ANALIS MARKET (06/5/2025): Waspadai Pullback
Pasardana.id - Riset harian Kiwoom Sekuritas menyebutkan, Bursa saham Wall Street ditutup pada perdagangan Senin (25/5/2020) di wilayah negatif.
Nasdaq turun 0,74%, sementara S&P 500 terkoreksi 0,64%, mengakhiri tren kenaikan terpanjang dalam dua dekade selama 9 hari berturut-turut, Dow Jones melemah 0,24%. Sektor energi menjadi yang berkinerja terburuk, melemah 2% akibat penurunan tajam harga minyak, yang dipicu keputusan OPEC+ untuk mempercepat produksi, yang memicu kekhawatiran atas potensi kelebihan pasokan minyak di tengah ketidakpastian permintaan.
Aksi jual terjadi menyusul kebijakan tarif terbaru Presiden AS Donald Trump, yang mengumumkan tarif 100% untuk film yang diproduksi di luar negeri tanpa memberikan rincian implementasi yang jelas.
Beberapa saham industri film dan televisi, termasuk Netflix dan Paramount Global, juga menurun. Investor juga khawatir tentang bagaimana tarif dapat memengaruhi profitabilitas perusahaan.
SENTIMEN PASAR: Saham Berkshire Hathaway Kelas B (NYSE: BRKa) turun 5,1% setelah Warren Buffett mengumumkan bahwa ia akan mengundurkan diri sebagai CEO konglomerat tersebut.
INDIKATOR EKONOMI: Sebuah survei oleh Institute for Supply Management menunjukkan sektor jasa berkembang pada bulan April, sementara indeks harga barang dan jasa yang dibayarkan oleh bisnis melonjak ke level tertingginya dalam lebih dari dua tahun, yang menunjukkan bahwa tarif semakin mendorong tekanan inflasi. Investor akan memantau dengan cermat keputusan RAPAT FOMC pada hari Rabu, di mana bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga TAK BERUBAH pada 4,5%. Komentar dari Ketua Fed Jerome Powell akan diperhatikan untuk mendapatkan petunjuk kapan Fed akan menyesuaikan kebijakan moneternya. Pasar memperkirakan sekitar 75bps potensi penurunan Suku Bunga Dana Fed pada tahun 2025, dengan pelonggaran pertama setidaknya 25bps kemungkinan terjadi pada pertemuan Fed bulan Juni/Juli, menurut data LSEG.
PENDAPATAN TETAP & MATA UANG: YIELD TREASURY AS 10 tahun tetap stabil di sekitar 4,50%, dengan pasar sekarang memperkirakan tiga penurunan Suku Bunga Dana Fed tahun ini. DOLAR AS melemah terhadap sebagian besar mata uang utama, mencerminkan berkurangnya permintaan safe haven dan ekspektasi dovish dari The Fed. EURO dan YEN sedikit menguat, sementara YUAN Tiongkok tetap stabil meskipun ada kekhawatiran atas perlambatan di sektor properti.
PASAR EROPA & ASIA: Pasar Eropa ditutup sedikit lebih tinggi. DAX naik 0,2%, CAC 40 naik 0,1%, dan FTSE 100 naik 0,15%. Kenaikan didorong oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga ECB musim panas ini, terutama setelah pernyataan dovish dari pejabat ECB; serta Bank of England (BOE) yang diharapkan memangkas suku bunga acuannya minggu ini sebesar 24bps menjadi 4,25%. Di Asia, indeks NIKKEI Jepang naik 1% menyusul pelemahan yen, sementara pasar CHINA relatif stabil menjelang rilis data PMI jasa. Saham sektor teknologi dan konsumen memimpin kenaikan di kawasan tersebut. FYI, Per Maret 2025, JEPANG memegang sekitar US$1,1 triliun dalam bentuk obligasi pemerintah AS (U.S. Treasuries), menjadikannya pemegang asing terbesar, melampaui China yang telah mendominasi selama beberapa tahun. Angka ini mencerminkan kepercayaan Jepang yang kuat terhadap stabilitas ekonomi AS dan memposisikannya sebagai pemain kunci dalam diplomasi keuangan bilateral. Hingga Maret 2025, Tiongkok memegang sekitar US$1,0 triliun dalam bentuk Obligasi Pemerintah AS, yang telah mengurangi kepemilikannya dalam beberapa tahun terakhir, meskipun tetap menjadi salah satu kreditor AS terbesar. Hal ini sebagian disebabkan oleh ketegangan perdagangan dan kebijakan diversifikasi mereka sebagai respons terhadap potensi dampak dari tarif atau kebijakan moneter.
KOMODITAS: Harga MINYAK MENTAH turun tajam. WTI ditutup di bawah $78/barel, level terendah dalam 2 bulan terakhir, dipicu oleh potensi peningkatan pasokan dari OPEC+ dan kekhawatiran permintaan global. BRENT juga turun ke $82,7/barel. Harga EMAS tetap stabil di atas $2.300/ons, mencerminkan permintaan safe-haven di tengah ketidakpastian geopolitik dan tarif. TEMBAGA dan logam industri lainnya terkoreksi karena prospek permintaan yang lemah dari Tiongkok.
INDONESIA: PDB Q1-2025 melambat menjadi 4,87% yoy, terlemah sejak Q3-2021. Konsumsi rumah tangga, yang mendukung sekitar 53,71% dari total PDB, turun menjadi 4,89% yoy meskipun ada dukungan musiman dari belanja Ramadan dan Idul Fitri. Investasi, atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), anjlok ke 2,12% yoy karena suku bunga tinggi dan ketidakpastian global. Belanja pemerintah juga terkontraksi -1,38% YoY karena kebijakan efisiensi fiskal. Ekspor tumbuh 6,78% yoy dalam barang & jasa termasuk lonjakan wisatawan mancanegara, namun impor juga melambat menjadi 3,96% yoy. Analis mencatat melemahnya momentum domestik, tertundanya ekspansi perusahaan, dan terbatasnya penciptaan lapangan kerja.
INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN tidak langsung anjlok pasca rilis data PDB Q1, tampak sudah diperhitungkan dan ternyata masih mampu membukukan penguatan 16,22 poin / +0,24% ke level 6.831,95 didukung oleh aliran dana asing yang masuk sebesar Rp83,87 miliar. Nilai tukar RUPIAH terus menguat ke level 16.426/USD dan masih dalam jalur menuju TARGET di kisaran 16.100 – 16.000.
Menyikapi kondisi tersebut, analis Kiwoom Sekuritas menilai, jika sentimen positif ini dapat dipertahankan, bukan tidak mungkin IHSG akan tetap stabil menuju TARGET terdekat di kisaran 6.900 – 7.000.
“Namun candle bearish reversal sudah mulai terlihat di area Resistance (kemarin menyerupai Shooting Star, sehari sebelumnya mirip Hanging Man), sehingga mau tidak mau memaksa kita untuk mulai menerapkan Trailing Stop, untuk berjaga-jaga apabila pergerakan naik IHSG berbalik menjadi pullback yang sehat ke Support terdekat: MA10 / 6.700,” beber analis Kiwoom Sekuritas dalam riset Selasa (06/5).

