INDEF : Realisasi Daya Beli Masyarakat Menjadi Tantangan Pemerintah di Tahun 2018 Mendatang

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Realisasi daya beli masyarakat menjadi tantangan pemerintah di tahun 2018 mendatang. Selain itu, pemerintah juga harus mampu menjaga inflasi untuk menjaga pertumbuhan ekonomi sesuai yang diharapkan.

Demikian diungkapkan ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listiyanto saat menjadi pembicara dalam seminar nasional “Stabilitas Tanpa Akselerasi" di Jakarta, Rabu (29/11/2017).

"Pemerintah harus mampu menjaga inflasi agar daya beli masyarakat tidak lagi melambat. Realisasi inflasi pada tahun ini sendiri diperkirakan lebih tinggi dari tahun sebelumnya karena kenaikan TDL dan harga gas," ujar Eko.

Lebih lanjut dikatakan, dari sisi domestik, ekonomi Indonesia tahun depan masih akan bergantung pada kekuatan sektor konsumsi rumah tangga.

"Kontribusi komponen tersebut mengisi lebih dari 55 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia," jelasnya.

Sementara itu, di sektor fiskal pada tahun depan, belanja modal dan dana transfer ke daerah harus menjadi prioritas sehingga dapat mendorong aktivitas ekonomi.

Adapun realisasi kredit perbankan pada 2018 juga diharapkan dapat lebih cepat menggerakkan sektor-sektor perekonomian.

"Harapan tersebut harus ditopang oleh kebijakan yang terintegrasi ke seluruh pihak, bukan hanya sektor keuangan," terangnya.

Lebih lanjut dijelaskan, kontribusi ekspor pada 2018 diproyeksi akan meningkat apabila tren harga komoditas global tetap berlanjut di 2018. Selain itu, peningkatan ekspor juga berpotensi semakin tinggi apabila pertumbuhan manufaktur terakselerasi dan Indonesia dapat secara agresif membuka peluang pasar baru di berbagai kawasan yang potensial.

Faktor lain yang berpotensi menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di 2018 antara lain pilkada serentak yang berpotensi meningkatan konsumsi. Faktor Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018 juga dapat mendorong sektor pariwisata baik dari sisi konsumsi maupun transportasi. 

Meski demikian, dari beragam factor tersebut, Eko memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada 2018 mendatang hanya mencapai 5,1 persen, atau di bawah target pemerintah yang sebesar 5,4 persen.

Pasalnya, dari sisi global sendiri, beberapa isu dapat menjadi `batu sandungan` dalam upaya mengakselerasi pertumbuhan, antara lain; isu proteksionisme perdagangan AS, rebalancing ekonomi Tiongkok, dan penguatan dolar AS yang memicu pembalikan arus modal di negara berkembang. 

Selain itu, ada juga risiko geopolitik, dampak Brexit, referendum Catalonia, kondisi Timur Tengah, ketegangan di Semenanjung Korea dan ancaman terorisme, serta isu struktural di negara maju seperti penuaan populasi.