ANALIS MARKET (17/9/2024) : Ada Potensi Peningkatan Demand terhadap SBN Berdenominasi Rupiah
Pasardana.id - Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, harga Surat Utang Negara (SUN) ditutup menguat pada perdagangan sesi terakhir di pekan lalu (13/9).
Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) turun sebesar 4 basis poin ke level 6,45%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) turun 1 basis poin ke level 6,57%.
Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun sebesar 1 basis poin ke level 6,58%.
Sedangkan volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp16,0 triliun pada hari Jumat (13/9) lalu, lebih rendah dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp18,9 triliun.
FR0101 dan FR0103 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing - masing sebesar Rp2,92 triliun dan Rp1,96 triliun.
Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp1,01 triliun.
Adapun Laporan Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan jual neto oleh investor asing sebesar Rp1,31 triliun berdasarkan data transaksi tanggal 9-12 September 2024.
Jual neto tersebut terdiri dari jual neto sebesar Rp0,18 triliun di pasar SBN, beli neto sebesar Rp2,46 triliun di pasar saham, dan jual neto sebesar Rp3,59 triliun di pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Laporan tersebut juga menunjukkan berdasarkan data setelmen year-to-date per 12 September 2024, nonresiden telah mencatatkan beli neto Rp10,37 triliun di pasar SBN, beli neto Rp31,13 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp184,03 triliun di SRBI.
Data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS menguat 0,24%, bergerak dari level Rp15.439/US$ di hari Kamis menjadi Rp15.402/US$.
Dari eksternal, pekan lalu, yield curve US Treasury (UST) 10-tahun mencatatkan penurunan mingguan sebesar 6bp dan Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia turun sebesar 2bp.
Sementara itu, Rupiah mencatatkan depresiasi sebesar 0,16% terhadap US$ dibandingkan level di penutupan minggu sebelumnya.
Sedangkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) mencatatkan penurunan mingguan sebesar 3bp menjadi 6,58%.
Per Selasa (17/9) pagi ini, yield curve UST 5-tahun mencatatkan penurunan sebesar 2bp dari posisi Jumat menjadi 3,41%, dan yield curve UST 10-tahun turun sebesar 3bp menjadi 3,63%. CDS 5-tahun Indonesia juga tercatat turun sebesar 1bp menjadi 68bp, mengindikasikan confidence para investor terhadap credit worthiness Indonesia semakin baik.
Para pelaku pasar akan mencermati hasil FOMC Meeting US Federal Reserve dan RDG BI yang akan diselenggarakan minggu ini.
Pemerintah Indonesia akan melaksanakan lelang SUN pada tanggal 17 September 2024 dengan target indikatif sebesar Rp22 triliun dengan target maksimal Rp33 triliun.
Pada lelang SUN sebelumnya tanggal 3 September 2024 total incoming bid mencapai Rp45,5 triliun dan dimenangkan sebesar Rp22 triliun.
Pada lelang kali ini, kami memperkirakan total incoming bid akan berada di kisaran Rp40-60 triliun.
“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang didiskusikan di atas, kami melihat adanya potensi peningkatan demand terhadap instrumen SBN berdenominasi Rupiah. Untuk periode 16 – 20 September, kami memperkirakan yield curve SUN 10-tahun akan berada di kisaran 6,47-6,66%. Berdasarkan valuasi yield curve, kami memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0081, FR0086, FR0037, FR0059, FR0087, FR0085, FR0054, FR0058, FR0074,” terang analis BNI Sekuritas dalam riset Selasa (17/9).