ANALIS MARKET (28/10/2024) : Ada Potensi Peningkatan Volatilitas Harga dan Yield SBN Berdenominasi Rupiah
Pasardana.id - Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, harga Surat Utang Negara (SUN) bergerak variatif dengan kecenderungan melemah pada sesi perdagangan terakhir pekan lalu.
Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) naik sebesar 2 basis poin menjadi 6,56%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) turun sebesar 4 basis poin ke level 6,69%.
Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun sebesar 1 basis poin ke level 6,75%.
Sedangkan volume transaksi SBN secara outright traded tercatat sebesar Rp12,8 triliun kemarin, lebih rendah dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp16,4 triliun.
FR0104 dan FR0103 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing - masing sebesar Rp2,0 triliun dan Rp1,6 triliun.
Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp1,1 triliun.
Laporan Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan jual neto oleh investor asing sebesar Rp6,63 triliun berdasarkan data transaksi tanggal 21 - 24 Oktober 2024.
Jual neto tersebut terdiri dari jual neto sebesar Rp4,53 triliun di pasar SBN, jual neto sebesar Rp3,01 triliun di pasar saham, dan beli neto sebesar Rp0,91 triliun di pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Laporan tersebut juga menunjukkan berdasarkan data setelmen year-to-date per 24 Oktober 2024, nonresiden telah mencatatkan beli neto Rp47,31 triliun di pasar SBN, beli neto Rp44,48 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp195,39 triliun di SRBI.
Di sisi lain, data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah 0,4%, bergerak dari level Rp15.584/US$ di hari Kamis menjadi Rp15.647/US$.
Dari eksternal, per posisi Jumat, indikator global menunjukkan sentimen yang cenderung negatif bagi pasar obligasi, tergambar dari peningkatan yield curve US Treasury (UST).
Yield curve UST 5-tahun meningkat sebesar 4bp menjadi 4,07%, dan yield curve UST 10-tahun meningkat sebesar 4bp menjadi 4,25%.
Sementara itu, Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia bertahan di level 69bp.
Level CDS tersebut masih relatif rendah dibandingkan level historikalnya selama 3 tahun terakhir.
Secara week-over-week, yield curve UST meningkat sebesar 17bp dan diiringi pelemahan Rupiah terhadap US$ sebesar 1,07%.
Sementara itu, CDS 5-tahun Indonesia tidak berubah dibandingkan level minggu sebelumnya.
Relatif in-line dengan indikator-indikator tersebut, yield SUN 10-tahun (GIDN10YR) mencatatkan peningkatan mingguan sebesar 9bp menjadi 6,75%.
“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang didiskusikan di atas, kami melihat adanya potensi peningkatan volatilitas harga dan yield instrumen SBN berdenominasi Rupiah. Untuk periode 28 Oktober – 1 November 2024, kami memperkirakan yield curve SUN 10-tahun akan berada di kisaran 6,64-6,84%. Berdasarkan valuasi yield curve, kami memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0086, FR0056, FR0037, FR0073, FR0100, FR0068, FR0072, FR0075, FR0098,” sebut Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Senin (28/10).

