ANALIS MARKET (03/6/2021) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Menguat Terbatas
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Rabu, 03/06/2021 IHSG ditutup menguat 84 poin atau 1.41% menjadi 6.031. Sektor industri dasar, aneka industri, perkebunan, infrastruktur, manufaktur, pertambangan bergerak psotif dan mendominasi penguatan IHSG kali ini. Investor asing membukukan pembelian bersih sebesar 507 miliar rupiah. Cerita hari ini akan kita awali dari;
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat terbatas dan ditradingkan pada level 5.991 – 6.115,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (03/6/2021).
Adapun cerita di hari Kamis (03/6) ini akan kita awali dari;
1.AMERIKA DAN CHINA, KEMBALI MESRA?
Pada akhirnya setelah sekian lama, Amerika dan China kembali duduk bersama untuk memulai kembali sebuah pembicaraan yang sudah lama sekali tak berbicara. Menteri Keuangan Janet Yellen, dan Wakil Perdana Menteri Liu He saling bersapa dan berbicara untuk pertama kalinya. Baik Amerika dan China keduanya membahas tentang upaya bagaimana untuk saling mendukung pemulihan ekonomi yang kuat, namun berkelanjutan serta pentingnya bekerja sama di berbagai bidang yang khususnya menjadi kepentingan bagi Amerika. Namun tidak hanya membahas mengenai kerja sama, keduanya juga membahas masalah yang saat ini selalu menjadi perhatian bagi keduanya. Tentu ini merupakan sesuatu yang kami nanti selama ini, karena seperti yang kami katakan, ditengah situasi dan kondisi tekanan yang dihasilkan oleh Covid 19, bekerja sama khususnya mereka yang memiliki perekonomian terbesar nomor 1 dan 2 akan mampu memberikan dampak yang luar biasa bagi negara negara yang menjadi mitra mereka. Luar biasanya bagi pemerintahan Biden adalah mereka memiliki Perwakilan Dagang yang bernama Katherine Tai, dan sebagai informasi Katherine Tai ini merupakan orang Asia – Amerika pertama kali yang mengisi posisi tersebut. Tentu saja hal ini membuat Katherine Tai memiliki opsi lebih ketika berbicara terhadap China yang dimana terlihat sekali Biden ingin kembali mengadakan diskusi bersama China yang sudah lama menghilang. Katherine Tai memulai pembicaraan pertama kali dengan Liu He pekan lalu untuk menyelesaikan beberapa perbedaan antara Amerika dan China terkait dengan hubungan dagang dan perekonomian keduanya. Pertemuan antara Yellen dengan Liu He merupakan yang ke 4x nya sejak Biden menjabat pada bulan January lalu. Pemerintahan Amerika menyebutkan pertemuan tersebut merupakan pertemuan dalam bentuk virtual untuk berkenalan satu sama lain. Sejauh ini meskipun Amerika dan China kembali melakukan komunikasi, namun Amerika tetap mempertahankan beberapa tarif yang sebelumnya sudah dikenakan terhadap China. Sejauh ini belum ada tanda tanda bahwa Amerika akan mengubah perjanjian yang sudah ada dengan China, yang dimana tentu saja Amerika sebetulnya merasa bersyukur dan senang karena terkait dengan transaksi perdagangannya dengan China akan menjadi jauh lebih adil, apalagi Biden saat ini tengah mengejar pendapatan melalui pajak dan apapun yang bisa dijadikan pendapatan untuk mendukung rencananya. Sejauh ini meskipun keduanya masih terikat tarif yang tidak dapat di elakkan, namun ekspor China kepada Amerika terus mengalami pertumbuhan yang sangat baik, China sendiri berjanji untuk meningkatkan pembelian barang barang dari Amerika, meskipun pembelian tersebut masih belum sesuai dengan target yang telah ditetapkan didalam perjanjian karena adanya Covid 19. Yellen dalam diskusinya mengatakan bahwa dirinya ingin melakukan terus komunikasi dengan Liu He, dan Liu He sendiri menyambut hal tersebut dengan sangat baik dengan dirinya mengatakan bahwa dirinya dengan senang hati akan melakukan komunikasi tersebut. Bagi Biden saat ini merupakan saat dimana dirinya akan berusaha untuk memperbaiki hubungannya antara Amerika dan China. Biden sendiri dikabarkan ingin mengubah beberapa larangan yang sudah diberikan oleh Amerika terkait dengan perusahaan yang ingin melakukan investasi di Amerika namun terhalang dengan adanya kuasa militer China di dalam perusahaan tersebut. Saat ini Biden akan berusaha untuk melakukan amandement yang akan dilakukan oleh Kementrian keuangan terkait dengan daftar perusahaan yang bergerak di bidang teknologi dan pertahanan yang menghadapi hukuman secara financial yang dimana perusahaan tersebut juga masuk ke dalam perusahaan yang diawasi oleh China. Amendment yang akan dilakukan oleh Biden tentu saja di harapkan dapat ditanda tangani oleh Biden pada akhir pekan ini, yang dimana tentu saja akan mengubah kriteria entitas yang masuk ke dalam daftar hitam Amerika terkait dengan perusahaan yang diperkirakan memiliki hubungan dengan militer China. Kementrian Keuangan sendiri dikabarkan akan berdiskusi lebih lanjut dengan Kementrian Pertahanan terkait dengan masalah tersebut, sehingga perusahaan yang di pilih akan melewati seleksi yang ketat. Apa yang dilakukan oleh Biden tentu saja akan mengundang perhatian banyak orang khususnya bagi beberapa pejabat yang menginginkan tindakan yang lebih keras terhadap China. Seorang Senator Republik mengatakan bahwa sangat penting bagi Amerika untuk terus memperluas daftar perusahaan-perusahaan China yang memiliki afiliasi dengan militer China, karena perusahana perusahaan tersebut memiliki akses untuk masuk ke dalam teknologi dan pasar modal di Amerika. Menteri Pertahanan, termasuk di dalamnya beberapa anggota bipartisan yang menuntut daftar perusahaan China yang lebih luas dan segera di publikasikan. Meskipun sebetulnya publikasi tersebut sudah harus dilakukan sejak 15 April silam. Mereka mengatakan bahwa, pemerintah Amerika harus bertindak lebih berani dalam menghalangi masuknya militer China ke dalam industry Amerika yang dimana khususnya bahwa China tidak boleh mengalahkan keungulan militer Amerika. Pelaku pasar dan investor sejauh ini masih mencari bentuk dari larangan tersebut, karena apabila perusahaan utama di perkirakan terafiliasi dengan militer China apakah anak perusahaan juga akan dimasukkan juga atau tidak. Oleh sebab itu lah pemerintah Amerika memperpanjang larangan untuk berinvestasi tersebut hingga hari ini, dan diharapkan pemerintah Amerika dapat segera merilis daftar perusahan tersebut. Well, mari kita sama sama berharap bahwa hubungan antara Amerika dan China kan kembali, meskipun tidak seindah waktu mereka bersama, namun setidaknya ada harapan bahwa mereka bisa saling memahami satu sama lain.
2.LANGKAH BARU DARI THE FED!
Dewan Federal Reserve mulai berencana untuk mulai menjual portfolio corporate bond secara bertahap yang The Fed beli ketika memberikan fasilitas pinjaman darurat sejak tahun lalu. Penjualan portfolio akan dilakukan secara bertahap dan teratur, sehingga focus utamanya adalah meminimalisir dampak buruk terhadap pasar. Penjualan portfolio ini juga memperhatikan likuiditas harian serta situasi dan kondisi perdagangan yang sedang terjadi di bursa atau pasar obligasi. Sejauh ini ada sekitar $13.7 miliar yang berada dalam Fed’s Secondary Market Corporate Credit Facility. The Fed akan memulai prosesnya melalui ETF yang akan dimulai pada awal musim panas nanti, dan diperkirakan akan selesai pada akhir tahun ini. Penjualan portfolio sendiri diperkirakan tidak akan memiliki korelasi terhadap kebijakan moneter, karena hal tersebut bukanlah tentang kebijakan moneter. Pengumuman untuk mulai menjual portfolio pun merupakan hal yang sangat sensitive bagi pelaku pasar dan investor, apalagi ditengah adanya issue terkait dengan diskusi tahap awal pengurangan jumlah pembelian obligasi yang dilakukan oleh The Fed sebelum melakukan normalisasi kebijakan. Fasilitas The Fed yang bernama Fed’s Secondary Market Corporate Credit Facility sendiri merupakan salah satu program yang di luncurkan oleh The Fed pada bulan Maret 2020 silam untuk mendukung dan memberikan pembiayaan dalam jumlah yang besar kepada ratusan pengusaha. Sebetulnya fasilitas tersebut merupakan sesuatu yang tidak biasa bagi The Fed karena biasanya The Fed akan membeli obligasi tersebut, namun alih alih membeli obligasi tersebut, The Fed akan menjadi stand by buyer di pasar sekunder. Hal ini memberikan sebuah keyakinan kepada pelaku pasar dan investor, bahwa apabila terjadi kepanikan, The Fed hadir di pasar untuk menjaga situasi dan kondisi tetap terkendali karena memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan pendanaan dalam bentuk kredit. Sejauh ini obligasi yang dimiliki oleh fasilitas ini masih masuk dalam investment grade, meskipun ada beberapa obligasi yang memiliki tingkat resiko tinggi. Ketika The Fed masuk ke dalam pasar, biaya pinjaman menjadi jauh lebih murah, hal inilah yang di atur oleh The Fed untuk menjaga perusahaan untuk tetap bertahan di tengah tekanan akan pandemic. Pengurangan portfolio obligasi Corporate Bond seharusnya tidak akan memberikan efek atau dampak yang terlalu besar, karena nilainya yang sangat kecil. Dan tidak menutup kemungkinan apabila memang diperlukan, The Fed akan kembali melakukan hal yang sama, hanya saja ditengah distribusi dan percepatan vaksinasi, kami melihat bahwa hal tersebut mungkin tidak dibutuhkan kembali. Namun pengurangan portfolio Corporate Bond ini akan menjadi sesuatu yang penting bahwa ternyata The Fed melihat bahwa pemulihan kian nyata, sehingga The Fed akan mengurangi ketergantungan pasar terhadap The Fed. Dan ini akan menjadi sebuah langkah awal, sejauh mana potensi dilakukannya pengurangan pembelian obligasi setiap bulannya akan terjadi.
3.AWAL YANG BAIK!
Mengawali perdagangan di bulan Juni, penguatan IHSG menjadi awal yang baik bagi pelaku pasar dimana rilis data dari PMI Manufaktur juga Inflasi bulan Mei ikut mendukung penguatan tersebut. Markit Manufaktur PMI Mei tercatat berada di 55.3 lebih tinggi dari bulan April yang berada di 54.6. Terdapat kenaikan pada permintaan baru, output, dan pembelian yang belum pernah terjadi selama 10 tahun terakhir, sementara ketenagakerjaan kembali bertumbuh setelah 14 bulan untuk memenuhi kebutuhan kapasitas operasional yang meningkat. Namun saat ini masih terlihat adanya kendala dalam jumlah pasokan dimana permasalahan tersebut berdampak pada kenaikan harga produksi yang terjadi pada seluruh sector manufaktur. Kendala pasokan terus tercermin dari perpanjangan waktu pemenuhan pesanan, yang mengakibatkan inflasi biaya input dan output terus berlanjut di Indonesia. Sebagai akibat dari keterlambatan pengiriman, input menipis meskipun rekor transaksi pembelian meningkat. Inflasi pada bulan Mei tercatat naik 0.32% MoM. Kenaikan tersebut didorong oleh naiknya Inflasi inti sebesar 1.37% dimana kenaikan tersebut berada di atas ekspektasi consensus. Sehingga jika mengacu pada periode yang sama, Inflasi bulan Mei naik 1.68% lebih tinggi dari periode sebelumnya yang berada pada 1.42%. Dengan begitu inflasi sepanjang tahun 2021 tercatat 0.90% YTD. Permintaan dari masyarakat yang tinggi pada momentum lebaran dinilai menjadi trigger pada kenaikan inflasi di bulan Mei yang diharapkan dalam terus berlanjut pada Q2 2021 ini. Hal ini menjadi penting untuk mengejar ketertinggalan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, sehingga akselerasi menjadi point penting disini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Kami menyakini bahwa apabila June dapat ditutup dengan manis, tidak menutup kemungkinan bahwa July nanti, fundamental ekonomi Indonesia kian kuat untuk menopang Taper Tantrum apabila terjadi dalam waktu dekat meskipun gejolak di pasar keuangan tidak dapat ditahan.

