ANALIS MARKET (12/5/2020) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Bervariatif Dengan Potensi Menguat
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Senin 11/05/2020, IHSG ditutup menguat 41 poin atau 0,91% menjadi 4.639. Sektor aneka industri, properti, agrikultur, keuangan, dan infrastruktur bergerak positif dan menjadi kontributor terbesar pada kenaikan IHSG kemarin. Investor asing membukukan penjualan bersih sebesar 269 miliar rupiah.
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari:
1.BELT AND ROAD INITIATIVE
China tengah berjibaku diantara harus menghapus utang pinjaman atau tidak, karena cukup banyak negara yang tengah berhutang dengan China saat ini akibat adanya proyek ambisius China yang kita kenal dengan Belt and Road Initiative. Proyek ini sebetulnya sebuah proyek simalakama dan cukup banyak dikritik karena mendorong negara yang ikut berpartisipasi dengan pinjaman utang didalamnya yang diberikan oleh China. Proyek ini sebetulnya salah satu gagasan untuk membangun jaringan kereta api, jalan, dan laut yang menghubungkan mulai dari China hingga Asia Tengah, Afrika dan Eropa yang dimana bertujuan untuk meningkatkan perdagangan. Dan China ikut mendukung dengan menyediakan ratuan miliar untuk mendanai negara yang ikut berpartisipasi, (memberikan pinjaman maksud kami). Namun dengan adanya wabah virus corona ini tentu akan membuat pembayaran dari negara tersebut mengalami keterlambatan dan akan mempersulit bagaimana membayar utang tersebut. Sejauh ini sudah lebih dari 130 negara yang berada di bawah naungan Belt & Road Initiative. Dan sampai hari ini negara negara yang berpenghasilan rendah telah meminta keringanan kepada China dalam pembayaran utang, atau memperpanjang periode pembayaran atau menangguhkan pembayaran dalam jangka waktu pendek dan menengah. Pakistan dan Sri Lanka mungkin akan menjadi salah satu negara yang meminta keringanan dalam pembayaran utang. Beberapa negara tersebut juga melakukan perjanjian barter dengan China yang dimana didenominasikan dalam bentuk barel minyak sehingga membuat jumlah nilai sesungguhnya dari sebuah utang menjadi abu abu. Ini dari sisi yang meminjam uang dari China, bagaimana dengan sisi China?. Bukan tidak mungkin wabah virus corona yang hampir mengenai secara utuh satu dunia ini justru melakukan kesepakatan diantara negara peminjam utang tersebut untuk meminta hal yang sama terhadap China, yaitu keringanan dan penangguhan. Apa yang akan terjadi apabila semua negara tersebut melakukan hal yang sama terhadap China? Tentu ini akan menjadi sebuah tekanan tersendiri dari sisi China karena adanya penangguhan pembayaran bunga. Yang kami khawatirkan, China memiliki track record untuk mengambil alih asset ketika suatu negara tidak dapat membayar kembali pinjaman mereka. Salah satu yang kita kenal adalah Sri Lanka, yang dimana kala itu tahun 2017, mereka harus menyerahkan pelabuhan strategis kepada China karena Sri Lanka tidak mampu mleunasi hutangnya. Menurut kabar yang beredar, China meminta jaminan dari pinjaman tersebut berupa infrastructure untuk public sector, sehingga apabila kita menilik dari tahun 2000 – 2017, utang negara lain terhadap China mengalami kenaikkan hampir 10x lipat. Sejauh ini kami melihat bahwa project China terkait dengan Belt dan Road Initiative merupakan proyek ambisius dari China, sehingga tentu saja hal ini membuat China berusaha untuk menjaga keseimbangan. Hal ini penting karena China selalu berfikir jangka panjang. Oleh sebab itu kami berharap baik negara yang berhutang terhadap China maupun dari sisi China sebagai pemberi utang, mampu untuk menjaga keseimbangan ditengah situasi dan kondisi saat ini.
2.SEBUAH RENCANA
Pandemi Corona Virus yang terjadi saat ini mengubah sebagian besar siklus serta proporsi dagang dunia saat ini. Hal yang terjadi cukup signifikan berada pada Korea Selatan. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Perdagangan, Industri, dan Energi Korsel Sung Yun-mo yang mengatakan ini akan lebih sulit daripada 2008 yang ketika itu mengguncang pasar finansial di negara maju. Sekarang ini seluruh dunia menderita tekanan terhadap permintaan. Sung juga menambahkan bahwa sektor ekspor akan mengalami tekanan yang lebih dalam dan lebih lama, namun penataan kembali jalur pasokan juga dapat menguntungkan Korsel karena perusahaan global mencari sumber suku cadang yang lebih aman. Sung juga menyampaikan, ekonomi di seluruh dunia perlu bersiap untuk pukulan perdagangan yang lebih keras dari Covid-19 dan gelombang relokasi pabrik yang akan menghadirkan risiko dan peluang. Berdasarkan data, terjadi penurunan ekspor yang mengakibatkan defisit perdagangan pertama sejak 2012. Produk domestik bruto Korea Selatan telah turun 1,4% pada kuartal I/2020 dan diperkirakan akan lebih terpuruk pada kuartal II. Saat ini pemerintah telah menjanjikan stimulus fiskal yang berupa pengeluaran, pinjaman dan jaminan senilai lebih dari 240 triliun won ($ 197 miliar) untuk menopang perekonomian. Presiden Moon Jae-in juga telah meluncurkan kebijakan yang disebut sebagai “Kesepakatan Baru gaya Korsea" yang berpusat pada investasi dalam kecerdasan buatan dan jaringan nirkabel 5G untuk mendorong pertumbuhan dan pekerjaan begitu pandemi mereda. Rencana tersebut akan mencakup investasi pada produksi semikonduktor sistem, yang terutama digunakan untuk menghitung dan memproses data. Penjualan semikonduktor sistem naik ke rekor tertinggi pada bulan Maret bahkan ketika pengiriman chip memori turun. Korea mungkin tidak mampu menyaingi China dan negara Asia lainnya dalam hal harga yang ditawarkan, tetapi keberhasilan pengendalian virus Corona tanpa perlu menerapkan lockdown terhadap perekonomian telah memperbaharui kepercayaan investor terhadap negara tersebut.
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak bervariatif dengan potensi menguat dan ditradingkan pada level 4.570-4.694,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (12/5/2020).

