ANALIS MARKET (07/11/2019) : Pasar Obligasi Berpotensi Mengalami Kenaikkan Kembali
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi kembali tertahan penguatannya ditengah tengah mulai meningkatnya kekhawatiran akan batalnya kesepakatan.
Harga yang harus dibayar oleh Amerika untuk sebuah penandatanganan adalah menurunkan tarif yang sebelumnya sudah dinaikkan oleh Amerika terhadap China, membuat sebagian investor pesimis bahwa hal itu dapat terjadi.
Ditengah negosiasi yang sedang berlangsung, persentase keberhasilan perlahan tapi pasti semakin mengecil. Namun tentu kita semua berharap bahwa hal itu jangan sampai terjadi, tapi suka atau tidak suka, hal itu mungkin saja menjadi kenyataan.
“Pasar obligasi hari ini kembali berpotensi untuk mengalami kenaikkan kembali atau penurunan kembali ditengah tengah hadirnya data cadangan devisa hari ini, yang akan dilanjutkan oleh data Current Account Deficit. Sejauh ini kami melihat bahwa kedua data ini memberikan impact yang cukup besar, khususnya Current Account Deficit,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (07/11/2019).
Adapun sentiment yang menjadi sorotan pelaku pasar di pagi hari ini kita mulai dari;
1.Kesepakatan Antara Amerika dan China, Berpotensi Mundur!
Rasa khawatir kembali menyelimuti pergerakan indeks global. Setelah sebelumnya Chili membatalkan KTT yang tadinya akan dihelat Negara tersebut akibat kerusuhan, kali ini Presiden Trump dan Presiden Xi mungkin tidak dapat menandatangani kesepakatan perdagangan tahap pertama hingga December. Dua lokasi di Amerika telah dikesampingkan untuk pertemuan Amerika dan China yang sebelumnya Amerika menyampaikan bahwa penandatanganan kesepakatan mungkin akan dilakukan di Amerika. Kedua pihak terus berusaha untuk menegosiasikan kesepakatan perdagangan terbatas yang dimana mengharuskan Amerika untuk menurunkan beberapa tarif impor terhadap China sebagai imbalan atas pembelian produk pertanian dan beberapa produk lainnya dari Amerika oleh China. China telah menetapkan harga yang harus dibayar oleh Amerika, tinggal menanti apakah Amerika bersedia membayar harga tersebut?. Saat ini lokasi di wilayah Asia dan Eropa sedang dipertimbangkan, namun tempatnya akan disampaikan kemudian setelah mendapatkan persetujuan kedua belah pihak. Sejauh ini Reuters juga mengatakan bahwa penandatanganan mungkin tertunda. Kami juga melihat bahwa saat ini persentase keberhasilan kesepakatan terus mengalami penurunan. Hal ini yang kami lihat sejak batalnya KTT di Chili yang membuat belum ada moment yang tepat untuk melakukan penandatanganan. Semakin lama penandatanganan itu dilakukan, semakin tinggi pula tingkat ketidakpastian, dan tentunya akan semakin beresiko terhadap kegagalan kesepakatan tersebut. Namun marilah kita semua berharap bahwa secepatnya, baik Amerika maupun China dapat mengumumkan kapan kesepakatan itu dilakukan. Karena penundaan hingga December pun sudah merupakan hal yang kurang baik bagi pasar global. Sebelumnya Trump telah menyarankan Swiss sebagai lokasi pertemuan yang memungkinkan untuk penandatanganan sejak February lalu, Trump sempat mengatakan bahwa tidak ada tempat yang lebih netral selain Swiss. Namun bisa saja penandatanganan dilakukan di KTT Eropa, yang dimana Trump sebelumnya dijadwalkan untuk berada di London untuk pertemuannya dengan para pemimpin NATO pada tanggal 3 – 4 December, mungkin saja penandatanganan kesepakatan akan terjadi dekat tanggal itu.
2.OPEC+ Tidak Akan Mendorong Untuk Melakukan Pemotongan Minyak Lebih Dalam
Produsen terbesar OPEC+ tidak akan mendorong pemotongan pasokan minyak yang lebih dalam ketika kelompok OPEC+ akan bertemu pada bulan depan. Saat ini focus utama dari anggota OPEC adalah berpegang teguh terhadap output minyak mereka saat ini dan mematuhi peraturan yang ada. Para produsen minyak akan bertemu di Wina pada tanggal 5 – 6 December nanti. Saat ini OPEC sedang mengantisipasi kelebihan pasokan pada paruh pertama tahun depan dengan harga yang lebih rendah yang sudah ditetapkan sebelumnya. Bulan lalu Menteri Energi Saudi Pangeran Abulaziz bin Salman mengatakan bahwa itu merupakan pekerjaannya untuk mengurus setiap surplus minyak yang ada saat ini. Hambatan bagi OPEC adalah masih ada beberapa Negara yang belum memberikan pengurangan yang mereka setujui pada awal tahun depan, dimana sebelumnya OPEC+ berjanji akan secara kolektif mengurangi pasokan sebesar 1.2 juta barel per hari. Irak dan Nigeria masih kelebihan pasokan, dan bukannya melakukan pembatasan terhadap pasokan yang sudah dijanjikan sebelumnya. Kesulitan lain adalah mendapatkan dukungan dari sekutu utama OPEC yaitu Rusia yang dimana saat ini Rusia lebih terlihat berhati hati mengenai intervensi. Rusia juga mengatakan bahwa harga minyak sebesar $60 per barel masih menunjukkan pasar yang stabil, dan Rusia akan terus memantau hingga 2020 nanti.
3.Bank Sentral Thailand Memangkas Tingkat Suku Bunga
Bank Sentral Thailand telah memangkas tingkat suku bunga acuannya untuk kedua kalinya dalam rentang 3 bulan. 5 dari 7 komite Kebijakan Moneter telah memilih untuk memotong tingkat suku bunga menjadi 1.25% yang dimana sebelumnya 1.5%. Para pejabat mengatakan kepada wartawan bahwa Bank Sentral khawatir terhadap penguatan baht yang dimana dapat membebani perekonomian. Otoritas Thailand akan meningkatkan dukungan moneter dan fiscal untuk memacu ekonomi yang dimana saat ini berada pada jalur pelemahan dalam kurun waktu 5 tahun. Bank Sentral akan terus mengambil langkah yang lebih banyak lagi apabila hal itu diperlukan dan akan menilai dampak dari pelonggaran aturan valuta asing setiap 3 bulan. Bank Sentral berharap bahwa dengan adanya penurunan tingkat suku bunga, dan pelonggaran aturan mengenai valuta asing, dapat membantu melemahkan baht.
“Kami merekomendasikan wait and see hari ini. Pergerakan pasar obligasi yang melebihi dari 55 bps akan menjadi arah selanjutnya bagi pasar obligasi,” jelas analis Pilarmas.

