ANALIS MARKET (25/7/2024) : IHSG Terbentuk Pola Double Top, Berpotensi Koreksi ke Support Terdekat

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Riset harian NH Korindo Sekuritas menyebutkan, S&P500 dan NASDAQ merosot tajam pada penutupan perdagangan hari Rabu (24/07/24), merupakan penurunan harian terbesar sejak 2022 dipicu oleh rontoknya saham2 Teknologi menyusul laporan laba mengecewakan dari saham megacaps Alphabet & Tesla.

NASDAQ Composite memimpin kejatuhan dengan ambruk 3.6%, S&P500 terdepresiasi 2.2%, sementara DJIA melemah 1.3%, ditutup di bawah level psikologis 40,000 untuk pertama kalinya dalam 2 minggu.

MUSIM LAPORAN KEUANGAN diwarnai oleh saham TESLA yang turun 12% setelah laporan keuangan kuartal 2 tidak memenuhi perkiraan akibat jatuhnya penjualan kendaraan, menyebabkan margin profit terjerembab ke titik terendah 5 tahun setelah produsen mobil listrik ini memotong harga mobil mereka dengan agresif demi bersaing dengan kompetitor lain seperti mobil China.

Saham induk Google, ALPHABET pun tergerus hampir 5% walaupun kinerja kuartal 2 mereka mampu di atas ekspektasi didukung oleh meningkatnya penjualan iklan dan demand kuat untuk jasa cloud mereka, namun pasar melihat kinerja yang menurun pada Youtube.

Secara Tesla & Alphabet merupakan 2 perusahaan pertama dari “Magnificent Seven”, wajar bila para investor menjadi cukup nervous menunggu laporan 5 megacaps lainnya dan memutuskan untuk take profit. CBOE VOLATILITY index, “indeks ketakutan” Wall Street ditutup pada 18.04, titik tertinggi sejak April.

Bahkan seruan yang lebih dovish dari salah satu pejabat The Fed yang terkenal konservatif tidak mampu memberikan dukungan kepada pasar.

Bill Dudley, mantan President New Federal Reserve mengatakan bahwa The Fed bisa memotong suku bunga secepatnya bahkan pada rapat pekan depan 30-31July, secara fakta data ekonomi telah mendukung, membuat pandangan suku bunga higher for longer menjadi tidak relevan lagi.

DATA EKONOMI AS yang telah dirilis kemarin malam sedikit banyak menghapuskan kekuatiran bahwa AS bisa jatuh ke dalam resesi, secara Building Permits yang naik di atas ekspektasi mengimbangi kenyataan bahwa penjualan rumah baru (New Home Sales) di bulan Juni tercatat dalam trend menurun.

S&P GLOBAL COMPOSITE PMI tercatat makin mantap di wilayah ekspansif berkat sektor Jasa yang lebih kuat dibanding sektor Manufaktur.

Nanti malam ada serangkaian indikator makroekonomi lain yang akan membentuk persepsi arah pasar selanjutnya, yaitu: Durable Goods Order (Jun), dan yang menjadi highlight adalah perkiraan awal US GDP 2Q (forecast: 2.0% qoq vs previous: 1.4%) ; tak lupa Initial Jobless Claims yang memperkirakan terdapat 237 ribu klaim pengangguran di pekan terakhir (lebih rendah dari minggu sebelumnya 243 ribu).

MARKET ASIA & EROPA: Bicara mengenai PMI, sektor Manufaktor JEPANG, JERMAN, EUROZONE kompak jeblok di wilayah kontraksi, menyebabkan Composite PMI secara keseluruhan turun bahkan beberapa sudah menyebrang ke bawah level 50. Di sisi lain, INGGRIS adalah satu negara yang mampu pertahankan aktivitas sektor Manufaktur & Jasa jasa mereka di wilayah ekspansif menyebabkan Composite PMI masih bisa aman bertengger di angka 52.7 (menguat dari estimasi & periode sebelumnya). Pagi ini KOREA SELATAN mengawali pengumuman perkiraan pertama GDP 2Q mereka yang turun 0.2% qoq, menyebabkan angka tahunan menjadi 2.3% yoy, jelas dalam downtrend dibanding konsensus 2.5% dan kuartal sebelumnya 3.3%. Dari negara tetangga Negeri Sakura, JEPANG laporkan minat investasi asing yang menyusut tajam dalam pembelian obligasi & saham. Para pelaku pasar mempersiapkan diri menghadapi gelombang tsunami (setidaknya) pada pasar saham Asia hari ini menghadapi sentimen negatif dari market regional.

KOMODITAS: Harga MINYAK berakhir lebih tinggi pada hari Rabu dengan demikian menghentikan penurunan 3 sesi berturut-turut, didukung oleh penurunan besar dalam stok minyak mentah dan bahan bakar AS, namun harga masih mendekati level terendah dalam 6 minggu karena kekhawatiran atas lemahnya permintaan global. Futures BRENT untuk bulan September ditutup naik 0,9% pada USD 81,71/ barel. Kontrak US WTI untuk bulan September menguat 0,8%, menjadi USD 77,59/barel. Adapun persediaan minyak mentah AS susut 3,7 juta barel pada pekan lalu, menurut data Badan Informasi Energi (Energy Information Association), jauh lebih banyak dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam polling Reuters yang memperkirakan penurunan hanya sebesar 1,6 juta barel. Pasar menilai mulai terdapat peningkatan demand yang lebih sehat dan akan ada dukungan harga untuk jangka pendek; apalagi di saat harga dalam tekanan turun menyusul adanya pembicaraan gencatan senjata antara Israel & Hamas, serta kekuatiran berlanjut atas lemahnya ekonomi di China, importir minyak mentah terbesar di dunia. Di saat yang sama, pengiriman minyak mentah ke India, importir dan konsumen minyak terbesar ketiga di dunia, juga merosot pada bulan Juni ke level terendah sejak Februari. Sejauh ini harga US WTI sudah anjlok 7% selama 3 sesi sebelumnya, sementara Brent tergerus hampir 5%. Faktor pendukung harga lainnya adalah adanya kebakaran hutan di Kanada, akan memaksa beberapa produsen membatasi produksi dan mengancam gangguan supply dalam jumlah besar. Sementara itu, Kementerian Energi Rusia berjanji untuk tetap memenuhi kuota produksi minyak mentah yang ditetapkan oleh kelompok OPEC+ pada bulan Juli, setelah produksi bulan Juni mereka melebihi batas.

Seruan siaga atas posisi IHSG telah disuarakan dalam beberapa hari terakhir, secara IHSG terlihat stuck di wilayah Resistance 7350-7375. Sementara Indonesia menunggu data FDI hari ini, analis NH Korindo Sekuritas kembali ingatkan para investor / trader untuk antisipasi gelombang jual lebih lanjut setelah menjebol Support pertama : MA10 ke bawah level 7385 (= jadi Resistance terdekat saat ini), ke arah Support kedua : MA20 / 7230 up to 7207 yang merupakan titik terendah sebelumnya. Closing di bawah 7200 akan menyeret IHSG turun lebih jauh menuju benteng pertahanan 7100 atau level psikologis 7000. Nilai jual asing kemarin IDR 368.77 milyar (all market) berhasil menggerus IHSG 51 pts / -0.7% ke level bawah 7300, ditutup pada 7262.

“Secara teknikal, IHSG terbentuk pola Double top, berpotensi koreksi ke Support terdekat,” sebut analis NH Korindo Sekuritas dalam riset Kamis (25/7).