ANALIS MARKET (17/3/2020) : IHSG Berpeluang Bergerak Melemah dan Ditradingkan Pada Level 4.611 – 4.838

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Senin 16/03/2020 kemarin, IHSG ditutup melemah 216 poin atau 4,42% menjadi 4.690. Sektor infrastruktur, barang konsumsi, aneka industri, industri dasar, agrikultur, keuangan, properti, pertambangan, dan perdagangan bergerak negatif dan menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG kemarin. Investor asing membukukan pembelian bersih sebesar 238 milyar rupiah.

Adapun cerita hari ini akan kita mulai dari;

1.POWELL BERBICARA

Ketua The Fed mengatakan bahwa dirinya tidak dapat mencegah sesuatu yang dapat menghentikan perekonomian Amerika, namun dirinya masih berharap bahwa dirinya dapat membantu mengurangi tekanan yang terjadi terhadap perekonomian Amerika yang semakin memburuk. Powell juga mengakui bahwa ekonomi akan berkontraksi pada kuartal kedua nanti, karena Perusahaan dan konsumsi rumah tangga kembali melemah akibat penyebaran virus yang tidak dapat dikendalikan. The Fed akan terfokus kepada penyediaan likuiditas pasar keuangan sehingga mereka dapat berjalan dengan baik dan memberikan kredit kepada Perusahaan dan konsumen untuk dapat membantu mengatasi penurunan ekonomi akibat dari virus tersebut. Powell melihat bahwa penurunan tingkat suku bunga saja tidak cukup untuk dapat mendorong permintaan dan menstabilkan situasi dan kondisi darurat ekonomi saat ini, namun dapat menjadi daya dorong ketika market mengalami pemulihan. Sejauh ini kami melihat bahwa pasar keuangan akan kembali normal dan menjadi lebih likuid. Namun demikian, pasar tetap merespon negative langkah langkah yang diambil oleh The Fed yang seharusnya memberikan sentiment positif terhadap pasar. Pertanyaannya adalah satu, apakah stimulus The Fed mampu untuk meredakan gejolak dipasar atau tidak. Tidak hanya itu saja, pertanyaan berikutnya adalah apakah stimulus dari The Fed mampu untuk menghindari resesi yang berpotensi terjadi di Amerika? Kami berharap bahwa meskipun resesi terjadi, namun diharapkan hal tersebut terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan tidak berubah menjadi depresi ekonomi. Dari perhitungan Goldman Sach mengatakan mereka akan melihat ekonomi akan stagnan dikuartal ini dan akan menyusut sebanyak 5% dalam 3 bulan berikutnya, namun ada potensi pemulihan 3% hingga 4% pada masing masing kuartal berikutnya. Pada akhirnya Bank Sentral lain juga bertindak, yaitu dengan Bank Sentral Selandia Baru dan Bank Sentral Korea Selatan pada akhirnya memangkas tingkat suku bunganya, sementara itu Bank Sentral Jepang mendorong pembelian asset dan menjaga pasar untuk tetap dalam keadaan likuid. Powell pun mengharapkan bahwa akan adanya kebijakan fiscal untuk membantu kebijakan moneter untuk mendorong ekonomi menjadi lebih baik. Steven mengatakan bahwa rancangan anggaran pengeluaran darurat sebesar $ 8 miliar dan rencana ekonomi yang disahkan hanyalah merupakan awal dari stimulus yang akan diberikan. Steven hanya mengatakan masih banyak hal yang bisa dilakukan bersama dengan kongres dan kami akan memastikan bahwa perekonomian akan pulih. Tentu kita berharap demikian, karena kalau tidak mau dibawa kemana perekonomian Amerika nantinya. Powell juga memiliki pendapat yang sama, bahwa The Fed masih memiliki lebih banyak tools yang dapat digunakan untuk membantu perekonomian, termasuk tentang arah tingkat suku bunga dalam jangka waktu pendek dan lebih banyak membeli asset. Powell tampaknya enggan untuk memangkas tingkat suku bunga hingga negative. Meskipun kami melihat bahwa Powell masih memberikan potensi untuk The Fed melakukan tindakan lanjutan.

2.BANK SENTRAL JAPAN DAN KOREA SELATAN

Bank Sentral Jepang pada akhirnya tidak mengubah tingkat suku bunganya pada pertemuan Bank Sentral Jepang kemarin. Haruhiko Kuroda, Gubernur Bank Sentral Jepang mengatakan bahwa tindakan seperti itu akan menunjukan naiknya tingkat kekhawatiran untuk memangkas tingkat suku bunga lebih jauh di area negative, meskipun ada pemotongan besar dari Bank Sentral Amerika untuk menghadapi wabah virus corona. Kejadian ini mirip dengan Bank Sentral Eropa yang terlalu enggan untuk memangkas tingkat suku bunganya, alih alih memotong tingkat suku bunganya, mereka lebih suka membeli lebih banyak asset. Hal ini pula yang dilakukan oleh Bank Sentral Jepang kemarin. Kami melihat bahwa apabila Bank Sentral di Negara manapun yang sudah berada di tingkat suku bunga Negatif sebelumnya lebih suka untuk melakukan pembelian asset lebih banyak, hal ini untuk menjaga sector perbankan untuk tidak terluka lebih dalam apabila dilakukan pemotongan tingkat suku bunga kembali. Sejauh ini Selandia Baru sudah memangkas tingkat suku bunganya sebenyak 75 bps, diikuti dengan Korea Selatan yang dipangkas 50 bps. Australia yang sebelumnya telah menurunkan tingkat suku bunga di awal bulan ini, akan terfokus kepada pendanaan jangka pendek. Ketika tidak ada ruang untuk memangkas tingkat suku bunga, maka kebijakan fiscal harus memainkan peranan yang lebih besar. Beralih kepada Bank Sentral Korea Selatan, yang pada akhirnya memutuskan untuk memangkas tingkat suku bunga sebanyak 50 bps, tentu hal ini merupakan implikasi dari penurunan tingkat suku bunga The Fed sebelumnya yang telah memangkas 100 bps. Hal ini menjadikan tingkat suku bunga Korea Selatan merupakan yang terendah sepanjang masa. Bank Sentral Korea Selatan mengatakan bahwa pertemuan darurat yang dilakukan kemarin serta pemotongan tingkat suku bunga merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mengatasi dampak ekonomi dari virus corona. Terakhir kali Bank Sentral Korea Selatan mengadakan pertemuan darurat yaitu ketika krisis keuangan global. Bank Sentral Korea Selatan pun mengatakan bahwa penyebaran virus yang lebih cepat membuat Bank Sentral Korea Selatan untuk mengambil keputusan memangkas tingkat suku bunga. Bank Sentral Korea Selatan juga mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi GDP akan lebih rendah dari proyeksi February yaitu sebesar 2.1%. Secara perhitungan consensus, pertumbuhan ekonomi Korea Selatan kuartal ke 2 akan melambat ke 0.8% tahun ini atau hampir serendah ketika krisis keuangan global yaitu 0.7%. Saat ini Bank Sentral Korea Selatan juga tengah mengamati dukungan fiscal dari Pemerintah yang rencananya akan dikeluarkan sebesar 11.7 triliun won atau $9.5 miliar, yang dimana saat ini sedang ditinjau oleh parlemen.

3.AVENGERS FROM G7

Para pemimpin dari G7 mengatakan mereka akan melakukan apapun yang diperlukan untuk memastikan perlawanan terhadap virus yang menyebabkan pelemahan ekonomi. Para pemimpin mengatakan mereka akan mengerahkan kekuatan penuh dari masing masing Pemerintah mereka untuk mengkoordinasikan langkah langkah terkait dengan kesehatan masyarakat, mengembalikan kepercayaan ekonomi, mendukung perdagangan dan investasi global, dan mendorong kerja sama dalam penelitian ilmiah. Para pemimpin juga mengatakan kepada Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe bahwa mereka semua berharap bahwa Jepang dapat menjalankan olimpiade musim panas. Trump mengadakan meeting bersama G7 kemarin dengan Canada, France, Jerman, Italia, Jepang, dan Inggris. Hal ini mendorong kelompok G7 untuk berbuat lebih banyak tatkala virus semakin merajalela. Kita beralih sedikit ke Amerika, dimana Trump menyampaikan beberapa hal kepada masyarakat Amerika. Trump memperingatkan bahwa apabila kejadian virus ini berlangsung selama berbulan bulan, maka resesi ekonomi di Amerika akan semakin kian nyata, meskipun Trump berusaha untuk meminimalkan dampaknya. Amerika masih akan berjuang hingga bulan August atau mungkin lebih lama.

4.SURPLUS, KEBETULANKAH?

Meskipun pasar lebih antisipasi terhadap kinerja fundamental yang memburuk akibat penyebaran wabah virus corona, namun ada berita baik dari kinerja pedagangan Indonesia selama bulan Februari. BPS mengumumkan kenaikan ekspor sebesar 11% YoY dan 2.24% MoM. Kenaikan tersebut didukung meningkatkan ekspor non migas yang naik 2.38% MoM. BPS juga menyebutkan non migas menyumbang ekspor terbesar dari total ekspor Februari 2020 mencapai 94,14%. Impor mengalami penurunan 5.11% YoY dan juga turun 18.69% MoM. Penurunan terbesar saat ini berasal dari non migas yang turun sebesar 7.4% YoY adanya penurunan konsumsi secara bulanan sebesar 39.91%, penurunan bahan baku sebesar 15.89% dan penurunan barang modal sebesar 18.03%. Adanya penyebaran virus corona memberikan dampak penurunan impor pada China sebesar US$ 1.954 yang terdiri dari kategori mesin dan perlengkapan elektrik, mesin dan peralatan mekanik. Plastik dan barang dari plastic. Meskipun neraca perdagangan mencatatkan surplus, namun IHSG hingga akhir perdagangan kemarin masih juga belum mencatatkan hal positif.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak melemah dan ditradingkan pada level 4.611 – 4.838,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (17/3/2020).