ANALIS MARKET (18/10/2024) : Ada Potensi Peningkatan Demand SBN Berdenominasi Rupiah
Pasardana.id - Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, harga Surat Utang Negara (SUN) bergerak sideways pada sesi perdagangan kemarin.
Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) naik sebesar 2 basis poin menjadi 6,39%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) tidak bergerak di level 6,65%.
Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun sebesar 2 ke level 6,66%.
Level yield curve SUN 10-tahun saat ini masih in line dengan estimated range di minggu ini, yaitu di kisaran 6,56%-6,75%.
Sedangkan volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp22,3 triliun kemarin, lebih tinggi dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp17,3 triliun.
FR0103 dan FR0100 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing - masing sebesar Rp4,4 triliun dan Rp3,2 triliun.
Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp1,8 triliun.
Selain itu, data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS menguat 0,02%, bergerak dari level Rp15.510/US$ di hari Rabu menjadi Rp15.507/US$.
Dari eksternal, European Central Bank (ECB) memutuskan untuk memangkas ketiga suku bunga acuan ECB sebesar 25bp.
ECB menilai keputusan tersebut berdasarkan pertimbangan outlook inflasi terkini, dinamika yang mendasari inflasi, dan kemampuan transmisi kebijakan moneter.
Menurut ECB, informasi terkini terkait inflasi menunjukkan proses disinflasi masih berlangsung sesuai perkiraan.
Di sisi lain, US Commerce Department melalui Census Bureau melaporkan bahwa penjualan retail tumbuh sebesar 0,4% pada bulan September lalu.
Angka tersebut lebih tinggi dari laju pertumbuhan 0,1% pada bulan Agustus sebelumnya dan laju pertumbuhan 0,3% yang diestimasi para ekonom yang disurvei oleh Reuters.
Sementara itu, US Labor Department melaporkan initial jobless claims turun sebesar 19 ribu klaim menjadi 241 ribu klaim untuk minggu yang berakhir pada 12 Oktober.
Angka tersebut lebih rendah dibandingkan estimasi para ekonom yang disurvei Reuters, yang memperkirakan weekly jobless claims sebanyak 260 ribu klaim.
Indikator global menunjukkan sentimen yang cenderung negatif bagi pasar obligasi, tergambar dari peningkatan yield US Treasury (UST).
Yield curve UST 5-tahun meningkat sebesar 6bp menjadi 3,90%, dan yield curve UST 10-tahun meningkat sebesar 7bp menjadi 4,09%.
Sementara itu, Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia turun tipis sebesar 1bp menjadi 68bp.
Level CDS tersebut masih relatif rendah dibandingkan level historikalnya selama 3 tahun terakhir.
“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang didiskusikan di atas, BNI Sekuritas melihat adanya potensi peningkatan demand terhadap instrumen SBN berdenominasi Rupiah. Berdasarkan valuasi yield curve, kami memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0056, FR0037, FR0096, FR0080, FR0045, FR0075, FR0098, FR0050,” sebut Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Jumat (18/10).