ANALIS MARKET (24/02/2021) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Menguat Terbatas
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Selasa, 23/02/2021 kemarin, IHSG ditutup menguat sebesar 17 poin atau sebesar 0,28% menjadi 6,272. Sektor infrastruktur, aneka industri, perkebunan, industri dasar, keuangan bergerak positif dan menjadi kontributor terbesar pada kenaikan IHSG kemarin. Sementara investor asing mencatatkan pembelian bersih sebesar 469 miliar rupiah.
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;
1.I LOVE YOU MR. P
Pada akhirnya teka teki semua pelaku pasar dan investor terjawab oleh Om Powell dalam pernyataannya di hadapan Komite Perbankan di Senat kemarin. Om Powell mengatakan bahwa dirinya memberikan isyarat bahwa Bank Sentral sama sekali tidak akan menarik kembali dukungannya untuk mendorong, memperbaiki, dan memulihkan ekonomi yang rusak akibat wabah virus corona, meskipun Om Powell juga selalu mendorong agar aktivitas bisnis bisa kembali normal dan lebih baik dari tahun ini. Powell mengatakan bahwa perekonomian masih jauh dari kata pulih, indicator ketenagakerjaan dan inflasi masih sangat jauh dari target kami. Oleh karena masih sangat jauh itulah pemirsa, Om Powell mengatakan bahwa akan memakan waktu yang lebih lama untuk mencapai kemajuan yang substansial lebih lanjut. Bagi yang khawatir nih pemirsa apakah inflasi akan kembali mengalami kenaikkan akibat adanya paket stimulus jumbo dari Biden, ditambah lagi dengan adanya kenaikkan imbal hasil obligasi yang terjadi akhir akhir, Om Powell tetap mengatakan bahwa kenaikkan inflasi dan imbal hasil obligasi hanya memberikan gambaran mengenai prospek perekonomian yang kuat di masa yang akan datang. Ini merupakan sebuah kepercayaan yang sangat penting pemirsa, bahwa Powell tidak melihat naiknya inflasi dan imbal hasil obligasi sebagai sebuah keyakinan bahwa perekonomian akan pulih secara cepat, karena memang tenaga kerja dan inflasinya saja masih sangat jauh dari kata pulih. Kenaikkan tersebut hanyalah refleksi sementara yang belum memberikan arti apa apa. The Fed juga berjanji lho kemarin untuk terus membeli obligasi dengan nilai yang sama, hingga kemajuan substansial berlanjut, khususnya mencapai lapangan kerja maksimum ditambah dengan inflasi yang menyentuh 2%. The Fed kemarin masih terlihat dovish, sehingga kemungkinan bagi pelaku pasar dan investor terkait dengan adanya penghentian stimulus kebijakan moneter tidak akan terjadi. Kenaikkan imbal hasil obligasi kemarin yang mengalami kenaikkan, sebetulnya hanyalah gambaran bahwa prospek perekonomian di masa yang akan datang mulai membaik, namun kenaikkan inflasi juga memberikan gambaran bahwa ada potensi di tahun 2022 mendatang, The Fed akan mencoba untuk memulai pengurangan program pembelian obligasi. Ingat lho kata Oma Yellen kemarin, bahwa tingkat suku bunga yang terlalu rendah juga tidak baik, karena akan menciptakan buih di pasar. Taper tantrum hanya tinggal menunggu waktu saja hingga pada akhirnya hal tersebut terjadi. Dan ketika hal tersebut terjadi, semua akan kembali kepada kita, apakah Indonesia siap dan pulih lebih kuat, lebih cepat untuk menghadapi situasi taper tantrum atau tidak. Yang menarik dari Om Powell adalah, ketika ada yang bertanya sama dirinya, apakah pasar saham tengah menghadapi potensi bubble? Powell hanya menjawab, bahwa dirinya tidak memiliki gambaran apakah pasar saham sedang menghadapi posisi bubble atau tidak. Karena menurut dirinya, tidak ada satupun yang dapat benar benar mengidentifikasi sebuah bubble. Powell memang mengakui, ini pun pernah kita bahas pemirsa, bahwa menurut Powell ada potensi memang penurunan tingkat suku bunga mendorong kenaikkan harga asset atau efek. Namun kekuatan yang lebih penting yang mendorong kenaikkan harga asset adalah, ekspektasi dan harapan. Tuuh kan pemirsa, sama seperti yang selalu kami bilang berulang kali. Bahwa kenaikkan harga saham yang bagaikan rocket, semua hanya didasari oleh ekspektasi dan harapan yang begitu luar biasa akan pemulihan ekonomi. Om Powell mengatakan bahwa kita semua tidak boleh meremehkan tantangan yang saat ini kita tengah hadapi, perkembangan yang ada saat ini memberikan gambaran bahwa prospek perekonomian akan terus membaik. Khususnya adanya kemajuan yang berkelanjutan dalam vaksinasi yang mendorong pemulihan aktivitas ekonomi lebih cepat kepada tingkatan normal. The Fed memberikan proyeksi bahwa perekonomian masih dapat tumbuh mencapai 6%, setelah sebelumnya mengalami kontraksi 2.5% pada tahun lalu. Perekonomian 2021 ini secara data ekonomi mulai mengalami perbaikan, karena didukung oleh penjualan retail dan aktivitas pabrik di percepat. Karena dasar inilah, Bloomberg Economic mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021 mengalami kenaikkan dari sebelumnya 3.5% menjadi 4.6%, dan wow nya lagi dapat meningkat menjadi 6% - 7% sama seperti yang Om Powell katakan kalau nih, stimulus jumbo senilai $1.9 triliun di berlakukan. Namun ingat, ketenagakerjaan masih sangat lemah, karena lagi lagi claim pengangguran mengalami kenaikkan. Powell mengatakan bahwa tingkat pengangguran masih sangat tinggi, khususnya bagi penerima upah harian yang rendah untuk keturunan Africa – America, Hispanik, dan kelompok minoritas lainnya. Dislokasi perekonomian telah mengubah hidup banyak orang, serta menciptakan ketidakpastian yang begitu besar di masa yang akan datang. Oleh sebab itu lah, Om Powell mengatakan bahwa The Fed akan terus mempertahakan tingkat suku bunga hingga mendekati nol hingga pasar tenaga kerja mencapai angka yang maksimum, dan inflasi mengalami kenaikkan menyentuh 2% serta yang terpenting adalah perekonomian Amerika konsisten untuk berada di posisi tersebut untuk beberapa waktu. Namun sebagai catatan penting pemirsa, sebelum tulisan ini berakhir. Powell mengatakan bahwa inflasi dalam beberapa bulan mendatang akan terus mengalami peningkatan, namun efek itu hanya sementara. Jadi nanti kalau kita melihat inflasi mengalami kenaikkan, tidak perlu kita khawatir bahwa inflasi memberikan pengaruh terhadap kenaikkan tingkat suku bunga. Karena itu semua hanyalah sementara! Kenaikkan inflasi tersebut pemirsa, didorong oleh adanya vaksinasi yang terus memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk mulai melakukan konsumsi, meskipun nantinya kenaikkan tersebut tidak akan bertahan lama. Tapi hati-hati, karena menurut mantan Menteri Keuangan, Summers, dirinya mengatakan bahwa perekonomian akan terlalu panas dan inflasi akan naik jauh lebih cepat apabila stimulus jumbo tersebut keluar, meskipun menurut kami tidak akan serta merta begitu saja untuk mengalami kenaikkan meskipun kami tahu kekhawatiran Summers tersebut merupakan kekhawatiran kita semua. Tapi pemulihan perekonomian tidak boleh berhenti. Pemulihan ekonomi harus terus berlanjut, jangan sampai berhenti di tengah jalan meskipun vaksinasi telah diberikan. Namun kalau Om Powell di colek nih pemirsa mengenai pendapatnya terkait dengan stimulus Biden, Om Powell enggan menjawab pemirsa, seperti kalau ditanya siapa pacar pertama saja ya. Powell mengatakan bahwa belum ada korelasi yang kuat antara deficit anggaran yang lebih besar dengan inflasi yang terjadi akhir akhir ini. Ya iyalah ya pemirsa, kalau ditarik korelasinya begitu, pasti angkanya kecil sekali tapi setidaknya Powell berusaha menyakinkan pasar bahwa dirinya tetap independent, dalam mengambil keputusan sesuai dengan yang kebijakan independensi Bank Sentral. Semoga kabar dari Powell ini membuat pasar menjadi lebih tenang, dan memberikan keyakinan lebih untuk mengalami kenaikkan.
2.COLEK YANG PUNYA MINING ?
Regulasi mengenai tarif royalti batu bara 0% bagi pengusaha tambang telah resmi terbit dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral. PP tersebut merupakan turunan dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Dalam BAB II Pasal 3, berdasarkan penjelasan pasal tersebut pemegang izin usaha pertambangan operasi produksi, izin usaha pertambangan khusus (IUPK) operasi produksi, dan IUPK sebagai kelanjutan operasi kontrak/perjanjian, diberikan perlakuan tertentu berupa pengenaan royalti sebesar 0%. Selain itu, royalti ini juga dikenakan terhadap volume batu bara yang digunakan dalam kegiatan peningkatan nilai tambah batu bara. Adapun ketentuan lebih lanjut mengenai besaran, persyaratan, dan tata cara pengenaan royalti ini akan diatur dalam Peraturan Menteri. Di samping itu, pelaksanaannya juga harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Kementerian Keuangan. Sebelumnya, Menteri ESDM dalam rapat kerja Bersama Komisi VII DPR RI mengatakan akan menerbitkan regulasi mengenai tarif royalti gasifikasi batu bara 0%. Hal tersebut bertujuan untuk mendorong program hilirisasi, khususnya pengembangan Dimethyl Ether atau DME. Saat ini, beleid tersebut tengah disusun di internal Kementerian ESDM untuk membahas teknis aturan, kriteria dan tata cara pemberian insentif. Rencananya pemberian insentif ini tidak akan mengurangi penerimaan negara. Sebab, di sisi lain pemerintah juga akan menetapkan harga khusus batu bara untuk penggunaan gasifikasi. Ketentuan ini akan masuk dalam Rancangan Peraturan Pemerintah Pelaksanaan Kegiatan Pengusahaan Pertambangan Minerba, dengan skema usulan pengeluaran ditambah margin. Untuk komponen pengeluaran, terdiri dari biaya produksi langsung dan tidak langsung, biaya umum dan administrasi. Sementara, margin yang ditetapkan sebesar 15% dari pengeluaran. Rumusan formula ketetapan ini tengah disiapkan dalam bentuk Peraturan Menteri ESDM. Adapun untuk jangka waktu masa Izin Usaha Pertambangan proyek gasifikasi batu bara telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020. Dalam perjalanan kemandirian energy, program DME dinilai dapat menekan impor atas elpiji dimana DME dapat menjadi subtitusi guna memenuhi konsumsi batu bara kalori rendah guna mendukung operasional PLTU. Dalam hal ini, PTBA tentu emiten yang mendapat dampak dari kebijakan tersebut dimana insentif dari pengenaan pajak dapat menurunkan beban pajak emiten.
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat terbatas dan ditradingkan pada level 6,231 – 6,312,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (24/02/2021).

