ANALIS MARKET (24/10/2019) : Pasar Obligasi Rawan Mengalami Koreksi
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, sentimen positif kabinet Jokowi masih menjadi pendorong pasar modal, baik saham maupun obligasi untuk terus mengalami kenaikkan.
Namun jangan lupa, ruang penguatan sudah mulai terbatas, sehingga saat ini meskipun ada kenaikkan semuanya akan menjadi rawan profit taking.
Sebelum mengalami kenaikkan lebih lanjut, pasar obligasi harus mengalami penurunan dulu sebelum melanjutkan penguatan tersebut. Apakah dalam kurun waktu hingga akhir tahun harga pasar obligasi masih akan mengalami kenaikkan ? Tentu saja, dan potensi itu sangat besar, ketika hal itu didorong juga oleh potensi pemangkasan tingkat suku bunga.
Pemangkasan tingkat suku bunga juga akan menjadi salah satu sentiment positif hari ini bagi pasar, baik saham maupun obligasi. Bukan tidak mungkin imbal hasil obligasi SUN 10y akan berada di bawah 7% hingga akhir tahun.
Adapun sentimen yang menjadi sorotan pelaku pasar diperdagangan pagi ini akan dimulai dari;
1.Ekonom The Fed mengatakan suku bunga negative akan membuat pertumbuhan menjadi lebih baik
Dalam sebuah makalan penelitian baru baru ini, ekonom Jens HE Christensen mengatakan melihat hasil dari 5 Bank Sentral Asing yang menerapkan kebijakan suku bunga nol sejak tahun 2012, dalam setiap Bank Sentral, hal itu membantu melonggarkan ekonomi sehingga menjadi salah satu alat kebijakan yang efektif untuk Negara yang menerapkannya, setidaknya dapat meringankan kondisi keuangan. Apabila Amerika melakukan hal yang sama, mungkin pertumbuhan Amerika setelah krisis keuangan menjadi lebih baik. Sejauh ini kami melihat pernyataan Christensen ini seperti apa yang diinginkan oleh Trump sebelumnya, bahwa Trump menginginkan kebijakan tingkat suku bunga nol atau negative. Namun sejauh mata memandang, The Fed tidak pernah menurunkan tingkat suku bunga sampai dibawah negatif. Ketua The Fed, pada pertemuan kebijakan September mengatakan bahwa para pejabat mempertimbangkan fungsi dan manfaat apabila tingkat suku bunga berada di bawah nol, tetapi The Fed memilih untuk tidak menggunakannya. Suku bunga negative merupakan sebuah pilihan, dan The Fed memilih untuk tidak menggunakannya. Powell mengatakan strategi untuk menggunakan pembelian asset dalam skala besar atau pelonggaran kuantitatif lebih cocok dengan tujuan The Fed. Kami telah bekerja cukup baik, dan kami tidak menggunakan tarif negative. Kami juga bukannya tidak mau menggunakan tarif negative, tapi pilihan itu tidak berada dalam urutan teratas pilihan kami.
2.Sentimen cabinet dan Pertemuan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia
Sejauh ini kami melihat minat para pelaku pasar, baik local maupun asing masih sangat besar. Dengan melihat hasil lelang yang kemarin masuk dengan total penawaran, sebesar 73.9T tentu hal itu membuat keyakinan terhadap ekonomi dan pasar surat utang Indonesia semakin meningkat yang dimana penawaran ini tertinggi sejak February tahun ini. Kami melihat sentiment positif cabinet masih menjadi penopang penggerak pasar, baik saham maupun obligasi pekan ini. Ditambah lagi dengan adanya potensi pemangkasan tingkat suku bunga Bank Indonesia pada hari ini. Sejauh ini, Pemerintah berusaha untuk terus mengakomodir kebijakan dengan pro pertumbuhan, yang dimana mendorong pemangkasan tingkat suku bunga terus berlanjut. Kedua sentiment ini masih akan menjadi pendorong hari ini, ditengah tengah mulai minimnya sentiment untuk pasar setelah susunan cabinet selesai. Pemerintah juga telah merevisi deficit anggaran tahun ini yang sebelumnya 1.84% menjadi 1.93% dari GDP. Mengalami kenaikkan, tapi masih dalam batas aman. Pemerintah terus berupaya untuk menggunakan semua intrumen dan sumber daya yang ada untuk mentralisir dampak negative dari melemahnya ekonomi global. Kami melihat Pemerintah terus berupaya untuk menjaga target pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk berada di atas 5%, tentu kami pun berharap demikian, apalagi ditengah tengah batas tenggat waktu saat ini yang sudah mau penutupan tahun. Fokus berikutnya adalah menanti agenda para cabinet yang sudah dilantik, apakah agenda tersebut dapat mewujudkan visi dan misi dari Jokowi atau tidak. Memang benar, tidak ada visi dan misi dari para Menteri, yang ada visi dan misi Presiden dalam 5 tahun mendatang, namun agenda kerja terkait dengan para Menteri dapat disesuaikan dengan visi dan misi yang ingin dicapai.
3.Indonesia telah melakukan penjualan Global Bond untuk mendukung anggaran 2019 – 2020
Indonesia menjual Global Bond dengan tenor 30y dengan kisaran initial price guidance di 4.1%. Hal ini bertujuan untuk mendukung anggaran tahun depan khususnya terkait dengan strategi front loading untuk persiapan lebih awal. Sejauh ini kami melihat, baik domestic bond maupun global bond semuanya masih mendapatkan sambutan yang positif dari pasar. Obligasi jangka Panjang pun tidak kesulitan untuk mencari peminat, sehingga kami melihat bahwa apabila minat investasi ini dapat dijaga dengan baik, tentu tahun depan, capital inflow akan kembali mengalir di pasar Indonesia. Apalagi tahun depan, tingkat imbal hasil obligasi dapat ditekan dalam rentang rendah, sehingga mendorong penerbitan obligasi korporasi dapat bertumbuh. Pertumbuhan penerbitan obligasi korporasi akan mendorong ekspansi dari korporasi untuk mendapatkan likuiditas dari pasar.
“Kami merekomendasikan beli hari ini dengan volume terbatas. Sentimen mungkin sudah hilang, oleh sebab itu kehati-hatian merupakan hal yang penting saat ini, karena pasar obligasi menjadi rawan untuk mengalami koreksi. Namun adanya potensi pemangkasan tingkat suku bunga akan menjaga pasar obligasi dari penurunan,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (24/10/2019).

