ANALIS MARKET (08/4/2020) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Menguat

foto : ilustrasi (Pasardana.id)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Selasa 07/04/2020, IHSG ditutup melemah 33 poin atau 0,69% menjadi 4.778. Sektor infrastruktur, barang konsumsi, industri dasar bergerak negative dan menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG kemarin. Investor asing membukukan penjualan bersih sebesar 527 miliar rupiah.

Adapun cerita hari ini akan kita mulai dari;

1.JAPAN VS CORONA

Pada akhirnya Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe mengumumkan pada hari Selasa (07/4) kemarin untuk memberikan pernyataan mengenai situasi dan kondisi darurat untuk memerangi virus corona dan segera meluncurkan paket stimulus yang menurut Abe akan menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Abe mengumumkan keadaan darurat akan terfokus kepada Ibu Kota Jepang yaitu Tokyo serta 6 perfektur lainnya. Abe memutuskan untuk menyatakan keadaan darurat tersebut setelah sebelumnya Jepang mengalami tekanan akibat wabah virus corona. Sejauh ini, Jepang akan menyelesaikan paket stimulus ekonominya dengan nilai 108 triliun yen atau $990 miliar atau setara dengan 20% dari hasil output ekonomi Jepang. Paket ekonomi Jepang tersebut melebihi dari Amerika yang dimana Amerika sebelumnya memberikan paket stimulus hanya sebesar 11% dari output ekonomi Amerika. Abe mengatakan bahwa Jepang sebelumnya telah terhindar dari wabah virus Corona, namun adanya peningkatan infeksi yang terjadi baru baru ini di Tokyo, Osaka, dan daerah lainnya. Hal ini yang membuat Abe pada akhirnya mengumumkan keadaan darurat tersebut. Infeksi virus corona telah meningkat lebih dari 2x lipat menjadi 1.200 dalam 1 pekan terakhir. Sejauh ini Pemerintah Jepang tidak akan mengurangi perjalanan kereta api. Infrastruktur penting lainnya akan tetap beroperasi. Sejauh ini yang kami khawatirkan adalah wabah virus tersebut terkena di daerah Tokyo, yang dimana Tokyo sendiri memberikan sumbangsih sekitar 20% dari seluruh GDP Jepang. Tentu tekanan yang terjadi di Tokyo, akan menjadi tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi kedepannya apabila Pemerintah Jepang tidak segara melakukan sesuatu untuk mengendalikan wabah virus tersebut. Jepang juga akan menerbitkan obligasi tambahan senilai 18 triliun yen untuk mendanai paket stimulus tersebut, yang dimana hal tersebut menambah utang sebanyak 2x lipat dari nilai ekonominya. Stimulus memang bisa meringankan kerusakan dari dampak yang diakibatkan oleh corona, sejauh ini parlemen Jepang juga sudah memberikan seruan untuk mengadakan pengeluaran yang lebih besar untuk mencegah hal hal buruk yang akan terjadi. Namun kami melihat bahwa Abe harus terus berusaha untuk menyeimbangkan antara kerugian dengan pengendalian wabah, karena kalau sampai wabah tersebut tidak terkendali, maka ekonomi mungkin akan semakin memburuk.

2.MINYAK KEMBALI TERPUKUL

Harga minyak dunia kembali mengalami pelemahan pada hari Selasa kemarin, ditengah tengah potensi antara pesisme dengan harapan bahwa ada pemangkasan tingkat produksi untuk mengimbangi hilangnya permintaan yang belum pernah terjadi sebelumnya saat ini. Bursa berjangka di New York terlihat bahwa Minyak turun lebih dari 9%, dan saat ini semua mata tertuju pada pertemuan yang akan diadakan esok hari. Apakah akan ada pengurangan produksi atau tidak. Disatu sisi, menurut pejabat dari Pemerintah Amerika mengatakan bahwa, dari laporan AMDAL, seharusnya tanpa campur tangan Amerika, maka pengurangan sebanyak 2 juta barel juga sudah lebih dari cukup. Sejauh ini dari Amerika, Arab Saudi, dan Rusia, mereka diperkirakan akan memangkas produksi secara signifikan, tetapi dari sisi Amerika mereka akan meminta untuk melakukan pengurangan secara bertahap. Tentu kita berharap bahwa pertemuan pada esok hari dapat menjadi harapan bagi harga minyak dunia untuk bisa lebih stabil dengan adanya pemangkasan tingkat produksi. Namun apapun bisa saja terjadi, tentu kami berharap bahwa harga minyak yang lebih stabil lebih penting saat ini, agar dari sisi volatilitas pergerakan harga dapat dikurangi.

3.IMPACT CORONA

Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa pada bulan Maret 2020, dimana cadangan devisa Indonesia pada Maret 2020 tercatat US$ 121 miliar lebih rendah dibandingkan posisi akhir Februari 2020 US$ 130,4 miliar. BI menjelaskan penurunan cadangan devisa pada Maret 2020 ini dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah kondisi extraordinary karena kepanikan di pasar keuangan global yang dipicu pandemi Covid-19 secara cepat dan meluas ke Indonesia dan juga BI terus menjaga kecukupan cadangan devisa guna mendukung ketahanan eksternal dan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko mengungkapkan, posisi cadangan devisa ini setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7 bulan impor pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Penurunan cadangan devisa memang menjadi sentiment negative bagi pergerakan pasar kemarin, namun kami melihat memang penurunan tidak dapat kita elakan. Oleh sebab itu kami melihat bahwa sentiment dari cadangan devisa sebetulnya hanyalah sementara.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat dan ditradingkan pada level 4.675-4.929. Tekanan terhadap perekonomian Jepang mungkin akan menjadi pewarna tersendiri bagi pergerakan IHSG pekan ini,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (08/4/2020).