Skenario Terburuk Imbas Corona, Menkeu : Pertumbuhan Ekonomi Minus 0,4 Persen dan Dolar Rp20.000

Foto : istimewa

Pasardana.id - Akibat pandemi virus corona yang sampai hari ini terus terjadi, diperkirakan perekonomian Indonesia berpotensi tumbuh negatif 0,4% pada tahun ini.

Hal tersebut disampaikan pemerintah terkait skenario terburuk pada perekonomian domestik akibat penyebaran virus yang diikenal dengan sebutan COVID-19 ini.

Bahkan, yang mengkhawatirkan, bahwa angka tersebut bisa menurun lebih dalam dibandingkan skenario terburuk sebelumnya yang sebesar 0 persen.

Sementara untuk skenario berat, ekonomi domestik diperkirakan hanya tumbuh 2,3 persen di tahun ini, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 2,5 persen.

Proyeksi-proyeksi tersebut bahkan jauh di bawah target dalam APBN 2020 yang sebesar 5 persen.

"Kami perkirakan pertumbuhan ekonomi akan turun ke 2,3 persen, bahkan skenario lebih buruk minus 0,4 persen," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam video conference, Rabu (1/4/2020).

Dia melanjutkan, pandemi COVID-19 mengakibatkan kegiatan ekonomi menurun, bahkan berpotensi menekan lembaga keuangan.

Hal ini lantaran sejumlah kredit yang tak bisa dibayarkan oleh masyarakat akibat terdampak virus corona.

Skenario terburuk bisa terjadi jika pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat, menjadi 3,2% dalam skenario berat, hingga 1,6% dalam skenario sangat berat.

Kemudian, pertumbuhan konsumsi pemerintah hanya tumbuh 6,83% atau 3,73% yang berpotensi meningkatkan defisit hingga 5,07%.
Hal ini diikuti dengan konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga turun 1,78% hingga 1,91%.

Penyebab lainnya, yakni kinerja investasi yang kurang positif, hanya tumbuh 1% atau bahkan menurun 4%.

Selanjutnya, ekspor yang menurun tajam 14% hingga 15,6%, serta impor turun 14,5% hingga 16,65%.
Selain itu, dari sisi nilai tukar rupiah diprediksi mencapai Rp 20.000 per dolar AS dalam skenario sangat berat.

Sementara skenario berat kurs bisa mencapai Rp 17.500 per dolar AS di tahun ini. Proyeksi tersebut juga lebih tinggi dari target dalam APBN 2020 yang hanya Rp 14.400 per dolar AS.

Inflasi pun diproyeksi meningkat hingga 5,1 persen di tahun ini untuk skenario sangat berat dan 3,9 persen untuk skenario berat.

Angka ini juga jauh di atas target sebesar 3,1 persen dalam APBN 2020.

Lebih lanjut Sri Mulyani mengatakan, sektor rumah tangga merupakan bagian perekonomian yang paling terkena dampak pandemi corona.

"Ini karena dari sisi konsumsi mereka tidak melakukan aktivitas ekonomi," kata Sri Mulyani.

Tak hanya itu, Sri Mulyani juga menyebut, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) juga merupakan sektor yang terpukul.

Tak hanya itu, korporasi juga akan mengalami tekanan dari sisi rantai pasokan dan perdagangan. Hal ini kemudian akan merembet ke sektor keuangan.

Meski begitu, Sri Mulyani berharap, skenario tersebut tak terjadi. Oleh karena itu, ia berkomitmen bahwa pemerintah bersama BI, OJK, dan LPS akan terus bersinergi dalam mengatasi dampak pandemi corona terhadap perekonomian.