obligasi berdurasi 5, 10y, dan 20y.

Namun yang menarik obligasi yang baru saja keluar, FR 88 dengan durasi 15y justru mengalami kenaikkan. Wow banget kan pemirsa!

Meskipun kami melihat minimnya nominal outstanding membuat pelaku pasar dan investor memburu seri tersebut. Kami melihat ada potensi yang masih terbuka lebar bagi pasar obligasi untuk mengalami kenaikkan. Namun tidak ada kenaikkan yang terjadi terus menerus.

Penurunan ini akan menjadi penurunan yang terbatas apabila resiko akibat adanya lockdown partial yang akan dilakukan mulai hari Senin secara resiko mengalami penurunan.

Namun tampaknya penurunan masih akan terus terjadi, karena dengan adanya lockdown, potensi pemulihan perekonomian berpotensi terganggu hal ini yang membuat pelaku pasar dan investor meminta imbal hasil yang lebih tinggi.

Sejauh ini kami belum mampu mengukur sejauh mana dampak yang terjadi secara psikologis terhadap pasar.

Selama pasar memiliki toleransi, kami yakin pasar tidak akan terlalu terkena dampaknya. Keyakinan terhadap ekspektasi dan harapan akan pemulihan ekonomi menjadi lebih penting saat ini, dan itu tergambar dengan apa yang terjadi di Amerika.

Selama fundamental ekonomi kuat, maka seberapa massif penyebaran wabah virus corona, kehadiran vaksin akan menguatkan ekspektasi tersebut.

Kami melihat imbal hasil obligasi masih memiliki potensi untuk mengalami kenaikkan dalam kurun waktu 2 – 3 minggu mendatang, namun akan kembali mengalami penurunan setelah PSBB ketat yang dilakukan usai.

Sejauh ini pelaku pasar dan investor melihat indicator secara makro ekonomi masih dalam batas yang bisa di toleransi, yang menjadi pertanyaannya adalah apakah bisa ekspektasi dan harapan menahan keyakinan pemulihan ekonomi tatkala penyebaran wabah virus corona membuat sejumlah negara melakukan lockdown yang berpotensi ekonomi mengalami kontraksi? Well kita nantikan jawabannya tahun ini ya.

Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Jumat (08/1) pagi ini, pasar obligasi akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas untuk obligasi berdurasi 5y, 10y, dan 20y. Namun menguat untuk obligasi berdurasi 15y.

“Kami merekomendasikan jual,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (08/01/2021).

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;

1.JEPANG BERTAHANLAH

Pada akhirnya, kemarin Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga telah mengumumkan keadaan darurat untuk daerah Tokyo dan sekitarnya. Hal tersebut dilakukan oleh Suga sebagai salah satu langkah untuk mencegah penyebaran wabah virus corona yang mengalami peningkatan. Pengumuman keadaan darurat tersebut meliputi ibu kota dan prefektur sekitarnya seperti, Kanagawa, Saitama, dan Chiba. Suga juga mengatakan bahwa penetapan situasi dan kondisi darurat tersebut akan memberikan dampak terhadap perekonomian. Pengumuman kondisi darurat tersebut akan berlaku hingga 7 February 2021 mendatang. Situasi dan kondisi darurat yang terjadi di Jepang tampaknya hampir sama dengan beberapa negara di Uni Eropa. Meskipun begitu, kami melihat lockdown saat ini tidak akan seketat seperti lockdown pertama kali untuk memberikan nafas atau ruang kepada perekonomian untuk mengalami kebangkitan tahun 2021 ini. Gelombang infeksi saat ini tampaknya jauh lebih buruk dari yang bisa dibayangkan, dan Suga akan berusaha untuk mengatasi gelombang tersebut. Dan untuk mengatasi hal tersebut, Suga tidak sendirian. Suga meminta kepada masyarakat untuk menerapkan batasan batasan dalam hidup bersosialisasi. Masyarakat akan diminta untuk tidak keluar rumah setelah pukul 20.00 dan bar serta restaurant akan tutup pada waktu yang sama. Pihak berwenang akan menjaga penuh ketertiban dan kepatuhan masyarakat setempat seiring sejalan dengan usaha Suga untuk mengubah Undang Undang agar didalamnya terdapat sanksi bagi usaha yang mungkin tidak mematuhi peraturan dari pemerintah. Tidak hanya itu saja, pemerintah juga menghimbau para pekerja untuk dapat bekerja secara online untuk mengurangi jumlah mobilitas masyarakat melalaui transportasi public hingga 70%. Suga juga akan memberikan subsidi senilai 1.8 juta yen atau $17.400 per bulan karena restaurant mempersingkat jam buka mereka. Suga masih terus berusaha untuk menjaga ekspektasi dan harapan terkait dengan pemulihan ekonomi tahun 2021. Sebagian besar masyarakat justru mendukung upaya Suga untuk melakukan pembatasan kegiatan bahkan ada yang memberikan dukungan untuk Suga memberikan pembatasan yang lebih ketat untuk menjaga penyebaran wabah virus corona agar tidak melewati batas. Sejauh ini pengumuman keadaan darurat tersebut dapat menurunkan perekonomian sebesar 0.7% per bulan. Karena Tokyo dan daerah sekitarnya memberikan kontribusi sebesar 1/3 terhadap pertumbuhan ekonomi Jepang. Ada kemungkinan daerah yang lain menyusul, namun Suga belum melihat adanya urgensi lebih lanjut terkait hal tersebut. Sejauh ini akibat kenaikkan wabah virus corona, pemulihan perekonomian di Jepang diperkirakan akan mengalami perlambatan dalam 3 bulan pertama 2021 karena perusahaan sejauh ini mulai mengurangi nilai investasinya dan rumah tangga justru lebih banyak menunda konsumsinya dan beralih kepada tabungan. Suga diperkirakan akan mengubah anggaran tambahan yang ke 3 ditambah dengan mengubah arah kebijakan perekonomian untuk menjaga dukungan terhadap perusahaan dan masyarakat. Dan sebagai informasi, ini merupakan situasi dan kondisi darurat ke 2 di Jepang setelah sebelumnya pada bulan April lalu meskipun tidak akan seketat kondisi darurat yang pertama. Tidak hanya di Indonesia, Jepang pun akhirnya melakukan pembatasan secara partial untuk menjaga penyebaran wabah virus corona. Tapi semua kembali lagi pemirsa, tidak ada artinya lockdown tanpa adanya pengendalian mobilitas masyarakat dan penegasan di dalam menjalankan peraturan protocol kesehatan. Dan yang terpenting adalah dukungan dari pemerintah terhadap alat alat kesehatan yang dibutuhkan seperti masker kepada masyarakat yang kurang mampu.

2.LUMAYAN DAH YA!

Realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2020 mengalami defisit Rp956,3 triliun atau -6.09% dari PDB. Angka tersebut masih berada di bawah target pemerintah yang telah disesuaikan dari sebelumnya -1,76% menjadi -6.34%. Secara rinci defisit anggaran pada 2020 disebabkan karena penerimaan negara yang -16,7%YoY dengan realisasi sebesar Rp 1.631,6 triliun. Pencapaian ini juga setara dengan 96,1% dari target penerimaan negara yang sebesar Rp 1.699,9 triliun. Penerimaan negara yang melemah dari realisasi penerimaan pajak. Tahun 2020 realisasi penerimaan pajak turun -19.7% YoY. Hal ini tidak lain disebabkan oleh dampak pandemi virus corona yang memberikan tekanan pada kinerja bisnis. Realisasi belanja negara sepanjang 2020 sebesar Rp 2.589,9 triliun atau naik +12,2% dari belanja negara di periode sama tahun lalu sejumlah Rp 2.309,3 triliun. Namun kami mencermati kinerja dari belanja negara tahun lalu yang juga tidak terserap penuh atau hanya terserap 94,6% dari outlook. Sementara itu, dari sisi pembiayaan anggaran pada Januari hingga Desember 2020 sebesar Rp 1.190,9 triliun, lebih tinggi 14,6% dari yang ditargetkan dalam postur pada Perpres 72/2020 senilai Rp 1.039,2 triliun. Anggaran yang tidak tercapai di tahun 2020 tercermin dari sisa lebih pembiayaan anggaran cukup besar yaitu sebesar Rp234,7 triliun dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp53,4 triliun. Tahun 2021 harus menjadi transisi bagi pemerintah untuk dapat mengembalikan kepercayaan diri masyarakat dan mampu mengembalikan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan Undang-Undang 2/2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Covid-19, negara punya waktu 3 tahun untuk mengembalikan defisit kembali di bawah 3%. Kami melihat Pertengahan tahun ini menjadi salah satu tahun krusial dimana pemerintah bisa mulai membuktikan pencapaian pemulihan ekonomi dengan target 5,5% sehingga penerimaan pajak memulih dan defisit APBN berkurang sampai 2022.