ANALIS MARKET (02/4/2020) : IHSG Berpeluang Bergerak Melemah dan Ditradingkan Pada Level 4.290 – 4,560
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Rabu 01/04/2020, IHSG ditutup melemah 72 poin atau 1.6% menjadi 4.466. Sektor property, aneka industri, infrastruktur, perdagangan, keuangan, perkebunan, industri konsumsi, pertambangan, industri dasar bergerak negatif dan menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG kemarin. Investor asing membukukan penjualan bersih sebesar 69.7 miliar rupiah.
Adapun cerita hari ini akan kita mulai dari;
1.THE FED DENGAN FASILITAS REPO
The Fed pada akhirnya telah membuka fasilitas repo untuk sementara waktu kepada Bank Sentral Asing untuk mendukung mereka dalam pasar keuangan. Program ini memungkinan para peserta untuk dapat menukar US Treasury dengan US dollar. Program ini akan dimulai pada 6 April, seperti yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa The Fed telah memastikan untuk menjaga likuiditas dollar di seluruh dunia, dan ini merupakan salah satu langkah yang akan dilakukan The Fed untuk menjaga likuiditas tersebut. Saat ini The Fed tengah mencoba untuk membuat durasi resesi menjadi lebih pendek agar fase ini menjadi lebih cepat berlalu. Fasilitas repo ini dimaksudkan untuk membantu mengurangi kebutuhan Bank Sentral untuk menjual US Treasurynya ke dalam pasar yang kurang likuid, tidak hanya itu saja fasilitas ini akan membantu menstabilkan perdagangan dalam bentuk asset yang paling aman di dunia. Sejauh ini entitas asing memiliki sekitar $6.86 triliun, ini merupakan data terakhir yang diambil dari The Fed. Sejauh ini 5 Bank Sentral Asing telah memiliki jalur swap permanen dengan The Fed dan 9 Bank Sentral tambahan yang sudah dalam kriteria sangat baik telah mendapatkan program tersebut tapi hanya untuk sementara dari The Fed. Fasilitas tersebut juga pastinya akan mendukung pasar dalam negeri dalam bentuk US Dollar sehingga dapat meningkatkan kepercayaan pasar yang lebih luas. Menstabilkan pasar dollar tentu akan mendorong situasi dan kondisi ekonomi dan dapat menguntungkan Amerika melalui lebih banyak channel yang bisa didapat, termasuk kepercayaan dan perdagangan.
2.INDIA… DIBAWAH EKSPEKTASI
India mengumumkan angka stimulus semester pertama yang jauh dibawah harapan dari yang dibayangkan sebelumnya. Pemerintah berencana untuk mengeluarkan 4.88 Triliun Rupee atau $64.5 miliar dalam kurun waktu 6 bulan hingga September nanti atau 62.5% dari yang telah dianggarkan sebelumnya yaitu 7.8 triliun Rupee. Tidak hanya itu saja, Pemerintah India juga telah memutuskan untuk tidak menaikkan biaya pinjaman yang akan datang sebagai salah satu stimulus kedalam pasar keuangan. Sejauh ini Menteri Keuangan Nirmala Shitharaman telah meluncurkan paket 1.7 triliun Rupee untuk bagian yang kena dampak sebelumnya dan telah memberikan isyarat untuk menerapkan langkah lanjutan. Pelaku pasar dan investor mengharapkan ada paket stimulus yang lebih besar untuk sector sector seperti penerbangan dan travel serta sector sector yang mendapatkan impact yang lebih besar akibat wabah virus tersebut. Bank Sentral India sebelumnya telah memangkas 75 bps tingkat suku bunganya dan menyuntikkan 400 miliar rupee dalam bentuk tunai melalui operasi pasar terbuka yang diadakan pada bulan Maret lalu. Tentu sedikit banyak apa yang dilakukan Pemerintah India saat ini juga tengah mengundang kekhawatiran, ditengah tengah situasi dan kondisi lockdown yang mereka lakukan, Pemerintah India masih memberikan stimulus yang jauh dari harapan. Tentu hal ini akan membuat guncangan kepada para masyarakat yang mendapatkan penghasilan secara harian. Apabila hal seperti ini terus berlanjut, tentu implikasi berikutnya adalah guncangan social yang akan terjadi dimasyarakat.
3.US, APAKAH SEMUA BAIK BAIK SAJA?
Presentasi White House kemarin mengenai proyeksi angka kematian di Amerika terhadap virus Corona yang meluas hingga awal musim panas semakin menambah kekhawatiran terhadap penurunan aktivitas ekonomi yang dimana dapat mendorong penurunan aktivitas produksi dan pekerjaan di Amerika. Dalam konfrensi pers di Amerika, Presiden trump dan koordinator gugus tugas, Deborah Birx mengatakan bahwa ada indikasi masyarakat Amerika akan meninggal setiap harinya setidaknya hingga pertengahan bulan Juni, dengan total 240.000 kematian. Hal ini tentu akan semakin membuat aktivitas ekonomi menjadi melambat dan jauh lebih dalam dari biasanya. Goldman Sachs mengatakan bahwa mereka telah memperkirakan pengangguran dapat melonjak hingga 15% dan GDP akan mengalami penurunan sebanyak 34% secara YoY dalam kuartal kedua mendatang. Kami melihat tampaknya tidak ada kurva dalam bentuk V, karena situasi dan kondisi yang ada terus memaksa dan mendorong ekonomi ke titik terendahnya. Seperti yang kami sampaikan sebelumnya, seberapa banyak apapun stimulus yang diberikan, selama wabahnya tidak bisa dikendalikan maka itu semua akan sia sia. Saham Amerika mengalami penurunan pada hari Rabu kemarin ketika mendengar berita ini, yang dimana S&P 500 turun 4%. Keyakinan kami ini kurang lebih didukung oleh pernyataan dari Kepala Ekonomi Oxford, Gregory Daco yang dimana dirinya mengatakan bahwa apabila situasi dan kondisi ini terus berlanjut, maka akan lebih banyak pekerjaan yang akan hilang, dan kurangnya wawasan serta pemahaman Pemerintah terkait dengan pemodelan virus tersebut akan membuat prediksi menjadi semakin sulit. Kami melihat bahwa vaksin memang penting, namun sampai vaksin itu ditemukan, pengendalian wabah menjadi jauh lebih penting. Karena dengan pengendalian wabah virus corona, maka tingkat recovery dan stimulus dapat terukur.
4.PEMERINTAH BERSIAP
Pemerintah meyakini defisit anggaran dapat lebih rendah menjadi 4 hingga 5%. Dalam upaya melakukan stimulus fiscal saat ini, anggaran belanja pemerintah dapat berpeluang mengalami penurunan kinerja. Kami melihat adanya potensi bagi kinerja perusahaan yang melambat dan daya beli yang meningkat, sehingga hal ini menyebabkan adanya selisih dari pendapatan maupun pengeluaran. Dari sisi perpajakan, dalam Perppu No. 1/2020 pemerintah merelaksasi tarif PPh Badan menjadi tinggal 22% pada 2020 dan akan ada pengurangan 3% bagi WP Badan yang sudah terdaftar di bursa efek yang 40% sahamnya dimiliki oleh publik. Sebelum Perppu, pemerintah juga telah mengeluarkan inseitif untuk sektor manufaktur tertentu atas beberapa jenis pajak yakni PPh Pasal 21 DTP, pembebasan PPh Pasal 22 Impor, angsuran PPh Pasal 25, hingga restitusi PPN dipercepat. Dari sisi belanja, ke depan akan sangat mungkin muncul belanja-belanja yang timbul untuk memenuhi kebutuhan penanganan Covid-19. Defisit masih mungkin untuk mengecil karena ke depan bisa saja ada banyak belanja kementerian lembaga (K/L) yang tidak terealisasi karena K/L saat ini tidak mungkin untuk melakukan kegiatan secara fisik. Belanja non-K/L seperti belanja subsidi juga berpotensi turun karena konsumsi masyarakat atas BBM juga turun. Artinya, belanja yang tidak terserap ini bisa memperkecil defisit anggaran dari angka 5,07% PDB yang pernah diumumkan sebelumnya. Setelah 2020, defisit akan terus ditekan di bawah defisit 2020 dan akan kembali di bawah 3% dari PDB pada 2023. Skenario tersebut diungkapkan oleh Menteri Keuangan dimana saat ini tantangan pada pertumbuhan ekonomi maupun kekuatan fundamental dalam negeri memiliki tekanan yang cukup besar.
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak melemah dan ditradingkan pada level 4.290 – 4,560,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (02/4/2020).

