Dapat Manfaat Pajak, ARTO Raih Laba Rp86 Miliar Pada Tahun 2021

Pasardana.id - PT Bank Jago Tbk (IDX: ARTO) membukukan laga bersih senilai Rp86,024 miliar pada tahun 2021, atau membaik dibandingkan tahun 2020 yang mencatatkan rugi bersih senilai Rp189,56 miliar.
Hasil itu membuat emiten bank digital itu menorehkan laba per saham dasar sebesar Rp6,48, atau membaik dibandingkan akhir tahun 2020 yang membukukan rugi per saham dasar Rp22,49.
Jika mengacu pada laporan keuangan tahun 2021 telah audit, perseroan membukukan pendapatan bunga dan syariah bersih melonjak 820 persen menjadi Rp589,73 miliar.
Sedangkan bebab operasional membengkak 131,6 persen menjadi Rp579,23 miliar. Sehingga laba sebelum pajak tercatat sebesar Rp9,134 miliar, atau membaik dibandingkan tahun 2020 yang mencatatkan rugi sebelum pajak sebesar Rp189,56 miliar.
Menariknya, perseroan mendapat manfaat pajak penghasilan sebesar Rp76,89 miliar, pos ini tercatat nihil pada tahun 2020. Sehingga laba bersih tercatat sebesar Rp86,024 miliar, atau membaik dibandingkan tahun 2020 yang mencatatkan rugi bersih sebesar Rp189,56 miliar.
Dalam siaran persnya, Direktur Utama Bank Jago, Kharim Siregar menjelaskan, pertumbuhan kredit yang agresif, rasio NPL di level rendah, dan struktur biaya dana yang membaik berdampak positif pada perolehan laba bersih sebelum pajak (net profit before tax/NPBT) sebesar Rp9 miliar.
Sementara itu, laba bersih setelah pajak (net profit after tax/NPAT) tercatat sebesar Rp86 miliar.
“Pencapaian laba pada 2021 merupakan permulaan dari bisnis Bank Jago. Dengan pondasi yang telah kami bangun dalam dua tahun ini, kami percaya pertumbuhan ke depan akan semakin solid dan cepat,” ujar Kharim kepada media, Jumat (11/3/2022).
Ia merinci, penyaluran kredit hingga akhir 2021 mencapai Rp5,37 triliun, atau meningkat 491 persen dibanding akhir 2020, yang tercatat sebesar Rp908 miliar.
“Kami berangkat dari baseline yang rendah sehingga persentase kenaikannya terlihat sangat tinggi. Di sisi lain, model bisnis yang tepat dan kolaborasi dengan ekosistem digital membuat penyaluran kredit lebih signifikan,” ujar dia.
Ia melanjutkan, kolaborasi membuat ekspansi bisa dilakukan secara cepat, efisien, dan pengelolaan risiko yang lebih terkendali. Hal ini tercermin pada rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) yang berada di level 0,6 persen.
“Kolaborasi merupakan cara kami dalam melayani nasabah usaha mikro, kecil, dan menengah serta masyarakat luas dan ritel secara efektif dan cepat. Melalui pembiayaan ini, kami ingin berkontribusi dalam pemulihan ekonomi akibat pandemi,” kata Kharim.
Pertumbuhan kredit yang tinggi mendorong pendapatan bunga meningkat 624 persen menjadi Rp652 miliar. Sementara itu, beban bunga terkerek 147 persen menjadi Rp63 miliar.
Tidak hanya pendapatan bunga bersih, ARTO juga meraih fee based income sebesar Rp 56 miliar, atau tumbuh hampir dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada sisi lain, nasabah tabungan mencapai 1,4 juta orang, total dana pihak ketiga (DPK) pada akhir 2021 mencapai Rp3,68 triliun, meningkat 357 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.