ANALIS MARKET (06/01/2021) : Aksi 'Wait and See' Direkomendasikan untuk Pasar Obligasi

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi cukup luar biasa pada lelang kemarin (05/1), namun tidak cukup hebat di pasar sekunder.

Total penawaran yang masuk masih dalam rentang ekspektasi kami, namun pergerakan pasar di sekunder justru terlihat mengecewakan.

Ditengah gegap gempitanya lelang pemerintah kemarin, pasar obligasi di pasar sekunder justru melemah yang dimana mendorong Rupiah juga mengalami pelemahan, meskipun melemah terbatas.

Seperti biasa, sesuai dengan prediksi, FR 88 menjadi salah satu primadona dalam lelang tersebut. Disusul oleh obligasi berdurasi 10y.

Dan kupon yang diberikan juga masih dalam sesuai dengan prediksi kami, meskipun kami cukup mengapresiasi kupon yang diberikan untuk obligasi 30y.

Mungkin karena jangka panjang, kali ini pemerintah berbaik hati dengan memberikan bonus kupon yang lebih menarik untuk menjaga ekspektasi pasar. Namun demikian, meskipun begitu, sosok Bank Indonesia di pasar masih sangat kuat sehingga mendorong dominasi sisi investor obligasi saat ini.

Namun demikian, bukan berarti pasar obligasi sudah menjadi tidak menarik saat ini. Justru dengan kehadirannya, harga obligasi cenderung stabil dan terus mengalami kenaikkan, sekalipun ketidakpastian di luar masih sangat tinggi. Lelang telah berlalu, pasar obligasi pagi ini akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas. Keterbatasan ini datang dari masih adanya animo di pasar, namun mulai berkurang.

Sejauh ini, semuanya masih sesuai dengan bayangan kami, hanya tinggal sejauh mana pasar obligasi seri baru dapat terus melangkah.

“Kami merekomendasikan wait and see,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (06/01/2021).

Adapun cerita di hari Rabu (06/1) ini, akan kita awali dari;

1.REALISASI PEN 2020 CAPAI 83,4%

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyebutkan anggaran program pemulihan ekonomi nasional hingga akhir 31 Desember 2020 terealisasi Rp579,78 triliun atau 83,4% dari total anggaran sebesar Rp695,2 triliun. Realisasi tersebut meliputi bidang kesehatan Rp63,51 triliun atau 63.83% dari pagu Rp99,5 triliun, perlindungan social Rp220,39 triliun atau 95,743% dari pagu Rp230,21 triliun, serta sektoral K/L dan Pemda Rp66,59 triliun atau 98,13% dari pagu Rp67,86 triliun. Sedangkan realisasi untuk anggaran UMKM Rp112,44 triliun atau 96,43% dari pagu Rp116,31 triliun, pembiayaan korporasi Rp60,73 triliun dari pagu Rp60,73 triliun, serta insentif usaha Rp56,12 triliun dari pagu Rp120,61 triliun. Realisasi anggaran dari kesehatan yang cukup rendah akan terus menjadi fokus dari pemerintah di tahun 2021 dimana sisa dari anggaran tersebut akan dialokasikan untuk pemberian vaksin gratis pada tahun 2021. Sementara itu, ketentuan untuk mengalihkan PEN untuk tahun 2021 tertera pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 187/PMK.05/2020 terbit. Sisa dana PEN yang masih ada dalam rekening khusus penanganan Covid-19 bisa dimanfaatkan pada 2021. Sementara itu, Sri Mulyani juga menyampaikan proyeksi alokasi anggaran untuk program PEN 2021 mencapai Rp403,9 triliun atau naik dari rencana sebelumnya Rp372,3 triliun. Total anggaran program PEN Rp403,9 triliun tersebut difokuskan untuk alokasi terhadap enam bidang yaitu kesehatan Rp25,4 triliun dengan SILPA Earmark 2020 Rp47,07 triliun yang akan dimanfaatkan untuk tahun ini dan perlindungan sosial Rp110,2 triliun. Kemudian sektoral K/L dan Pemda Rp184,2 triliun, UMKM dan pembiayaan korporasi Rp63,84 triliun, serta insentif usaha Rp20,26 triliun. Progres dari serapan PEN pada tahun 2021 menjadi perhatian pelaku pasar, hal ini seiringan dengan dampak stimulus tersebut apakah sejalan dengan dampak yang diberikan dan seberapa cepat pemulihan ekonomi dapat berjalan. Tentu hal ini dinilai dapat meyakinkan investasi untuk dapat masuk, dimana pemerintah juga cukup serius dalam mengembalikan kepercayaan diri investor terhadap iklim investasi di Indonesia.

2.ARAB SAUDI LUAR BIASA

Pada akhirnya demi menjaga harga minyak dunia, Arab Saudi memberikan kejutan bagi pasar dengan melakukan pemotongan produksi dalam jumlah yang besar. Langkah Arab Saudi tersebut memberikan sebuah kesempatan untuk menutupi kekurangan dengan apa yang dilakukan oleh OPEC+ sebelumnya dan merupakan salah salah kebaikkan dari Arab Saudi terkait dengan beberapa kebijakan Arab Saudi yang sebelumnya justru tidak menginginkan adanya pemotongan. Alhasil harga minyak mentak naik ke level tertingginya dalam kurun waktu 10 bulan terakhir, yang dimana tentu saja berita positive ini mendorong saham saham yang bergerak di bidang energi mengalami kenaikkan. Apakah saham saham yang bergerak di sector energi di Indonesia juga akan mengalami? Mungkin saja, apa yang tidak mungkin bagi pasar saat ini tentu akan menjadi mungkin. Tapi ingat, hit and run tetap berlaku lho ya meskipun vaksinasi akan dimulai pada pekan depan untuk menjaga asupan ekspektasi dan harapan. Menteri Energi Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman memberikan pernyataan tersebut dengan nada yang optimis karena mereka telah melakukan hal yang baik yang baik berdasarkan instruksi dari Yang Mulia Mohammad bin Salman. Seperti yang kita ketahui, sejak akhir December lalu Rusia telah mendorong produksinya hingga mengalami kenaikkan hingga 500.000 barel per hari hingga bulan February mendatang. Namun kehadiran keputusan Arab Saudi tentu memberikan kesempatan untuk menjaga harga minyak sekalipun Rusia mendorong kenaikkan produksi. Arab Saudi memangkas sekitar 1 juta barel per hari produksinya pada bulan February dan Maret, namun sebagian besar negara lain masih akan tetap mempertahankan produksinya agar kestabilan tetap terjaga. Rusia dan Kazakhstan bahkan di berikan izin untuk menambah supply hingga 75.000 barel per hari pada rentang February dan Maret. Minyak mentah WTI sontak mengalami kenaikkan hingga lebih dari 5%, dimana hal tersebut membuat harga minyak WTI mencapai diatas $50 per barel untuk pertama kalinya sejak penyebaran wabah virus corona. Pangeran Abdulaziz mengatakan bahwa Arab Saudi memiliki tanggungjawab untuk menjaga pasar, dan kami akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menjaga pasar. Dirinya pun sempat menegaskan hal tersebut berulang kali, dan dia memberikan pernyataan bahwa jangan sampai ada yang meragukan tekad kami untuk menjaga pasar. Kami melihat ada perbedaan yang mendasar antara Rusia dengan Arab Saudi. Arab Saudi lebih memilih untuk mendapatkan harga minyak yang tinggi dengan mengurangi produksi, namun tidak begitu dengan Rusia yang lebih memilih mendorong produksi untuk menjaga pasar, sebelum competitor yang lain mengisi celah tersebut. Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak sangat menyambut dan mengapresiasi langkah yang dilakukan oleh Arab Saudi. Dirinya mengatakan bahwa langkah tersebut merupakan hadiah tahun baru kepada seluruh industry minyak di dunia. Namun Rusia, karena terfokus terhadap kenaikkan produksi, mereka tetap menginginkan kenaikkan produksi dan berharap bahwa langkah Arab Saudi tidak dilakukan kembali. Mereka khawatir bahwa mereka akan kehilangan pasar apabila membatasi produksi. Saham Exxon Corp naik hampir 8%, dan perusahaan pengeboran minyak di Amerika naik sebanyak 11%. Apakah hal tersebut menjadi salah satu point yang bagus untuk perekonomian kedepannya? Mungkin saja, namun saham sector energi hari ini patut untuk dicermati.