ANALIS MARKET (15/02/2021) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Menguat Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Kamis, 11/02/2021 IHSG ditutup menguat sebesar 20 poin atau sebesar 0.33% menjadi 6.222. Sektor pertambangan, industri konsumsi, industri dasar, keuangan, perdagangan bergerak positif dan menjadi kontributor terbesar pada kenaikan IHSG kemarin. Sementara investor asing mencatatkan penjualan bersih sebesar 14 miliar rupiah.

Adapun cerita di awal tahun kerbau logam ini akan kita awali dari;

1.PESAN YELLEN UNTUK G7

Menteri Keuangan, Janet Yellen mengatakan, bahwa negara-negara yang tergabung dalam G7, apabila ingin menjadi besar, maka harus berani untuk mengeluarkan stimulus fiscal untuk mendorong dan mendukung pemulihan perekonomian yang diakibatkan oleh Covid 19. Dalam call confrencenya pertamanya sebagai Menteri Keuangan, Yellen mengatakan bahwa untuk menjadi besar, memang membutuhkan waktu. Dan untuk menjadi besar, tentu saat ini G7 harus focus terhadap bagaimana melakukan pemulihan perekonomian. Yellen menyampaikan hal tersebut dalam acara conference call dengan para kepala keuangan dari perekonomian di seluruh dunia untuk membahas usulan terkait dengan perluasan pinjaman IMF, perpajakan digital, dan perubahan iklim. Amerika terus mendukung peningkatan iuran IMF sebanyak $500 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk mendukung Emerging Market Countries untuk melawan krisis yang diakibatkan oleh Covid 19. G7 juga membahas terkait dengan peningkatan sumber daya yang dibutuhkan oleh IMF. Tujuan dari Conference Call tersebut adalah untuk membantu Negara Berkembang agar dapat bertahan. Counselor dari Inggris, Rishi Sunak mengatakan bahwa Negara Berkembang sangat membutuhkan bantuan, karena Negara Negara inilah sangat rentang terkait dengan dampak dari wabah virus corona. Amerika sejauh ini masih memiliki hak veto de facto di IMF, dan sebelumnya Steven Mnuchin telah menolak untuk memberikan iuran tambahan yang saat ini diusulkan oleh kelompok G7. Namun Yellen tidak suka keputusan Steven, oleh sebab itu, Yellen menyampaikan kemarin, bahwa kami memprioritaskan keterlibatan Amerika dalam hubungan internasional dan memperkuat alliansi kami. Oleh sebab itu, kami percaya bahwa untuk mengalahkan China yang sudah menjadi besar seperti sekarang, tidak bisa dengan kekuatan Amerika sendiri. Amerika membutuhkan kekuatan dari Alliansi untuk mendapatkan kekuatan untuk melawan China. Menteri Keuangan France, Bruno Le Maire mengatakan bahwa perekonomian Amerika sebagai perekonomian terbesar di dunia, harus bisa mengkoordinasikan rencana, dan kebijakan stimulus sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi resiko ketegangan perdagangan dan ketidakseteraan. Amerika sendiri sejauh ini siap untuk memberikan iuran tambahan senilai $500 miliar tanpa harus melewati kongres. Sejauh ini Partai Republik masih menentang iuran tambahan tersebut, karena sebagaian besar iuran tersebut akan digunakan untuk negara negara seperti China, Rusia, dan Iran. Dalam pembahasan pajak digital, para kepala keuangan dunia juga membahas dan berdiskusi mengenai pajak untuk Perusahaan yang berbasis internet seperti Facebook dan lainnya. Menteri Keuangan Jepang, Taro Aso mengatakan bahwa diskusi berjalan dengan sangat baik khususnya terkait dengan perpajakan digital. Inggris sendiri sangat mendukung rencana tersebut, dan berharap akan ada solusi multilateral pada pertengahan tahun ini yang akan disepati oleh G20. Semakin cepat, semakin baik, apalagi Biden salah satu orang yang mendukung terkait dengan pemberian pajak oleh perusahaan perusahaan yang berbasis internet. Karena menurut kami, ditengah situasi dan kondisi saat ini, tentu pajak digital akan menambah income dalam jumlah yang lebih besar dan dapat memberikan pendapatan yang lebih besar untuk pemerintah. Apabila ini terjadi, memang secara perusahaan yang bersangkutan akan mengalami penurunan laba, namun di sisi stabilitas anggaran pemerintah, akan jauh lebih sehat.

2.RELAKSASI YANG DINANTI

Wacana terkait penghapusan PPnBM turut mengiringi psikologis pelaku pasar terkait ekspektasi yang bersebrangan yaitu potensi naiknya daya beli sebagai dampak dari kebijakan tersebut dan potensi adanya shortfall pajak dimana peranan dari pembelian kendaraan bermotor memiliki kontribusi terhadap pendapatan negara. Pemerintah menyebutkan relaksasi akan dilakukan secara bertahap. Relaksasi PPnBM diusulkan untuk dilakukan sepanjang tahun 2021, dengan skenario PPnBM 0% pada Maret - Mei, PPnBM 50% pada Juni - Agustus, dan 25% pada September - November. Instrumen kebijakan akan menggunakan PPnBM DTP (ditanggung pemerintah) melalui revisi Peraturan Menteri Keuangan (PMK), yang ditargetkan akan mulai diberlakukan pada 1 Maret 2021. Kebijakan tersebut akan berdampak pada permintaan mobil berpenumpang 7 orang dengan kategori kubikasi mesin kurang dari 1.500 cc dengan penggerak dua roda. Sedangkan untuk mobil Sedan dengan kapasitas mesin di bawah 1.500 cc. Sebelumnya kebijakan tersebut telah ditolak oleh Menteri Keuangan dimana Sri Mulyani menginginkan stimulus yang tidak menyasar pada satu industry saja. Lain sisi, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menyampaikan, Kebijakan tersebut diberikan bagi kendaraan bermotor konsumsi masyarakat berpenghasilan menengah atas yang diharapkan dapat meningkat, sehingga permintaan yang tumbuh berdampak pada meningkatnya utilisasi industri otomotif dan mendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama tahun ini. Selain itu, pemberian insentif penurunan PPnBM juga akan didukung dengan revisi kebijakan OJK untuk mendorong kredit pembelian kendaraan bermotor. Yakni akan adanya aturan uang muka atau DP 0% dan penurunan ATMR Kredit untuk kendaraan bermotor. Menanggapi potensi shortfall, Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis, Yustinus Prastowo menyampaikan tidak adanya potensi shortfall, hal tersebut sudah masuk dalam perhitungan stimulus yang sudah dihitung sebagai belanja negara, sehingga beban pajak sudah ditanggung oleh pemerintah. Tentu hal ini diharapkan dapat menjadi penopang pertumbuhan pada kuartal I dan II 2021. Emiten yang bergerak dalam industry automotif, perdagangan kendaraan bermotor dan multifinance dapat terdampak dari stimulus tersebut. Oleh sebab itu, kami memperkirakan bahwa dalam jangka waktu pendek, emiten tersebut berpotensi mengalami kenaikkan. Namun lagi-lagi, pertanyaannya sederhana. Ditengah situasi dan kondisi yang dimana pengendalian Covid 19 masih belum maksimal, apakah dengan adanya PPnBM ini dapat mendorong daya beli masyarakat? Tentu kami melihat masih akan ada potensi masyarakat menunda konsumsi karena situasi dan kondisi yang masih belum pasti terkait dengan Covid 19. Mereka cenderung lebih baik menabung hingga situasi dan kondisi terkait dengan penanganan penyebaran Covid 19 menjadi lebih baik. Oleh sebab itu, meskipun adanya stimulus tersebut, namun apabila tidak diimbangi oleh adanya pengendalian Covid 19 yang intens, maka ada kemungkinan stimulus tersebut hanya berdampak positive secara jangka pendek. Namun apabila pengendalian Covid 19 juga berjalan dengan baik, tentu konsumsi di masyarakat akan meningkat seiring sejalan dengan ekspektasi pemberian stimulus tersebut.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat terbatas dan ditradingkan pada level 6.159 – 6.284,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (15/02/2021).