ANALIS MARKET (05/6/2020) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Variatif Cenderung Melemah
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Kamis 04/06/2020, IHSG ditutup melemah 24 poin atau 0,49% menjadi 4.916. Sektor aneka industri, pertambangan, perdagangan, barang konsumsi, dan industri dasar bergerak negative dan menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG kemarin. Investor asing membukukan pembelian bersih sebesar 980 miliar rupiah.
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;
1.USAHA BANK SENTRAL EROPA
Bank Sentral Eropa kembali memutuskan untuk tidak mengubah tingkat suku bunganya sebagai bagian dari existensinya untuk menjaga perekonomian. Bank Sentral Eropa terus berusaha untuk menjaga perekonomiannya yang sedang dirundung pelemahan. Bank Sentral Eropa pada akhirnya mengumumkan akan meningkatkan Program Pembelian Darurat senilai 600 miliar euro atau $672 triliun sebagai upaya lanjutan untuk meningkatkan perekonomian Eropa. Jumlah tersebut datang dari sebelumnya yang dimana ada pembelian obligasi pemerintah senilai 750 miliar euro pada bulan Maret, sehingga totalnya menjadi 1.35 triliun euro. Bank Sentral juga mengatakan bahwa durasi pembelian obligasi emergency ini akan diperpanjang hingga akhir 2020 dan dilanjutkan pada June 2021. Atau akan terus dilanjutkan hingga Bank Sentral Eropa percaya bahwa krisis telah berakhir. Christine Lagarde mengatakan bahwa zona Eropa menghadapi kontraksi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Program Darurat yang diumumkan pada bulan Maret sebelumnya telah membantu menjaga nilai pinjaman agar menjadi lebih rendah untuk negara negara di zona euro, yang dimana 19 negaranya menggunakan mata uang euro sebagai mata uang bersama. Imbal hasil surat utang Italia langsung mengalami penurunan dari 1.56% menjadi 1.40% akibat adanya pembelian lebih lanjut terkait dengan surat utang. Sikap kebijakan moneter yang lebih aggresif sebenarnya membantu untuk mengendalikan resiko penurunan lebih lanjut. Para pelaku pasar sebetulnya membutuhkan signal yang kuat untuk dapat menunjukkan bahwa ekonomi memiliki potensi rebound sehingga kepercayaan konsumsi rumah tangga dapat pulih. Christine Lagarde mengatakan bahwa Bank Sentral memperkirakan ekonomi zona Eropa akan berkontraksi sebesar 8.7% pada tahun ini sebelum pada akhirnya mengalami pertumbuhan 5.2% pada tahun 2021 dan 3.3% pada tahun 2022. Bank Sentral Eropa juga mengatakan bahwa inflasi akan berada di kisaran 0.3% pada tahun 2020, dan 0.8% pada tahun 2021, dan angka tersebut merupakan target inflasi yang sangat jauh yang sebelumnya telah ditetapkan oleh Bank Sentral Eropa yaitu di 2%. Namun balik lagi, Lagarde mengatakan bahwa ramalan yang sudah dibuat tergantung dari wabah virus corona itu sendiri, ditambah dengan efektivitas kebijakan yang akan diambil di seluruh wilayah. Paket darurat Bank Sentral Eropa juga telah mencakup langkah langkah untuk meningkatkan pinjaman dari Bank, sebagai sebuah langkah tambahan untuk mendorong inflasi. Dan sebagai penutup, Bank Sentral Eropa telah memberikan gambaran terburuk bahwa ekonomi kawasan Eropa akan mengalami kontraksi sebanyak 15%, tentu kami tidak menginginkan hal tersebut, namun apapun bisa saja terjadi.
2.STIMULUS BERIKUTNYA
Para pejabat pemerintahan Trump semakin berharap untuk dapat memberikan putaran stimulus berikutnya senilai $1 triliun, meskipun sejauh ini belum ada ukuran yang akan digunakan hingga bulan depan. Mitch Mc Connel, pemimpin mayoritas Senat mengatakan bahwa nilai Rancangan Undang Undang tersebut sudah hampir mendekati $1 triliun, namun Trump belum membuat keputusan terkait hal tersebut. Trump sebelumnya mengatakan bahwa dirinya menginginkan untuk memasukkan paket infrastruktur dan beberapa point lainnya ke dalam paket stimulus tersebut, meskipun nilai putaran stimulus tersebut menjadi lebih dari $1 triliun. Mc Connell mengatakan bahwa tidak ada rencana untuk melakukan Rancangan Undang Undang sebelum fase reses yaitu pada tanggal 3 July, dan ada kemungkinan Rancangan Undang Undang tersebut baru dapat dilakukan pada tanggal 20 July. Putaran stimulus berikutnya diperlukan karena telah lebih dari 40 juta orang kehilangan pekerjaannya sejak pembatasan akibat adanya wabah virus corona ditambah dengan ekonomi yang mengalami penurunan hingga sekitar $8 triliun selama 10 tahun ke depan. Trump menambahkan beberapa point lainnya kedalam rancangan stimulus tersebut, mulai dari tunjangan untuk pengangguran, pemotongan pajak untuk gaji, dan pengurangan pajak bagi perusahaan yang bergerak di bidang restaurant dan hiburan. Hal ini diperlukan untuk mendorong perekonomian serta menjaga ekspektasi dan harapan pasar yang mulai berkurang. Karena dari bursa Amerika dan Eropa, mereka mulai menyadari bahwa harapan dan ekspektasi telah bergerak melebihi takaran yang dibutuhkan untuk mendorong pasar, dan sekarang pasar membutuhkan dorongan berikutnya untuk menjaga ekspektasi tersebut, karena kalau pasar kehilangan pegangannya, maka apa yang sudah dibangun mungkin akan ambyar. Tidak hanya di bursa Amerika dan Eropa saja, dari Indonesia pun pada akhirnya harapan dan ekspektasi itu jatuh ketika tatkala pengumuman akan PSBB akan dilanjutkan meskipun dengan masa transisi, tampaknya pasar tidak dapat menerima keputusan tersebut. Sehinga seperti yang sudah kami perkirakan, bak berjalan pada seutas tali, pasar mengalami penurunan pada sesi kedua setelah PSBB diperpanjang. Sebelumnya kami melihat bahwa fase PSBB yang kedua ini sebetulnya merupakan salah satu uji coba yang sangat baik, karena dapat memberikan tolok ukur yang lebih jelas terkait dengan bagaimana menjalankan ekonomi namun dengan jumlah korban virus corona yang lebih terkendali. Namun kembali lagi bahwa, harapan dan ekspektasi, ternyata tidak bisa menghapus data ekonomi yang ada diatas kertas. Hari ini apabila ternyata investor sakitnya teramat dalem, maka pasar akan kembali dibuka mengalami penurunan. Namun apabila ternyata investor sudah move on dari luka yang kemarin, maka seharusnya apabila ada penurunan, maka tidak akan banyak, apabila ada kenaikkan pun juga tidak banyak.
3.LAGI LAGI SEBUAH PREDIKSI!
Badan Keuangan Fiskal memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2020 akibat adanya pandemi Covid-19. Estimasi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diproyeksikan mencapai 2,3% dalam kondisi berat dan minus 0,4% dalam kondisi sangat berat sesudah adanya Covid-19. Sebelumnya World Bank memprediksi perekonomian Indonesia akan tumbuh 0% pada 2020 hal ini tentunya berdasarkan penanganan pemerintah terhadap pandemi virus corona yang dinilai belum efektif. Adapun estimasi kepada dampak lain seperti kemiskinan cenderung masih sesuai dengan yang diproyeksikan BKF. Selanjutnya BKF memprediksi tingkat kemiskinan akan naik 1,89 juta dalam kondisi berat dan naik 4,86 juta dalam kondisi sangat berat. Adapun tingkat pengangguran diprediksi naik 2,92 juta dalam kondisi berat dan naik 5,23 juta dalam kondisi sangat berat. Berdasarkan historis pertumbuhan ekonomi Indonesia per kuartal I/2020 yang mencapai 2,97%. Pertumbuhan diikuti dengan pertumbuhan ekspor 2,9% dan penurunan impor 3,7%. Dengan adanya program penanggulangan dampak Covid-19, diharapkan gangguan sosial dan ekonomi tidak berdampak ke dunia usaha. Dukungan tersebut termasuk berasal dari stimulus kebijakan yang diatur oleh OJK dan Bank Indonesia. Kami menilai pada kuartal II saat ini tekanan pada pertumbuhan ekonomi masih cukup besar, sehingga perbaikan ekonomi yang tercepat baru akan terlihat dampaknya pada kuartal III dan IV pada tahun ini.
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak variatif cenderung melemah dan ditradingkan pada level 4.827- 5.059,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (05/6/2020).

