ANALIS MARKET (02/3/2021) : Pasar Obligasi Berpotensi Menguat

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Invetindo Sekuritas menyebutkan, kenaikkan US Treasury tentu saja berkorelasi positive dengan imbal hasil obligasi Indonesia sehingga tentu saja kita sebagai emerging market dengan rating BBB, tentu mau tidak mau harus mengalami kenaikkan imbal hasil. Karena apabila tidak, tentu saja capital outflow akan semakin deras keluar dari Indonesia.

Nah tentu saja hal ini akan menjadi sebuah kesempatan bagi pelaku pasar dan investor untuk meminta imbal hasil yang lebih tinggi pada lelang yang diadakan oleh pemerintah hari ini.

Namun apakah itu saja alasannya? Tidak pemirsa, karena sejauh ini sejak kenaikkan imbal hasil US Treasury, capital outflow yang keluar dari pasar obligasi juga cukup dalam, dimana kepemilikkan asing sekarang sudah berada di bawah dari 24%, yang itu artinya investor asing perlahan tapi pasti mulai meninggalkan pasar obligasi dalam negeri, meskipun tentu akan selalu ada porsi obligasi dalam investasi mereka.

Pertanyaannya hanyalah seberapa besar portfolio investasi mereka di sini? Kalau kita tilik begitu ya pemirsa, memang kenaikkan imbal hasil tentu saja harusnya hanya berlangsung sementara, buktinya hari ini imbal hasil US Treasury terus mengalami penurunan seperti yang sudah kami prediksikan, hanya saja kita punya kesabaran atau tidak.

Namun penurunan bukanlah suatu tanda yang pasti bahwa pasar obligasi akan kembali penurunan secara imbal hasil, karena masih dibutuhkan beberapa hari untuk mendapatkan konfirmasi yang lebih positive. Apakah penurunan imbal hasil obligasi akan kembali turun, atau turun hanya untuk mengalami kenaikkan.

Nah, lelang pagi ini akan menjadi sebuah gambaran apakah pelaku pasar dan investor masih berminat untuk berinvestasi dalam obligasi kita. Karena sejauh mata memandang, total penawaran kami perhatikan akan berada di rentang Rp 45 T – 70 T, mungkin bahkan bisa kurang.

Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Selasa (02/3) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka menguat dengan potensi menguat setelah lelang.

“Kami merekomendasikan ikuti lelang hari ini dengan obligasi rentang jangka pendek,” sebut analis Pilamas dalam riset yang dirilis Selasa (02/3/2021).

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;

1.CHINA BERAKSI

Sudah lama juga tidak membahas tentang perkembangan China pemirsa. Dari kemarin kita membahas yield US Treasury yang sedang happening, meskipun pada akhirnya kemarin US Treasury sesuai dengan prediksi kami mulai mengalami penurunan. Nah sekarang kita membahas Presiden Xi yang dimana dirinya kemarin mengatakan dalam sesi tahunan legislative China bahwa China telah menyetujui rencana blue print dalam kebijakan 5 tahun mendatang untuk memotong ketergantungan China kepada negara negara barat untuk mendapatkan component penting seperti chip computer, dan mendorong perkembangan teknologi baru berupa kendaraan hydrogen hingga bioteknologi. Xi mengatakan ini bahwa dirinya ingin membuat China menjadi lebih besar dalam hal teknologi, dan tentu saja keinginan Xi akan membuat Amerika menjadi kebakaran jenggot kedepannya. Xi percaya bahwa mimpi dan targetnya ini akan membuat Amerika berusaha untuk menahan keinginan China untuk menjadi besar, oleh sebab itu China akan berusaha untuk mengandalkan dirinya sendiri untuk memproduksi hal hal baru yang berhubungan dengan teknologi. Dengan sumber daya manusia yang mencukupi dan dana yang tidak terbatas, tentu saja hal tersebut dapat mendorong China mewujudkan mimpinya dalam beberapa tahun mendatang untuk menjadi yang nomor 1. Keinginan Xi tersebut tentu akan membuat China bertransformasi menjadi negara adidaya. Kami melihat tentu ini merupakan rencana besar Xi dalam beberapa tahun mendatang yang sudah di buat dalam bentuk blue print, yang itu artinya tentu rencana ini akan segera dijalankan. Ambisi Xi untuk menjadi yang terdepan dalam perkembangan ekonomi digital dan teknologi akan mendorong China menjadi salah satu negara yang lebih maju dalam beberapa tahun mendatang. Saat ini China dan Amerika terus berlomba dalam hal pengembangan teknologi mutakhir yang dimana perkembangan teknologi tersebut telah mendorong peningkatan standar hidup di seluruh dunia. China dengan prinsip aturan 1 kebijakan 1 partai untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, Amerika dengan demokrasi untuk kemakmuran. Dua hal yang berbeda namun tujuannya sama. Apa yang dilakukan Xi, akan jauh lebih besar daripada hanya meningkatkan kehidupan 1.4 miliar penduduk yang ada di China. Xi ingin menunjukkan bahwa dengan adanya 1 partai, dapat mendorong keberhasilan perekonomian. Beberapa proyeksi mengatakan bahwa China akan tumbuh setinggi 8.3% tahun ini, jauh berbeda dengan Amerika yang mungkin akan tumbuh sebesar 4% tahun ini. Sejauh ini Amerika terus mencoba untuk mencari sekutu untuk dapat melawan China, dengan berusaha untuk memberikan issue bahwa teknologi China digunakan untuk melakukan penyadapan. Namun China tidak bergeming dan terus melangkah maju. Hal inilah yang membuat Biden pada akhirnya mengumumkan untuk melakukan tinjauan kembali untuk rantai pasokan khususnya di bidang semikonduktor, farmasi, logam, dan baterai yang memiliki kapasitas tinggi untuk mengurangi ketergantungannya dengan China. Biden juga akan melakukan belanja infrastructure dengan nilai hampir $2 triliun. Sejauh ini pelaku pasar dan investor global akan mengamati Kongres Rakyat Nasional yang telah dimulai pada jumat pekan lalu hingga 1 minggu kedepan. Perdana Menteri Li Keqiang sendiri akan memberikan detail rencana untuk menjaga perekonomian agar dapat tetap berjalan selama 12 bulan kedepan, yang dimana langkah langkah untuk meningkatkan konsumsi masyarakat China tersebut termasuk didalamnya. China yang mulai terfokus kepada teknologi merupakan sebuah s rencana dari China karena investasi property dan infrastructure mulai kurang efisien dalam perekonomian China. China harus terus mengembangkan teknologi agar dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas untuk mengejar target pada tahun 2035 untuk melipatgandakan skala ekonominya agar dapat lebih besar daripada tahun 2020. Sejauh ini China akan memberikan porsi untuk penelitian dan pengembangan sebesar 3% dari total GDP, wow banget kan pemirsa. Itu nilainya akan sangat besar sekali, namun itulah harga yang harus dibayar oleh China untuk dapat mengejar dan memimpin dalam industry teknologi kedepannya. Apalagi Kementrian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China sudah mulai mengumumkan daftar prioritasnya seperti energi hydrogen, kendaraan listrik, dan tentu saja super computer. Sejauh ini pengeluaran biaya Research & Development dalam bentuk persentase dibandingkan GDP masih sangat rendah, bahkan hanya lebih baik dari Eropa. Namun masih kalah dari Amerika, Jepang, dan Korea Selatan. Oleh sebab itu keinginan China untuk menyisihkan 3% dari GDP untuk perkembangan Research and Development akan menyamai Jepang, dan lebih baik dari Amerika, namun tidak lebih baik dari Korea Selatan. Jika perkembangan teknologi di China berhasil seperti yang Presiden Xi inginkan, tentu Xi akan dapat merekayasakan pertumbuhan ekonomi berdasarkan teknologi yang dimana ujung ujungnya akan menjadi sebuah perkembangan ekonomi digital seperti yang dimulai oleh Alibaba. Namun kami perhatikan China akan tetap focus terhadap proses pembuatan Chip agar dapat menjadi yang terdepan dalam kurun waktu 5 tahun mendatang. Rencana China untuk menjadi yang terdepan dalam industry Chip mungkin akan menjadi salah satu katalis positive apabila hal tersebut berhasil. Dengan bahan baku yang lebih murah, tentu harga jual akan menjadi lebih terjangkau sehingga nantinya akan memberikan nilai lebih kepada konsumen. Untuk mewujudkan hal tersebut, China juga akan bekerjasama dengan pihak swasta, tidak hanya itu saja lho. Yang menarik adalah China akan berinvestasi dengan nilai minoritas pada perusahaan kecil yang menjanjikan namun memiliki masalah terhadap keadaan finansial. Waduh, langsung teringat film start up. Oleh sebab itu, China akan focus terhadap perusahaan perusahaan yang ingin berinvestasi di China seperti Tesla, karena tentu saja dapat mendorong peningkatkan industry teknologi di China.

2.YAA BEGITU DEH...

Pada awal bulan Maret pergerakan IHSG sejalan dengan pasar saham Asia yang bergerak mayoritas menguat setelah merespon positif upaya Fed dalam menenangkan pelaku pasar yang berdampak pada kenaikan yield diikuti dengan kenaikan dari USD. Dari dalam negeri, Rilis data PMI Manufaktur dan Inflasi Februari yang lebih lambat dari Januari sejalan dengan proyeksi yang juga kami sampaikan sebelumnya dimana potensi perlambatan terjadi sebagai dampak dari pengetatan aktivitas di Jawa – Bali. PMI Manufaktur berada di 50,9 untuk periode Februari 2021 lebih rendah dari Januari 2021 yang berada pada 51.5. Meningkatnya jumlah kasus terinfeksi virus corona ikut menghambat laju dari produktifitas industry. Terdapat kenaikan dari permintaan yang diikuti dengan pengurangan tenaga kerja sebagai dampak dari pandemic yang masih berlangsung. Namun yang jadi focus di sini yaitu kenaikan produksi yang disertai dengan penurunan bahan baku, hal tersebut tentu ikut memberi tekanan pada laju PMI Manufaktur dalam fase pemulihan. Dilain sisi, PMI Manufaktur Februari masih berada pada jalur ekspansi dimana produksi mengalami kenaikan selama empat bulan berturut – turut. Meningkatnya kepercayaan pelaku bisnis seiringan dengan distribusi vaksin yang dinilai dapat menjadi solusi penyelesaian pandemic diharapakan dapat ikut memberikan dampak pada pemulihan industry dalam negeri. Inflasi yang saat ini masih terjaga rendah diharapkan mampu mendukung bahan baku yang lebih rendah. Sehingga hal tersebut dapat mendukung produktivitas dan juga kinerja industry dalam negeri. Kekhawatiran kami terkait dengan lemahnya daya beli masih menjadi kenyataan pada bulan February ini. Tentu memang tidak semudah untuk membalikkan telapak tangan, namun kami percaya distribusi vaksin yang terus diberikan kepada masyarakat Indonesia akan mendorong para masyrakat untuk mulai melakukan konsumsi. Kami tentu berharap bahwa Q2 2021 perbaikan daya beli akan mengalami perbaikan seiring dengan meningkatnya distribusi vaksin apabila ingin mengejar pertumbuhan 5% pada tahun ini.