ANALIS MARKET (07/8/2025): IHSG Berpotensi Lanjutkan Konsolidasi

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Kiwoom Sekuritas menyebutkan, Wall Street ditutup menguat pada sesi perdagangan Rabu (8/6/25), didorong oleh lonjakan saham Teknologi dan laporan pendapatan yang solid. Nasdaq memimpin dengan lonjakan 1,21%, diikuti oleh S&P 500 yang naik 0,73%, dan Dow Jones Industrial Average naik 0,18% menjadi 44.193,12. Saham Apple naik 5,1% setelah berita komitmen investasi manufaktur senilai $100 miliar. Arista Networks melonjak 17,5% setelah proyeksi pendapatan kuartal ini melampaui ekspektasi. McDonald's naik 3% berkat keberhasilan menu hematnya yang mendongkrak penjualan global. Indeks sektor Konsumen Diskresioner S&P 500 melonjak 2,5%, tertinggi sejak Mei. Saham OpenAI juga menjadi sorotan setelah laporan bahwa perusahaan sedang mempertimbangkan penjualan saham dengan valuasi hingga $500 miliar. Pendapatan Q2 dari 400 perusahaan S&P 500 menunjukkan sekitar 80% mengalahkan ekspektasi analis, dengan perkiraan pertumbuhan pendapatan mencapai 12,1%, naik dari 5,8% pada awal Juli.

SENTIMEN PASAR: Sentimen pasar tetap optimis meskipun dibayangi oleh kebijakan proteksionis. Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif tambahan 25% untuk barang-barang INDIA karena negara tersebut terus mengimpor minyak dari RUSIA. Ia juga menguraikan rencana untuk mengenakan tarif 100% pada semua chip dan semikonduktor dari negara-negara yang tidak berproduksi di AS. Trump menekankan bahwa perusahaan yang berkomitmen untuk membangun pabrik chip di AS akan dibebaskan dari tarif ini. Ia juga menyatakan bahwa tarif farmasi bertahap akan dimulai dari yang kecil dan meningkat drastis selama 1–2 tahun ke depan. Negosiasi perdagangan dengan Tiongkok diklaim hampir selesai, dan Trump berencana untuk bertemu Xi Jinping sebelum akhir tahun.

-Meskipun tarif meningkat, pasar menunjukkan ketahanan. MSCI World Index naik 0,65%. Spread obligasi imbal hasil tinggi AS berada pada level terendah sejak sebelum krisis keuangan global 2008. Namun, premi jangka waktu Treasury—kompensasi tambahan untuk obligasi jangka panjang—naik ke level tertingginya dalam lebih dari satu dekade. Tarif efektif AS saat ini diperkirakan sebesar 18% (Yale Budget Lab), delapan kali lebih tinggi daripada akhir tahun lalu.

PENDAPATAN TETAP & MATA UANG: Ekspektasi untuk pemotongan SUKU BUNGA DANA FED telah meningkat tajam. CME FedWatch mencatat probabilitas 94% untuk pemotongan 25 bps pada bulan September. Data tenaga kerja dan jasa yang lemah minggu lalu memperkuat argumen ini. Pejabat Fed Neel Kashkari dan Mary Daly menyatakan dukungan untuk pelonggaran moneter jangka pendek. Data Klaim Pengangguran Awal mingguan hari ini akan memberikan masukan tambahan.

-Di pasar obligasi, lelang US TREASURY 10-tahun senilai $42 miliar mencatat permintaan terendah dalam setahun. Imbal hasil naik 3,4 bps menjadi 4,23%. Lelang 3 tahun sebelumnya juga lemah, dan saat ini investor menantikan lelang 30 tahun senilai $25 miliar. Kurva imbal hasil mengalami peningkatan, menunjukkan peningkatan tekanan jangka panjang.

-INDEKS DOLAR (DXY) turun 0,5% menjadi 98,24, penurunan keempat berturut-turut. EURO menguat 0,68% menjadi $1,1653; sementara itu, imbal hasil BUND JERMAN naik tipis menjadi 2,644%.

PASAR EROPA & ASIA: Pasar Eropa bergerak stagnan. Indeks STOXX 600 turun 0,06%, dipimpin oleh sektor kesehatan yang tertekan oleh rencana tarif baru Trump untuk produk farmasi. MSCI Asia ex-Jepang turun 0,08%, sementara NIKKEI Jepang naik 0,60% menjadi 40.794,86. Data makroekonomi utama yang ditunggu oleh pelaku pasar di kedua benua antara lain: data Neraca Perdagangan & Ekspor-Impor Tiongkok (Juli), dan data Neraca Perdagangan dan Produksi Industri Jerman (Juni).

-BANK OF ENGLAND (BOE) dijadwalkan mengumumkan keputusan suku bunganya hari ini. Pasar memperkirakan penurunan suku bunga dari 4,25% menjadi 4%. Namun, inflasi yang masih berada di kisaran 4% dan prospek fiskal yang melemah telah memecah belah MPC secara internal. Jika dipotong, ini akan menandai penurunan kelima dalam 12 bulan terakhir.

-BANK OF KOREA melaporkan surplus neraca berjalan pada bulan Juni sebesar $14,27 miliar, tertinggi sejak tahun 1980, didorong oleh ekspor semikonduktor dan perangkat komputer. Namun, sentimen pasar terpukul setelah pemerintah KOREA SELATAN menaikkan pajak perusahaan dan transaksi saham. KOSPI anjlok 3,9% Jumat lalu—penurunan harian tertajam sejak April. Meskipun demikian, Goldman Sachs tetap overweight di pasar Korea Selatan dengan target KOSPI sebesar 3.500.

-Negosiator perdagangan Jepang Ryosei Akazawa mendesak AS untuk segera mengurangi tarif mobil dan suku cadang sesuai perjanjian bilateral. Musim laporan keuangan juga diperkirakan akan membentuk pasar Jepang melalui laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan besar: Toyota, Sony, dan SoftBank yang akan segera dirilis.

Saham-saham unggulan Tiongkok naik ke level tertingginya dalam 3,5 tahun di tengah harapan bahwa kesepakatan perdagangan dengan AS akan segera tercapai.

KOMODITAS: Harga minyak turun untuk hari kelima berturut-turut. BRENT ditutup turun 1,1% menjadi $66,89/barel, sementara WTI AS turun 1,2% menjadi $64,35. Pernyataan Trump tentang sanksi baru terhadap Rusia menambah volatilitas pasar energi.

-Di sektor PETROKIMIA, Energy Transfer menyatakan bahwa pembatasan ekspor etana sebelumnya ke Tiongkok telah merusak reputasi AS sebagai pemasok yang andal. Pembeli Tiongkok lebih berhati-hati, dan bahkan beberapa perusahaan non-Tiongkok beralih ke nafta. Laba bersih Energy Transfer turun 11,5% menjadi $1,16 miliar, dengan pendapatan hanya $19,24 miliar (di bawah ekspektasi $22 miliar). Enterprise Products Partners menyuarakan kekhawatiran serupa.

-Harga EMAS SPOT turun 0,36% menjadi $3.368,65/oz, sementara emas berjangka tetap stabil di $3.433,4.

INDONESIA: Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,12% pada Q2-2025 mengejutkan banyak pihak karena jauh di atas ekspektasi pasar, yang sebagian besar diproyeksikan di bawah 5% akibat konsumsi yang lemah. Faktanya, sebagian besar indikator konsumsi seperti penjualan kendaraan, ritel, dan inflasi inti menunjukkan tren melemah, sementara belanja bantuan sosial belum meningkat secara signifikan. Namun, revisi BPS atas konsumsi rumah tangga Q1 menjadi 4,95% membuat pertumbuhan Q2 tampak stabil secara statistik, menutupi perlambatan konsumsi dengan basis perbandingan yang lebih tinggi. Sorotan utama justru tertuju pada lonjakan pertumbuhan investasi yang mencapai hampir 7%, tertinggi sejak sebelum pandemi, meskipun kurangnya indikator pendukung seperti PMI manufaktur. Para ekonom meyakini lonjakan ini perlu penjelasan yang lebih transparan oleh BPS, termasuk sumber pendanaan dan metodologi pencatatan.

-Tidak mengherankan, potensi blunder ini menyebabkan IHSG kembali ditutup di teritori negatif, turun 11,4 poin / -0,15% ke level 7.503,75 setelah sebelumnya menguat ke titik High intraday di 7.549,26. Meskipun begitu, asing terlihat masih melakukan aksi beli dengan net buy sebesar Rp 432,89 miliar di seluruh pasar, yang berkontribusi pada stabilitas nilai tukar RUPIAH di level 16.342 / USD. Asing sebagian besar menambah posisi di saham Bahan Dasar: ANTM, BRMS, AADI, CUAN, NCKL. Sementara itu, Net Sell Asing terus menghantam saham-saham blue-chip: BBCA, BBRI, BBNI, ASII, dan BMRI.

“Melihat posisi Penutupan IHSG yang sekali lagi gagal bertahan di atas MA10 / 7.536, Kami kembali mengingatkan bahwa risiko konsolidasi lanjutan masih ada; di mana Support berikutnya: MA20 / 7.500 harus bertahan (jika tidak ingin turun ke Support berikutnya: MA50 serta kanal bawah Tren Naik di kisaran 7.250 – 7.180). Pengumuman rebalancing MSCI hari ini mungkin akan memicu sedikit sentimen pasar, perhatikan nama-nama saham terkait & rotasi sektor yang mungkin terpengaruh,” sebut analis Kiwoom Sekuritas dalam riset Kamis (07/8).