Skenario Terburuk Jika Harga Minyak Dunia Naik Hingga US$200 per Barel

Foto : istimewa

Pasardana.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif membeberkan skenario terburuk jika harga minyak dunia tembus 200 dollar AS per barrel.

Kata dia, jika hal itu terjadi, maka anggaran subsidi untuk energi bakal akan membengkak dua kali lipat dibandingkan saat ini yang sudah mencapai Rp 520 triliun.

Artinya, subsidi energi bisa kian membesar hingga tembus Rp 1.040 triliun.

Adapun subsidi energi saat ini menggunakan asumsi harga minyak mentah dunia kisaran 100 dollar AS per barrel.

“Kami waktu itu proyeksikan di 100 dollar AS per barrel asumsinya (normalnya). Kalau nanti harga minyak mentahnya naik, kita ada skenario terburuk bisa di 200 dollar AS per barrel, ya kalikan saja dengan 2, gampang-gampangannya,” kata Arifin di Jakarta, Rabu (27/7/2022).

Arifin mengatakan, potensi kenaikan harga minyak mentah dunia ini harus diantisipasi.

Sejauh ini, pemerintah telah melakukan revisi Peraturan Presiden Nomor 191 tahun 2014.

Revisi tersebut memuat aturan terkait dengan pembatasan pembelian bahan bakar minyak (BBM) subsidi Pertalite dan Solar.

“Kita jamin pasokan, dan kita ingatkan ada kemungkinan skrenario terburuk, dan kita kordinasi selalu. Ini yang harus kita antisipasi. Kita harus tepat sasaran,” kata dia.

Arifin menuturkan, saat ini izin prakarsa sudah ada. Izin prakarsa merupakan, izin untuk menginisiasi perbaikan revisi dari peraturan yang sebelumnya, disesuaikan dengan kondisi yang ada dan yang dibutuhkan saat ini.

“Jadi, (jika) izin prakarsa ini sudah keluar, ini akan kita tindaklanjuti. Terkait krisis energi, akan dilakukan bahasan yang intens, fokus isu per isu. Insya Allah (Agustus), kami harus kerja cepat ini. Item-itemnya sudah ada," ucapnya.

Sebelumnya diberitakan, Kementerian Keuangan meminta persetujuan DPR RI untuk menambah anggaran subsidi energi dan kompensasi untuk tahun ini mencapai Rp 520 triliun.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan, tambahan anggaran ini merupakan konsekuensi atas pilihan pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM, LPG, dan tarif listrik meski harga minyak dunia melonjak.

"Untuk tahun ini, kami meminta persetujuan kepada DPR untuk menambah anggaran subsidi dan kompensasi nilainya mencapai Rp 520 triliun," ujar Sri Mulyani dalam Sidang Paripurna di DPR, Kamis (31/5).

Sri Mulyani menjelaskan, skema subsidi dan bantuan sosial, terus dilaksanakan sebagai bagian dalam mengendalikan inflasi.

Inflasi domestik berpotensi meningkat jauh lebih tinggi jika kenaikan harga komoditas global sepenuhnya di pass-through ke harga-harga domestik.

"Potensi transmisi tingginya harga komoditas global dapat kita redam dengan jalan mempertahankan harga jual BBM, LPG dan listrik di dalam negeri untuk tidak naik," ujarnya.