ANALIS MARKET (04/10/2021) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Menguat Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Jumat, 01/10/2021 lalu, IHSG ditutup melemah 58 poin atau -0.92% menjadi 6.228. Sektor consumer siklikal, Kesehatan, teknologi, industry dasar bergerak negatif dan mendominasi penurunan IHSG kali ini. Investor asing membukukan penjualan bersih sebesar 10.520 miliar rupiah.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat terbatas dan ditradingkan pada level 6.171 – 6.288,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (04/10/2021).

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;

1.SEBUAH USAHA, SEBUAH DAYA

Ketua DPR Nancy Pelosi lagi lagi gagal untuk mendapatkan suara bulat terkait dengan stimulus infrastructure senilai $550 miliar, yang akan dicoba lagi pada pekan depan setelah pertemuan Partai Demokrat versi Moderat dan progresif gagal untuk mencapai kesepakatan mengenai agenda ekonominya. Sejauh ini Pejabat Tinggi dari White House akan dikerahkan ke Capitol Hill untuk bertemu dengan fraksi fraksi Partai Demokrat yang masih berselisih terkait dengan nilai stimulus dan ruang lingkup agenda Biden, yang dimana nilai stimulus tersebut mencakup pajak dan rencana stimulus sebesar $3.5 triliun dan stimulus infrastructure. Sejauh ini Partai Demokrat Moderat masih ingin meloloskan stimulus infrastructure terlebih dahulu lalu melangkah maju dengan stimulus yang sudah dikurangi agar tidak terlalu memakan dana yang lebih besar. Progresif sendiri menginginkan stimulus penuh senilai USD 3.5 triliun yang dijanjikan oleh Biden dalam program sosialnya yang diperluas hingga ke sesi inisiatif lainnya. Kaum progresif juga telah mengancam untuk tidak memilih stimulus infrastructure hingga sebuah langkah besar di setujui di DPR dan Senat. Sekretaris White House, Jen Psaki mengatakan banyak kemajuan telah dibuat dalam pekan kemarin, dan sejauh ini kesepakatan tersebut terlihat lebih dekat daripada sebelumnya. Kami masih membutuhkan waktu tambahan untuk menyelesaikan pekerjaan. Tentu hal ini kembali mengundang tanda tanya pemirsa, apakah stimulus tersebut akan mencapai titik temu atau tidak, yang kami yakin meskipun sulit, bahwa keputusan akan terjadi, hanya tinggal masalah waktu saja. Senator Virginia Barat, Joe Manchin mengatakan bahwa dirinya dan beberapa kawan Senator lainnya masih menginginkan pemotongan pajak dan stimulus senilai $2 triliun. Manchin melihat bahwa kesepakatan akan segera tercapai, setidaknya dengan nilai $1.5 triliun untuk merawat anak anak dan manula. Sejauh ini kelompok progresif yang terdiri dari 50 anggota siap untuk memberikan suara untuk menentang stimulus infrastructure. Apabila kesepakatan ini tidak terjadi, maka tidak akan menghalangi langkah agenda ekonomi Joe Biden, namun akan membuat perkembangan perekonomian yang dimana di dalam fase pemulihan akan berjalan lebih lambat. Pelosi sendiri mengatakan bahwa dirinya tidak akan pernah ragu untuk mengeluarkan stimulus yang lebih besar meskipun ada hambatan dalam negosiasi dengan Senat mengenai nilai stimulus tersebut. Sejauh ini Partai Republik masih bertahan untuk menolak stimulus tersebut. Well, tarik ulur sudah biasa terjadi, namun apabila hal ini berlarut larut, maka pemulihan ekonomi akan terhambat, dan arah ekonomi selanjutnya mungkin akan semakin kabur. Yuk kita lihat cerita kelanjutannya ya.

2.PEKAN SINGKAT

Tidak seperti biasanya, pada pekan pekan sebelumnya pemirsa. Kali ini data ekonomi yang keluar akan sangat terbatas, meskipun demikian beberapa diantaranya tetap merupakan sesuatu yang sangat krusial bagi pergerakan pasar. Sebut saja dari Amerika akan datang data Factory Orders dan Durable Goods Orders yang diproyeksikan mengalami kenaikkan, hal ini merupakan salah satu data perekonomian yang akan menjadi daya penggerak pasar. Seperti biasa tidak ketinggalan ada data PMI Services dan Composite yang diproyeksi juga mengalami kenaikkan, meskipun tipis. Tidak ketinggalan data upah Nonfarm Payrolls dan Manufacture Payrolls juga akan mencuri perhatian, didukung dengan data Unemployment Rate yang dimana ini merupakan salah satu indicator utama bagi The Fed untuk mengambil keputusan untuk melakukan fase Taper Tantrum dan keputusan kenaikkan tingkat suku bunga. Dan terakhir dari Amerika di tutup dengan Wholesale Inventories. Setelah dari Amerika, kita jalan jalan ke Eropa dimana ada data PMI Services dan Composite yang diproyeksi mengalami kenaikkan. Tidak lupa ditengah pemulihan ekonomi di Eropa, penjualan ritel akan menjadi sorotan yang dimana sebelumnya sempat mengalami penurunan, namun diharapkan penjualan ritel tetap konsisten mengalami kenaikkan untuk menopang pemulihan dan inflasi tetap berjalan di atas 2%. Namun yang terpenting dari antara semua itu adalah, Lagarde akan menyampaikan sesuatu pada tanggal 5 October, dan tampaknya pidato tersebut layak untuk dinantikan pemirsa, karena akan memberikan sesuatu yang berbeda dari biasanya terkait dengan tingkat suku bunga dan tentu saja terkait dengan stimulus lanjutan. Kita lanjut ke China, sama seperti negara negara yang lain, data PMI Composite dan Services akan menjadi sorotan setelah sebelumnya China terperosok hingga dibawah 50, sesuatu hal yang menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi China masih dalam situasi dan kondisi labil. Ditengah krisis energi yang terjadi, ini akan menjadi permasalahan tersendiri untuk China. Setelah makan dimsum di China, kita berubah haluan untuk melakukan hanami di Jepang. Sama seperti negara negara sebelumnya, PMI Services dan Composite akan mencuri perhatian dimana perlambata ekonomi masih kerap terjadi di Jepang. Diharapkan dengan adanya Perdana Menteri baru nanti, PMI Services dan Composite dapat tertopang mengalami kenaikkan hingga di atas 50. Inflasi masih berada berada di situasi dan kondisi yang minus, dan tidak bisa di harapkan. Current Account Deficit Jepang akan menjadi perhatian sejauh mana Jepang mampu bertahan di tengah situasi dan kondisi tersebut. Dan terakhir, penjualan Machine Tool juga menjadi perhatian pemirsa. Dan terakhir, dari Indonesia data ekonomi akan keluar mengenai cadangan devisa yang dimana sebetulnya secara dampak tidak terlalu signifikan terhadap market, namun suka atau tidak suka data cadangan devisa biasa selalu menjadi sorotan dan sebuah alasan bagi pasar bergerak naik atau turun. Ditengah situasi dan kondisi yang terjsai saat ini. Pasar akan mencoba untuk mengambil moment saat ini, baik saham maupun obligasi. Saham yang ditutup di atas 6.200, akan menjadi sebuah bekal yang baik untuk menuju 6.300, disatu sisi penurunan US Treasury hari ini, akan mendorong harga obligasi mengalami kenaikkan pada hari ini. Apapun itu, ini akan menjadi tolok ukur baru bagi pelaku pasar dan investor untuk mengejar sejauh mana saham dan pasar obligasi melangkah.

3.PASTI BISA!

Rilis data manufaktur bulan September yang berada di atas ekspektasi cukup mengindikasikan adanya pemulihan dari sector manufaktur di bulan September dimana pelonggaran aktivitas memberikan dampak positif pada aktivitas bisnis. PMI Manufaktur Indonesia untuk bulan September tercatat berada pada 52.2 lebih tinggi dari periode Agustus yang berada pada 43.7. Penanganan pandemic menjadi tolok ukur dari pelaku usaha untuk menentukan target produksi dimana naiknya konsumsi menjelang akhir tahun menjadi harapan dari keputusan tersebut. Konsumsi barang nonesensial dinilai akan terpacu seiring capaian indeks manufaktur Indonesia pada September 2021 yang kembali ekspansif. Dilain sisi, BPS melaporkan terjadinya deflasi pada bulan September sebesar -0.04% MoM. Hal ini didorong oleh penurunan harga pada sejumlah komoditas pangan, seperti telur ayam ras sebesar -0,07%, cabai rawit -0,03%, dan bawang merah -0,03% MoM. Sejalan dengan itu, inflasi inti pada September 2021 lebih rendah dari bulan Agustus. Namun jika mengacu pada inflasi sepanjang tahun 2021 terdapat kenaikan sebesar 1.6% YoY. Inflasi diproyeksikan tetap terjaga rendah hingga kuartal IV 2021 berakhir. Meskipun ada potensi inflasi dapat naik pada momentum natal dan tahun baru, namun ruang kenaikannya lebih terbatas. Kenaikan inflasi pada kuartal IV lebih dikarenakan demand pull inflation dimana pelonggaran dari pembatasan aktivitas juga diiringi oleh pola musiman. Perkiraan kami menunjukkan inflasi pada akhir 2021 bisa lebih rendah dari perkiraan kami sebesar 2,5%. Kami melihat masih ada peluang inflasi tahun ini berada di atas realisasi inflasi 2020 sebesar 1,8%. Beberapa faktor yang dapat menahan tekanan inflasi di sisa 2021 adalah harga emas, insentif pajak, dan pemulihan ekonomi yang lebih bertahap, serta risiko tapering the Fed. Di samping itu, pemerintah telah memutuskan untuk memperpanjang diskon 100% PPnBM kendaraan bermotor hingga akhir tahun. Sementara itu, tekanan inflasi dari cost-push inflation di tengah tingkat indeks harga perdagangan besar sudah berada di atas inflasi dan tekanan dari peningkatan jumlah uang beredar dinilai masih dapat dikendalikan.