ANALIS MARKET (21/9/2020) : Pasar Obligasi Diperkirakan Bergerak Bervariatif Dengan Potensi Menguat

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, ada hal yang cukup menarik ditengah situasi dan kondisi saat ini.

Imbal hasil obligasi jangka pendek 5y terus mengalami penurunan, namun sisanya obligasi berdurasi 10y – 20y semuanya mengalami kenaikkan.

Ini artinya, obligasi jangka pendek terus diburu yang dimana membuat harganya mengalami kenaikkan. Situasi dan kondisi yang tidak menentu saat ini membuat orang terus masuk ke dalam obligasi jangka pendek untuk mengurangi tingkat volatilitas portfolio mereka.

Portfolio obligasi yang agak defense menjadi pilihan saat ini, karena kami melihat situasi dan kondisi perekonomian terus mengalami penurunan, bahkan mungkin lebih buruk dibandingkan sebelumnya.

Efek PSBB Total jilid ke 2, membuat beberapa usaha hotel dan restaurant melakukan pengurangan pegawai yang dimana berpotensi mendorong angka kenaikkan unemployment rate.

Tidak adanya solusi lebih lanjut terkait dengan perekonomian akibat PSBB Total jilid 2 membuat situasi dan kondisi menjadi kian tidak pasti, meskipun ada stimulus dari pemerintah dan Bank Indonesia, namun tampaknya masih kurang membuat pelaku pasar dan investor yakin akan prospek perekonomian kedepannya.

Ditengah situasi dan kondisi saat ini, mungkin hanya berita mengenai vaksin yang dapat mengubah jalannya perekonomian, karena akan mendorong ekspektasi dan harapan pemulihan perekonomian yang lebih cepat.

Apabila dalam jangka pendek tidak ada solusi atau kebijakan yang lebih longgar, kami khawatir dampaknya akan semakin terasa terhadap perekonomian yang berpotensi untuk menurunkan prospek perekonomian termasuk pemulihan didalamnya.

Imbal hasil kita yang sebelumnya berada di bawah 6.5% untuk obligasi 10y, saat ini mulai beranjak naik dari 6.5% dan mulai bermain di 6.75% - 7%. Naiknya resiko tentu harus diikuti dengan kenaikkan imbal hasil, meskipun jarak antara tingkat suku bunga dan imbal hasil saat ini cukup lebar.

Lelang yang diadakan Selasa mendatang akan menjadi gambaran penting, apakah pelaku pasar dan investor masih menaruh kepercayaan kepada pasar dalam negeri. Apalagi setelah sebelumnya lelang sukuk yang diadakan oleh pemerintah jumlah total penawaran yang masuk tidak seperti biasanya.

Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Senin (21/9) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan bergerak bervariatif dengan potensi menguat untuk obligasi 5y, melemah untuk obligasi 10y dan 20y.

Adapun cerita diawal pekan ini akan kita awali dari;

1.STRATEGI ALA CHINA

China mulai menyiapkan strategi inti terkait dengan rencana pengembangan perekonomian kedepannya. Rencana besar China tersebut akan dihelat pada tahun 2021 dimulai dari mendorong peningkatan cadangan minyak mentah, komoditas logam, dan barang barang pertanian. China sudah belajar banyak dari tekanan yang diberikan oleh Amerika selama beberapa tahun terakhir, dan bukan hanya Amerika yang menekan China, sekutu Amerika pun juga turut menekan China, justru membuat China bersiap lebih matang lagi dalam pelajaran berikutnya. Oleh sebab itu, China membekali dirinya terlebih dahulu agar seperti apapun gangguan terkait dengan pasokan, perekonomian China akan tetap berjalan seperti biasa. Lebih detail lagi pada bulan depan, China akan memberikan penjabaran yang lebih detail terkait dengan strateginya untuk menatap tahun 2021 – 2025 yang dimana China sudah menyampaikan akan mendorong peningkatkan konsumsi domestic dan membuat teknologi yang lebih canggih bagi industry dalam negeri. Menjaga persediaan makanan, bahan bakar, dan material merupakan prasyarat yang harus dipenuhi China apabila ingin menjadi negara yang lebih mandiri. Kekhawatiran China yang selama ini berada di sector energi dan ketahanan pangan akan menjadi salah satu permasalahan yang akan diselesaikan. China akan terfokus untuk membangun tempat persediaan, agar kapasitas cadangan menjadi lebih terjaga apabila sesuatu terjadi. Rencana pembangunan tempat cadangan tersebut termasuk penampungan minyak mentah khususnya didaerah yang terpencil. Target China adalah mengumpulkan cadangan minyak setara dengan 90 hari impor bersih yang dapat diperluas hingga 180 hari. Sebagai langkah pertama, China sedang mempertimbangkan proposal untuk mempercepat pengadopsian energi bersih, karena sejauh ini di seluruh dunia mulai mengurangi emisi gas rumah kaca. Tujuan China saat ini adalah memperoleh 20% penggunaan energi primernya dari bahan bakar non fosil pada tahun 2030 nanti. Oleh sebab itu ada keinginan bagi China untuk memangkas pasar batubaranya dalam bauran energi menjadi 52% pada tahun 2025, dari sebelumnya 57.5% yang telah direncanakan sebelumnya pada akhir tahun ini. Nah rencana ini tentu sedikit banyak akan mempengaruhi ekspor batubara kita ke China dalam beberapa waktu mendatang, oleh sebab itu sudah saatnya kita juga memiliki rencana terkait hal tersebut agar tetap dapat menjaga pasar ekspor kita tetap terjaga. Kebijakan mengenai energi terbarukan merupakan sebuah langkah awal dari China untuk mulai pertumbuhan ekonomi dalam negeri, mengenalkan kepada dunia energi terbarukan, dan yang paling terpenting adalah mengurangi efek dari global warming. Sebagai informasi, China menghasilkan karbon lebih banyak sejak mulai pertengahan tahun 2010, bahkan lebih banyak kalau kita bandingkan dengan Amerika dan Eropa dijadikan satu. Namun Peng Peng, Sekretaris Jenderal Aliansi Pembiayaan dan Investasi Energi Terbarukan dari China mengatakan bahwa meskipun China menggunakan energi terbarukan dengan mengurangi pemakaian energi kotor seperti Batubara, hal tersebut belum tentu berarti bahwa konsumsi bahan bakar fosil akan mengalami penurunan, karena total kebutuhan listrik akan mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Meskipun China tengah melakukan transisi ke energi terbarukan, China tetap akan menjadi penambang dan konsumen batu bara terbesar di dunia, porsi bahan bakar non fosil mengalami kenaikkan hingga 15.3% pada tahun 2019, diatas dari target yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kami melihat sesuatu yang menarik mungkin akan terjadi pada bulan depan yang dimana China akan memberikan gambaran yang lebih luas terhadap strateginya kali ini karena kami melihat keinginan yang sungguh sungguh dari China untuk menjadi lebih mandiri tanpa bergantung terhadap negara lain. Ini menjadi kunci kesuksesan China di masa depan.

2.KESEMPATAN DALAM KESEMPITAN?

Kabar BI akan menjadi pengawas industry perbankan kembali muncul di pasar. Bahkan, kabar terbaru menyebutkan perubahan payung hukum tersebut tak lama lagi dibahas pemerintah bersama DPR. Berdasarkan informasi, saat ini pemerintah tengah mempersiapkan sebuah RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang 23/1999 tentang Bank Indonesia. RUU tersebut belum memiliki nomor maupun tahun terbit. Namun dalam dokumen itu, tertulis rancangan undang-undang berkaitan dengan perubahan ketiga atas UU 23/1999 tentang Bank Indonesia. Dalam RUU tersebut berbunyi, “Bahwa untuk mewujudkan Bank Indonesia sebagai bank sentral sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dilakukan penataan kembali terhadap Bank Indonesia agar mampu menetapkan kebijakan moneter secara menyeluruh dan terkoordinasi yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, mengatasi situasi darurat yang dapat membahayakan ekonomi negara, dan menjawab tantangan perekonomian ke depan dalam menghadapi globalisasi ekonomi”. Pertimbangan lainnya yaitu kebijakan moneter yang ditetapkan bank sentral saat ini masih berfokus pada stabilitas nilai tukar dan harga. Sehingga, hal tersebut dianggap belum cukup kuat untuk mendorong perekonomian, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Itu artinya berarti lagi lagi issue terhadap independent Bank Indonesia akan kembali menggoyahkan minat para pelaku pasar dan investor untuk berinvestasi. Ada kemungkinan pelaku pasar dan investor akan melakukan capital outflow kembali terkait akan hal ini seperti yang kita lihat beberapa waktu lalu. Pertanyaannya cukup sederhana, apakah revisi terkait dengan Undang Undang tersebut merupakan sesuatu yang genting saat ini, sehingga harus dibahas sesegera mungkin? Ataukah situasi dan kondisi saat ini justru menjadi peluang terbaik bagaikan kesempatan dalam kesempitan untuk mengubah Undang Undang Bank Indonesia?

“Kami merekomendasikan wait and see dan ikuti lelang esok hari,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (21/9/2020).