ANALIS MARKET (10/7/2025): Average Up Bertahap

foto: ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Riset harian Kiwoom Sekuritas menyebutkanIndeks saham utama Wall Street menguat pada hari Rabu (7/9/25), dipimpin oleh reli di sektor Teknologi setelah NVIDIA mencapai tonggak bersejarah dengan kapitalisasi pasar yang sempat menyentuh USD 4 triliun (sekitar 5–6x kapitalisasi pasar IHSG).  

Nasdaq ditutup pada rekor tertinggi 20.611,34 (+0,94%), S&P 500 naik 0,61%, dan Dow Jones naik 0,49%.  

Penguatan juga didukung oleh ekspektasi pasar terhadap potensi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve tahun ini.  

Sektor Utilitas dan Teknologi memimpin penguatan, sementara sektor Barang Konsumsi Pokok mencatat penurunan.  

Saham Nvidia melonjak 1,8% dan menjadi pendorong utama di balik penguatan Nasdaq.  

Microsoft dan Amazon juga terapresiasi masing-masing sebesar 1,4% dan 1,5%, sementara Meta juga menguat.  

Boeing naik 3,7% setelah laporan menunjukkan peningkatan pengiriman pesawat sebesar 27% yoy.  

Di sisi lain, UnitedHealth turun 1,6% setelah dilaporkan sedang diselidiki oleh Departemen Kehakiman AS terkait praktik pengumpulan diagnosis untuk meningkatkan pembayaran Medicare.  

SENTIMEN PASAR: Investor cenderung mengalihkan fokus dari eskalasi tarif ke sentimen positif dari sektor AI. Nvidia dipandang sebagai simbol tahap lanjutan revolusi AI dan terus menarik minat investor global. Meskipun masih terdapat ketidakpastian mengenai arah kebijakan tarif Presiden Trump, pasar menunjukkan ketahanan. Analis mencatat bahwa investor semakin terbiasa dengan pola agresif Trump yang penuh negosiasi, terutama dengan batas waktu tarif yang kini diperpanjang hingga 1 Agustus. GOLDMAN SACHS memperingatkan bahwa potensi kenaikan jangka pendek pasar saham mulai terbatas karena valuasi yang tinggi dan tekanan makroekonomi global. Mereka tetap netral selama 3 bulan, tetapi overweight selama 12 bulan dengan asumsi dukungan dari pelonggaran fiskal dan moneter, serta restrukturisasi perusahaan.  

PEMBARUAN TARIF: Trump melanjutkan gelombang tarif. Pada hari Rabu, ia mengeluarkan surat tarif kepada 7 negara: 30% untuk Aljazair, Irak, Libya, dan Sri Lanka; 25% untuk Brunei dan Moldova; dan 20% untuk Filipina. Hal ini menyusul pengumuman tarif 50% untuk tembaga, yang dianggap sebagai logam strategis bagi industri otomotif, militer, dan jaringan listrik. Trump juga memperingatkan bahwa tarif tinggi untuk semikonduktor dan farmasi dapat segera diberlakukan. Pada saat yang sama, Trump mengumumkan tarif 50% untuk BRASIL, menyusul kemarahannya terhadap kebijakan domestik negara tersebut, khususnya terkait sensor media sosial dan penanganan pemilu. Brasil adalah mitra dagang terbesar ke-15 AS dengan perdagangan dua arah mencapai USD 92 miliar dan surplus USD 7,4 miliar untuk AS. Trump juga memerintahkan penyelidikan Bagian 301 terhadap kebijakan perdagangan Brasil, yang dianggap tidak adil, yang berpotensi membuka pintu bagi tarif tambahan. Setelah Trump mengumumkan tarif terhadap 14 negara mitra dagang, lembaga penelitian Yale Budget Lab memperkirakan tingkat tarif efektif AS sekarang mencapai 17,6%, naik dari sebelumnya 15,8% — level tertinggi dalam 90 tahun, sejak Depresi Besar pada tahun 1934. Pemerintahan Trump terus memasarkan tarif ini sebagai sumber pendapatan fiskal. Menteri Keuangan Scott Bessent menyatakan bahwa tarif tersebut telah menghasilkan sekitar USD 100 miliar dan dapat mencapai USD 300 miliar pada akhir tahun 2025, jauh lebih tinggi daripada pendapatan tarif tahunan rata-rata AS sebesar USD 80 miliar dalam beberapa tahun terakhir. Tarif dasar 10% yang diberlakukan sejak kuartal kedua tahun ini untuk produk baja, aluminium, dan otomotif telah menjadi sumber pendapatan utama. Mengenai janji Trump sebelumnya, yaitu "90 kesepakatan dalam 90 hari", sejauh ini baru dua kesepakatan yang tercapaidengan Inggris dan Vietnam. Trump mengklaim bahwa India juga selangkah lagi mencapai kesepakatan perdagangan. Di ranah politik domestik, Gubernur Massachusetts, Maura Healey dari Partai Demokrat, mengkritik Trump, menyebut kebijakan ini sebagai "perang dagang yang gagal". Ia menyatakan bahwa "Presiden Trump terpilih dengan janji menurunkan biaya hidup, tetapi justru menaikkan harga dan merugikan bisnis."

KEBIJAKAN MONETER: RISALAH RAPAT FOMC tertanggal 17-18 Juni 2025, menunjukkan bahwa mayoritas pejabat memperkirakan pemotongan suku bunga akan diperlukan pada paruh kedua tahun 2025, dengan beberapa anggota mendorong pemotongan paling cepat Juli, sementara yang lain belum melihat urgensinya. Kebijakan The Fed yang hati-hati telah memicu frustrasi Presiden Trump, yang kembali mengkritik Jerome Powell dan mendesak pemotongan suku bunga. Trump bahkan mempertimbangkan untuk mengganti Powell dengan penasihat ekonominya sendiri, Kevin Hassett, yang sekarang dianggap sebagai kandidat terdepan untuk posisi ketua Fed. 

PENDAPATAN TETAP & MATA UANG: Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun turun 7,5–7,7 bps menjadi 4,34% setelah lelang obligasi senilai USD 39 miliar menunjukkan permintaan yang kuat. Hal ini mengindikasikan bahwa investor masih memandang obligasi pemerintah sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian tarif dan arah kebijakan suku bunga.  

-DOLAR AS melemah terhadap YEN Jepang dan stabil terhadap mata uang lainnya. DOLAR SELANDIA BARU sedikit menguat setelah bank sentral mempertahankan suku bunga tetapi terus menyoroti risiko inflasi jangka pendek.  

PASAR EROPA & ASIA: UNI EROPA kini berada di titik kritis dalam negosiasi perdagangan dengan AS. Presiden Trump menyatakan bahwa Uni Eropa mungkin akan menerima surat tarif dalam beberapa hari mendatang kecuali kesepakatan dapat dicapai sebelum batas waktu 1 Agustus. Ia yakin bahwa sikap Uni Eropa terhadap AS telah "berubah total," dari awalnya tidak bersahabat menjadi sangat kooperatif. Komisaris Perdagangan Uni Eropa Maros Sefcovic mengonfirmasi bahwa kerangka kerja perjanjian perdagangan hampir rampung, bahkan mengisyaratkan bahwa kesepakatan akhir dapat dicapai dalam beberapa hari, berkat perpanjangan tenggat waktu dari 9 Juli hingga 1 Agustus, yang memberikan lebih banyak ruang untuk negosiasi. Namun, Menteri Ekonomi Italia Giancarlo Giorgetti memperingatkan bahwa negosiasi tersebut sangat kompleks dan dapat berlangsung hingga akhir. Sementara itu, sumber di industri otomotif menyatakan bahwa negosiator AS dan Uni Eropa sedang membahas berbagai opsi untuk melindungi sektor otomotif Eropa, termasuk pemotongan tarif, kuota impor, dan skema kredit untuk nilai ekspor otomotif Uni Eropa ke AS. Intinya, Uni Eropa masih terjebak di antara keinginan untuk mencapai kesepakatan cepat guna menghindari tarif tinggi dan kebutuhan untuk melindungi industri strategis. Keputusan Trump untuk mengeluarkan surat tarif kepada 14 negara lain (termasuk Jepang dan Korea Selatan) meningkatkan tekanan politik terhadap UE untuk segera mengamankan hasil negosiasi.  

-Di Asia, JEPANG kini menjadi satu-satunya mitra dagang utama AS yang belum mencapai kesepakatan. Yen Jepang masih tertekan di tengah risiko akan segera dikeluarkannya surat tarif untuk Tokyo, terutama karena sektor ekspornya sangat rentan.  

KOMODITAS: Harga MINYAK bergerak stagnan, dengan BRENT naik 4 sen menjadi USD 70,19/barel, sementara WTI AS naik 5 sen menjadi USD 68,38. Sentimen pasar beragam, data permintaan bensin AS yang kuat dengan meningkatnya ketegangan geopolitik, terutama serangan terhadap jalur pelayaran di Laut Merah.  

-Harga EMAS spot naik 0,35% menjadi USD 3.311/oz, didukung oleh melemahnya Dolar dan meningkatnya permintaan aset safe haven di tengah ketidakpastian geopolitik dan kebijakan suku bunga.  

AGENDA EKONOMI HARI INI:  

-AS: Klaim Pengangguran Awal, Lelang Obligasi Pemerintah 30 Tahun senilai USD 22 miliar 

-Eropa–AS: Proyeksi finalisasi perjanjian perdagangan  

-Pemantauan surat tarif AS lebih lanjut kepada negara mitra

INDONESIA: merilis angka Penjualan Ritel Mei yang tumbuh menjadi 1,9% YoY, lebih baik dari angka sebelumnya -0,3%. Di sisi lain, Penjualan Mobil Juni anjlok 22,6% YoY, lebih buruk dari bulan sebelumnya yang telah berkontraksi sebesar 16,10%. Sentimen data ini sedikit banyak membentuk sentimen pasar IHSG yang terbukti tangguh menghadapi isu Tarif 32% Trump terhadap Indonesia, dengan berhasil membukukan penguatan sebesar 39,53 poin / +0,57% ke level 6.943,92, meskipun masih diiringi aksi jual bersih asing sebesar Rp367,14 miliar (seluruh pasar). Nilai Tukar RUPIAH tetap cukup stabil di kisaran 16.237/USD, sejalan dengan posisi DXY yang masih mendekati level terendah dalam 3 tahun. Posisi penutupan IHSG kemarin semakin menunjukkan tanda-tanda akan mencoba menembus Resistance di level 6.955, yang akan mengarah ke level psikologis 7.000 – 7.010 sebagai penghalang utama menuju TARGET (jangka pendek) di level 7.100.  

“Kami merekomendasikan untuk memanfaatkan momentum positif di pasar regional untuk menerapkan strategi Average Up secara bertahap, sembari tetap memperhatikan rotasi sektor,” sebut analis Kiwoom Sekuritas dalam riset Kamis (10/7).