Rendahnya Konsumsi Dituding Sebagai Penyebab Pertumbuhan Stagnan

Pasardana.id - Masih lemahnya daya beli masyarakat terutama di segmen menengah bawah dan masih tingginya suku bunga kredit konsumsi membuat pertumbuhan konsumsi relatif stagnan. Padahal, diyakini, konsumsi swasta masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional.
"Melihat kondisi saat ini, tahun ini pertumbuhan ekonomi dipekirakan hanya 5 persen atau sedikit lebih baik dibandingkan pertumbuhan 2015 lalu sebesar 4,79 persen," jelas Direktur Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal di kantornya, dibilangan Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (20/12/2016).
Dijelaskan, dari sisi belanja pemerintah, rendahnya penerimaan negara dan penyerapan yang kurang optimal di awal tahun membuat pertumbuhan konsumsi pemerintah lebih lambat dari tahun sebelumnya. Sementara investasi tetap bruto, terutama investasi swasta, masih tertekan akibat melemahnya permintaan domestik dan global.
Meskipun demikian, investasi pemerintah untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), masih cukup tinggi sejalan dengan meningkatnya alokasi anggaran untuk belanja infrastruktur.
"Di saat yang sama kegiatan ekspor juga belum begitu menggembirakan dengan realisasi ekspor barang sepanjang Januari-November 2016 yang masih mengalami kontraksi sebesar minus 5,6 persen," jelas Faisal.
Hal serupa terjadi pada impor barang yang dalam 11 bulan terakhir terkontraksi minus 5,9 dibandingkan periode yang sama tahun 2015. Meskipun, tren ekspor mulai menunjukan perbaikan memasuki kuartal terakhir tahun ini.
"Nilai ekspor bulan Oktober dan November mulai meningkat dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, masing-masing sebesar 4,6 persen dan 21,34 persen," tandasnya.