ANALIS MARKET (26/01/2021) : Pasar Obligasi Berpotensi Melemah Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi masih mengalami penurunan setelah beberapa waktu mengalami kenaikkan.

Namun demikian, harga obligasi masih mengalami kenaikkan untuk obligasi berdurasi 20y sisanya semua obligasi acuan masih mengalami penurunan secara harga, tentu hal tersebut menjadi sangat menarik karena obligasi jangka panjang mulai kembali diminati.

Itu artinya, pelaku pasar dan investor yakin terhadap prospek perekonomian Indonesia kedepannya.

Pertanyaannya adalah, sejauh mana imbal hasil obligasi akan bergerak sedangkan indicator macro economy belum menunjukkan perbaikannya.

Saat ini pasar obligasi masih menumpangkan tangannya terhadap Bank Indonesia sebagai jangkar dalam menutupi deficit APBN.

Kehadiran Bank Indonesia inilah yang membuat penerbitan obligasi memiliki kupon yang kecil, meskipun supplier berlebih.

Oleh sebab itu, kami melihat peran Bank Indonesia masih menjadi sesuatu yang sentral untuk saat ini.

Bank Indonesia sendiri akan terus mempertahankan tingkat suku bunga rendah dan likuiditas yang cukup di pasar hingga adanya inflasi yang mengalami peningkatan.

Bank Indonesia juga menyampaikan bahwa mereka sedang mempersiapkan peraturan untuk mendorong transparansi yang lebih besar tentang bagaimana Bank akan menetapkan tingkat suku bunga mereka dengan meminta bank tersebut untuk melaporkan cost of fund, cost of administration, dan margin.

Peraturan baru ini menurut Bank Indonesia akan mendorong percepatan transmisi kebijakan moneter kedepannya.

Bank Indonesia juga mengatakan kepada perwakilan industry dan kementrian keuangan tentang kebijakan untuk meningkatkan kredit di sector sector tertentu, dan peraturan mengenai hal tersebut akan segera di terbitkan.

Tidak hanya untuk sector tertentu loh pemirsa, namun Bank Indonesia juga akan mengizinkan usaha kecil dan menengah untuk mendapatkan tingkat kenyamanan dan keamanan pinjaman terhadap utang yang mereka miliki.

Sejauh ini, hingga per 20 January kemarin, Bank Indonesia telah membeli obligasi dengan total nilai Rp 25.9 triliun dipasar.

Well, kehadiran Bank Indonesia merupakan oase bagi pelaku pasar dan pasar itu sendiri.

Oleh sebab itu, kami melihat pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas, namun ada potensi penguatan namun untuk obligasi 20y.

“Kami merekomendasikan wait and see,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (26/01/2021).

Adapun cerita di pagi hari ini akan kita awali dari;

1.SEBUAH PIDATO DARI PRESIDEN XI

Presiden Xi Jinping berpidato kemarin di Davos untuk memberikan seruan kepada dunia untuk meninggalkan perasaan prasangka ideologis dan menghindari mentalitas terkait dengan perang dingin yang sudah ketinggalan zaman. Hal ini disampaikan Presiden Xi sebagai bagian dari pembuktian dari China bahwa China akan terus melangkah maju meskipun ditengah situasi dan kondisi dimana tekanan terus terjadi terhadap China. Xi mengatakan bahwa kita semua harus memiliki komitmen untuk patuh terhadap hukum dan peraturan internasional daripada hanya berkomitmen pada supremasi. Xi juga mengatakan bahwa dengan naiknya Joe Biden sebagai Presiden Amerika, Xi mendesak Amerika untuk kembali saling menghormati satu sama lain untuk bekerjasama dalam pemulihan pasca pandemic. Setiap perang dingin yang baru entah itu penolakan, ancaman, atau intimidasi terhadap orang lain atau dengan sengaja memaksakan pemisahan, memberikan gangguan, sanksi, menciptakan isolasi atau kerenggangan, itu semua hanya akan menciptakan dunia untuk masuk lebih dalam lagi dalam perpecahan bahkan menimbulkan konfrontasi. Pidato Xi tersebut sangat amat dinantikan karena tentunya memberikan harapan dan keinginan dari Presiden Xi yang dimana Xi berkeinginan untuk menjaga hubungan antara kedua perekonomian terbesar dunia selama 4 tahun kedepan. Meskipun tidak secara explisit, namun sebagian besar pidato Xi tersebut memberikan gambaran, bahwa Amerikalah yang dimaksud dalam pidato tersebut. Xi kembali menyampaikan bahwa poin pembicaraan tersebut adalah mengenai multilateralisme dan tentu saja kerja sama yang sama sama menguntungkan kedua belah pihak. Pidato ini secara gambaran memiliki kesamaan terkait dengan situasi dan kondisi 4 tahun yang lalu di Davos, namun bedanya kala itu Presiden Trump yang di lantik. Xi juga menyampaikan bahwa dirinya tidak memberikan dorongan untuk mengubah pemerintah Amerika ataupun China yang berubah untuk menghadapi tekanan dari Amerika. Karena Xi mengatakan bahwa setiap negara itu memiliki sejarah, budaya, dan system sosialnya sendiri, oleh sebab itu tidak ada satupun yang lebih ungul dari yang lain. Xi mengatakan bahwa tidak boleh untuk memaksakan system yang dimiliki terhadap orang lain karena mungkin saja system itu tidak sama atau cocok. Sejauh ini para pemimpin China sudah lama menggunakan Davos sebagai forum untuk memberikan informasi terkait dengan reformasi ekonomi namun tidak dicampurkan dengan situasi dan kondisi politik. Xi mengatakan bahwa saat ini masalah politik harus dikesampingkan karena dari politiklah hubungan antara negara negara di timur dan barat menjadi renggang. Tapi disatu sisi keinginan Xi untuk mengesampingkan perbedaan politik tidak akan mudah diterima begitu saja, karena kebijakan China di Xinjiang telah membuat Amerika mengatakan bahwa China telah membuat kebijakan yang tidak masuk akal, sedangkan bagi Uni Eropa kebijakan tersebut telah memberikan sisi negative dari China pada tahun 2019 silam, meskipun ujung ujungnya Uni Eropa tetap menandatangani kerjasama dengan negara negara Asia pada penghujung tahun 2020 lalu. Juru bicara White House mengomentari pidato Xi terkait dengan jangan mengubah apapun memiliki sesuatu makna didalamnya, namun Amerika akan tetap memainkan perannya untuk menjadi lebih baik dalam melindungi teknologi Amerika dan pemerintah akan terus meninjau isu isu utama seperti investasi dari Perusahaan China serta daftar hitam perusahaan telekomunikasi miliki China. Kembali kepada Presiden Xi, dalam pidatonya kemarin dia juga mengatakan bahwa Xi memiliki keinginan untuk membangun kembali dialog tingkat tinggi khususnya dalam pemerintahan yang akan datang, sehingga mendorong semua negara untuk meningkatkan kepercayaan politik melalui komunikasi yang strategis. Sejauh ini setelah era Presiden Trump, lebih dari 100 forum yang diselenggarakan secara resmi telah dibubarkan, mulai dari Huawei Technologies yang terkena pembatasan dan tarif terhadap hampir $500 miliar jenis product. Sejauh ini, Biden belum memberikan tanggapan lebih jauh terkait dengan tanggapannya terhadap konfrontasi dengan China, namun Biden sudah memberikan aba-aba untuk mengubah dari konfrontasi menjadi persaingan yang sehat dengan China. Pidato dari Xi ditutup dengan rasa bangga bahwa China telah semakin dekat dengan pusat menjadi panggung dunia, dan China juga menjadi satu satunya negara yang melaporkan pertumbuhan perekonomian yang positive bahkan ditengah pandemic sehingga tingkat pertumbuhan China di proyeksi akan berada di 8.3% tahun ini, cukup jauh kalua kita bandingkan dengan Amerika yang berada di 4.1%.