ANALIS MARKET (20/2/2025): IHSG Diperkirakan Bergerak Fluktuatif dengan Kecenderungan Melemah
Pasardana.id – Riset harian Kiwoom Sekuritas menyebutkan, diperdagangan kemarin (19/2), IHSG ditutup turun -1,14% ke level 6.794,87.
Investor asing mencatatkan net sell sebesar 1,13 triliun (all market) dan net sell sebesar 964 miliar (RG market).
5 saham dengan net buy tertinggi adalah TLKM (116,2 miliar), ASII (66,5 miliar), INDF (49,7 miliar), BBNI (43,5 miliar), UNTR (28,2 miliar).
Sementara itu, 5 saham dengan net sell tertinggi adalah BBCA (690,4 miliar), BMRI (218,5 miliar), AMRT (128,9 miliar), BBRI (40,4 miliar), ERAA (36,3 miliar).
Secara teknikal, IHSG ditutup lebih rendah dan support breakdown.
Indikator dari stochastic masih bullish, histogram MACD bergerak ke arah positif (garis masih berpotensi golden cross) dan volume meningkat.
Sementara itu, Indeks utama Wall Street ditutup menguat (DJI +0,16%, GSPC +0,24%, IXIC +0,07%).
EIDO ditutup turun -1,98%.
Investor mencermati risalah rapat Federal Reserve terbaru dan ancaman tarif baru dari Presiden Trump.
Trump mengumumkan rencana tarif 25% untuk impor mobil, semikonduktor, dan farmasi, yang akan berlaku paling cepat pada tanggal 2 April, meningkatkan ketidakpastian perdagangan.
Risalah rapat Fed mengungkapkan bahwa para pejabat tetap berhati-hati, lebih memilih untuk melihat kemajuan lebih lanjut pada inflasi sebelum memangkas suku bunga, sementara juga mengakui potensi risiko dari perubahan kebijakan perdagangan.
Menyikapi beragam kondisi tersebut diatas, analis Kiwoom Sekuritas menyebutkan, Indeks hari ini diperkirakan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah.
Hari ini ada rilis data Current Account pada kuartal ke-4 (Sebelumnya $-2,2 miliar, Tetap $-0,6 miliar) dan M2 Money Supply untuk periode Januari (Sebelumnya 4,4% YoY).
“Skenario bearish: Jika bergerak bearish, IHSG diperkirakan melemah ke kisaran support 6.722 –6.742. Skenario Bullish: Jika IHSG mampu bergerak bullish, IHSG berpeluang menguat hingga ke kisaran resistance 6.830 – 6.850,” sebut analis Kiwoom Sekuritas dalam riset Kamis (20/2).

