ANALIS MARKET (03/1/2022) : Pasar Obligasi Berpotensi Melemah Terbatas
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi akan menghadapi tahun baru, tahun yang penuh dengan harapan namun diiringi dengan ketidakpastian.
Pasar obligasi mungkin akan menghadapi tahun terberat dalam hidupnya.
Bagaimana tidak?
Akhirnya pada tahun 2022 ini pasar obligasi akan menghadapi kenaikkan tingkat suku bunga The Fed yang dimana akan naik bukan hanya 1x tapi berpotensi 2x hingga 4x.
Belum ada Omicron yang akan hadir dimana akan mendorong ketidakpastian bertambah, namun alih-alih begitu dia akan memberikan kekuatan bagi pasar obligasi untuk bertahan karena pelaku pasar dan investor tentu akan menaruh porsi dalam obligasi untuk menjaga return dari kupon.
Biar bagaimanapun, pasar obligasi akan memasuki level baru, sesuatu yang harus kita terima, dan harus kita pahami bahwa ini akan menjadi level baru ditengah tahun baru. Imbal hasil obligasi 10y, secara perlahan tidak akan mampu untuk kembali turun, dan mulai tahun ini akan mulai kembali mengalami kenaikkan meskipun secara bertahap.
“Pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas. Kami merekomendasikan jual,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (03/1/2021).
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;
1.TAHUN HARAPAN
Selamat tahun baru semuanya, semoga tahun ini jauh menjadi tahun yang lebih baik daripada tahun 2021 yang lalu. Berbicara menjadi lebih baik, tahun 2022 ini merupakan tahun yang kami lebih suka menyebutnya dengan tahun harapan. Harapan akan berakhirnya pandemic, harapan akan pemulihan ekonomi yang lebih baik namun yang terpenting adalah berkelanjutan. Berkelanjutan disini menjadi salah satu kunci yang penting yang bisa kami sampaikan. Pasalnya kalau pemulihan ekonomi tidak berlanjut, maka situasi dan kondisi akan kembali seperti dulu kala, tentu hal ini merupakan sesuatu yang tidak kita inginkan. Lantas bagaimana situasi dan kondisi pada tahun 2022 nanti? Harapannya tentu saja kehadiran Tax Amnesty dan Omnibus Law menjadi kunci pemulihan ekonomi pada tahun depan. Lantas bagaimana dengan risikonya? Variablenya tentu cukup banyak, mulai dari variant Omnicron yang tidak kunjung usai hingga kenaikkan tingkat suku bunga The Fed yang mulai mengalami kenaikkan pada tahun ini dari 2x hingga 4x. Tentu hal ini membuat tingkat suku bunga Bank Indonesia akan bereaksi dengan menaikkan tingkat suku bunga, besarannya bisa sama. Namun juga bisa berbeda. Bisa 1:1 atau 1:2, tergantung sejauh mana pemulihan ekonomi kita saat ini bisa menguatkan fundamental ekonomi kita. Saat ini. Yuk kita bahas satu persatu. Mulai dari OPEC terlebih dahulu ya. OPEC dan sekutunya diproyeksikan akan kembali mendorong kenaikkan produksi pada pertemuan minggu depan, dimana mereka menyakini bahwa pemulihan ekonomi global akan mendorong permintaan minyak. Aliansi dari 23 negara yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia kemungkinan akan melanjutkan kenaikkan bulanan sebesar 400.000 barel per hari yang dimana sebelumnya sempat terhenti. Beberapa dari delegasi nasional juga sudah mengatakan beberapa hal yang sama terkait dengan peningkatan produksi yang diharapkan akan berlaku pada bulan February. OPEC dan mitranya melihat bahwa permintaan global akan terus pulih tahun ini, hanya saja akan sedikit lebih kalem karena adanya Omicron. Apalagi seperti yang kita ketahui, pemulihan di wilayah Asia terlihat mendukung hal tersebut, sehingga persediaan minyak mentah berkurang dan mendorong harga minyak mengalami kenaikkan hingga $80 per barel. Pasar bisa saja mengambil lebih banyak pasokan, namun dikhawatirkan hal tersebut justru membuat harga minyak mengalami penurunan kembali. Hal yang harus diperhatikan adalah pergerakan dan eksistensi dari Omicron. Secara consensus, banyak yang memperkirakan bahwa kenaikkan produksi diperkirakan akan disetujui, karena mobilitas di wilayah Asia terus menerus mengalami kenaikkan dari hari ke hari. Menambahkan produksi juga akan membuat risiko inflasi mengalami kenaikkan, namun tentu akan mendorong harga energi menjadi lebih terkendali. Namun demikian, di wilayah China, yang dimana merupakan pengguna minyak terbesar di Asia, telah menunjukkan tanda tanda perlambatan. Hayooo, hal tersebut sudah dituang di dalam research kami kemarin yang membahas mengenai perlambatan ekonomi China ya. Saat ini OPEC juga sudah membuat proyeksi bahwa minyak dunia akan kembali surplus, termasuk didalamnya sudah memperkirakan dibukanya kembali cadangan minyak di Amerika. Kelebihan tersebut akan berkisar 2.6 juta barel per hari pada bulan Maret mendatang. Persediaan saat ini sudah berada pada level terendah dan biasanya sudah terisi pada kuartal pertama. Saat ini stock di negara maju sudah berada di 170 juta barel, dimana level tersebut merupakan yang terendah sejak tahun 2015 – 2019 lalu. Namun kenaikkan 400.000 per barel pun diperkirakan tidak akan mencapai target karena produsen minyak dunia, seperti Angola dan Nigeria juga akan terbatas karena terbatasnya investasi dan operasional yang terganggu. Untuk harga minyak, cukup dulu ya. Yuk, kita lanjut membahas mengenai kawannya Ultron, yaitu Omicron. Saat ini Omicron telah menyebar di seluruh negara bagian di Amerika Serikat. Kasus harian mengalami peningkatan bahkan puncaknya bisa mencapai 1 juta per hari karena secara perhitungan pun sudah mencapai 600.000. Sisi positif yang bisa kita ambil dari sini adalah bahwa rawat inap dan jumlah kematian mengalami peningkatan tapi lambat. Sehingga hal ini membuat Omicron bisa merajalela apabila tidak bisa dikendalikan. Namun hal ini tetap harus dikendalikan, karena apabila tidak dikendalikan ada kemungkinan akan kembali seperti situasi yang sama meskipun kekebalan masih dapat terbukti ampuh untuk melawan Omicron. Efek buruknya adalah jumlah yang bertambah akan membuat paradigma masyarakat menjadi sesuatu yang sangat berbeda, karena akan mulai muncul adanya penundaan konsumsi. Serangan dari Omicron telah mendorong peningkatan kasus Florida menuju 58.013 pada tanggal 29 December, atau meningkat 2x lipat lebih banyak pada kasus sebelum natal. Pada hari Kamis, sekitar 4.000 orang telah dirawat dirumah sakit karena Covid. Tidak hanya itu saja, pembatalan penerbangan masuk dan keluar dari Amerika sudah mencapai 1.900 pada minggu pagi. Sehingga sudah lebih dari 6.500 penerbangan di tunda dan 2.700 penerbangan di batalkan dan terhitung sejak natal hingga hari ini sudah ada 12.000 penerbangan yang dibatalkan. Tapi jangan cemas, hal tersebut bukan hanya dari Omicron, namun juga dari keadaan cuaca yang tidak mendukung penerbangan tersebut dilakukan. Cermati, amati, awasi setiap situasi dan kondisi yang terjadi saat ini. Harapan disebut harapan, karena ada keputusaandisana bukan? Yuk kita perbanyak harapan dan kurangi kecemasan.

