ANALIS MARKET (15/5/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Menguat Terbatas
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, mendadak kemarin (14/5), di pasar sekunder harga obligasi mengalami lonjakan yang cukup cepat, meskipun pada akhirnya lonjakan tersebut berangsur angsur kembali normal, dan pada akhirnya pasar ditutup dengan penguatan namun dengan rentang yang terbatas.
“Kembali naiknya resiko di saham, membuat pelaku pasar dan investor melepaskan kembali porsi saham mereka, dan memilih untuk masuk ke dalam pasar obligasi. Hal ini merupakan salah satu yang wajar, ditengah meningkatnya resiko, investor akan cenderung mencari investasi yang lebih aman, dan lebih menjanjikan. Obligasi memenuhi kriteria tersebut, meskipun obligasi tetap memiliki nilai resiko,” ungkap analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (15/5/2020).
Ditambahkan, di tengah-tengah potensi adanya pemangkasan tingkat suku bunga ke arah negative bagi The Fed, tentu memberikan sinyal juga kepada Bank Sentral Indonesia untuk dapat melakukan pemangkasan tingkat suku bunga.
The Fed tidak menurunkan kembali tingkat suku bunganya pun, peluang Bank Sentral Indonesia untuk memangkas tingkat suku bunga masih cukup besar dengan nilai 25 bps.
Meskipun tingkat volatilitas di pasar bertambah, kami meyakini penguatan di pasar obligasi juga akan berlangsung sementara, apalagi pekan depan sudah mulai dihadapkan libur lebaran yang berpotensi cukup besar untuk menahan transaksi dengan tanggal settlement terakhir hari Rabu 20 May 2020, yang dimana itu artinya pasar akan cenderung menghabiskan transaksi di hari Senin yang dimana hari Senin juga akan dilakukan lelang obligasi sukuk.
Yang akan menjadi perhatian adalah tentu seri PBS 23. Dengan tingkat kupon yang menarik ditambah rendahnya volatilitas, pelaku pasar dan investor yang mencari obligasi yang cocok untuk mengisi portfolio jangka panjang, bisa melirik PBS 23.
Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Jumat (15/5) pagi ini, pasar obligasi akan dibuka menguat dengan potensi menguat terbatas.
Adapun sentiment yang menjadi fokus pelaku pasar hari ini, yaitu;
1.TRUMP GERAH
Presiden Trump kembali membuat pasar mendapatkan sentimen panas dari hubungannya dengan China. Kemarin dirinya mengatakan bahwa Trump masih merenungkan tentang bagaimana hubungannya dengan China ditengah wabah virus corona, dan selama dirinya merenung, Trump tidak ingin berbicara dengan Presiden China, Xi Jinping. Trump hingga hari ini memang memiliki hubungan yang baik dengan Presiden Xi, namun untuk dalam waktu dekat, Trump mungkin tidak akan berbicara dengan Xi Jinping. Trump mengatakan bahwa tanpa diminta, dirinya dapat memutuskan seluruh hubungan dan kesepakatan, dan lihat apa yang akan terjadi? Kita akan menghemat $500 miliar. Sejenak kami merenung, apakah benar demikian dengan posisi China sebagai mata rantai pasokan global, secara tidak langsung Amerika tentu akan membutuhkan China dan mungkin impactnya akan lebih daripada apa yang dikatakannya menurut kami. Trump mengatakan bahwa dirinya sedang memeriksa semua perusahaan China yang terdaftar di NYSE dan bursa Nasdaq yang dimana dari antara perusahaan tersebut yang tidak mengikuti peraturan akuntansi di Amerika, namun dirinya menyadari bahwa hal tersebut bisa saja menjadi boomerang. Karena apabila dirinya melakukan hal tersebut, bisa saja perusahaan China tersebut pindah ke bursa lain. Hal tersebut sangat berpotensi untuk membuat hubungan keduanya memanas, apabila Trump benar benar menjalankan hal tersebut, dan disatu sisi yang lain, China, saat ini sedang mempertimbangkan membatalkan atau menegosiasikan kesepakatan hal tersebut. Hal ini dilakukan oleh pemerintah China yang kian marah akibat kritik dari Amerika terhadap cara China dalam menangani wabah virus corona. Namun Trump mengatakan tidak akan ada negosiasi ulang, karena virus tidak pernah menjadi subjek dari kesepakatan. Sejauh ini kami yakin bahwa keduanya hanya menyampaikan sentimen sebatas lisan, namun untuk melakukan? Kami tidak seyakin itu, apalagi ditengah situasi dan kondisi saat ini yang membuat perekonomian dunia membutuhkan kerjasama untuk dapat berjalan ditengah kesulitan seperti saat ini. Oleh sebab itu, meskipun tensi mengalami kenaikkan, namun kami yakin keduanya tidak cukup bodoh untuk mengambil sebuah keputusan yang sia sia.
2.DATA PENTING!
Dari dalam negeri, menjelang akhir pekan pelaku pasar terlihat seperti menunggu kepastian dimana pada hari ini beberapa data penting terkait fundamental ekonomi dalam negeri akan segera dirilis. Pergerakan pasar saham selama pekan ini yang cukup tertekan membuat investor cenderung berhati – hati terhadap pergerakan saham dengan kapitalisasi besar. Hal ini seiringan dengan proyeksi pertumbuhan yang dinilai melambat pada kuartal II tahun 2020. Akhir pekan ini akan menjadi sebuah penantian bagi pelaku pasar dimana Current Account kuartal I 2020 akan segerak diinformasikan. Berdasarkan consensus yang dihuimpun oleh Tradingeconomics, Indonesia diproyeksikan deficit $ 5.5 miliar. Sebelumnya Bank Indonesia memproyeksikan deficit neraca berjalan berada di bawah 1.5% dari PDB. Kami menilai rendah atau tingginya CAD akan cukup mempengaruhi fluktuasi pasar keuangan Indonesia, dimana Bank Indonesia nantinya akan menentukan strategi kebijakan moneter serta meninjau ulang kebijakan yang sebelumnya telah dilakukan. Selain itu pada akhir pekan ini, neraca perdagangan serta kinerja ekspor maupun impor menjadi tolak ukur kekuatan perekonomian Indonesia. Berdasarkan consensus yang dihimpun oleh Tradingeconomics, neraca perdagangan pada April diproyeksikan ada penurunan sebesar $-0.2 miliar, hal ini seiringan dengan proyeksi penurunan impor sebesar -12.73% dan penurunan ekspor sebesar -2.7%. Kami melihat adanya penurunan yang signifikan pada impor seiringan dengan strategi pemerintah untuk mengguatkan perekonomian dalam negeri, terlebih pandemic corona dinilai ikut menurunkan permintaan akan produk impor dari negara lain. Pada satu sisi, momentum Idul Fitri kali ini dilihat cukup berbeda, sehingga siklus daya beli masyarakat menjelang April dinilai tidak terlalu naik siginifikan. Lagi lagi untuk kedua kalinya dalam 2 tahun berurutan, Indonesia kehilangan momentum pertumbuhan sehingga dampak tersebut tidak dapat kita rasakan.
“Kami merekomendasikan beli dengan hati hati dengan volume terbatas hari ini,” sebut analis Pilarmas.

