ANALIS MARKET (23/12/2020) : IHSG Berpeluang Bergerak Bervariatif Cenderung Melemah Terbatas
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Selasa, 22/12/2020 kemarin, IHSG ditutup melemah 142 poin atau 2,31% menjadi 6,023. Sektor infratruktur, pertambangan, perkebunan, perdagangan, industri dasar, keuangan, property, industri konsumsi, aneka industri bergerak negatif dan menjadi kontributor terbesar penurunan pada perdagangan IHSG kemarin. Investor asing mencatatkan penjualan bersih sebesar 338 miliar rupiah.
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;
1.INDIA MEMBAIK
Kegiatan perekonomian di India terlihat mulai menunjukkan tanda tanda perbaikan untuk data pada bulan November lalu. Ditengah tekanan penyebaran virus corona yang semakin meningkat, perekonomian India diuji apakah mampu bertahan atau tidak untuk melewati masa masa sulit ditengah potensi turunnya pemulihan perekonomian. Sejauh ini beberapa indicator yang diperlihatkan oleh India menunjukkan tanda tanda yang jauh lebih stabil, meskipun tentu tidak bisa kita katakan baik, namun sudah lebih dari cukup untuk melewati saat saat seperti sekarang ini. Dari sisi aktivitas bisnis dari perdagangan, sector jasa di India mengalami peningkatan dalam 2 bulan berturut turut, meskipun secara tingkat akselerasi dapat kita katakan melambat. Indeks Manager Pembelian masih menunjukkan tingkat konsistensi di atas 50, yang berarti itu artinya pemulihan masih berjalan relative stabil. Business Activity, Order Books, dan Output prices ketiganya menunjukkan kurva v shaped yang diinginkan oleh semua orang. Namun manufacture kehilangan beberapa momentum yang dimana mengalami penurunan. Hal tersebut sejauh ini memberikan indikasi bahwa inflasi akan bergerak lebih stabil yang membuat Bank Sentral India tidak akan menurunkan tingkat suku bunga lebih lanjut. Bicara ekspor, permata dan perhiasan mengalami penurunan, namun farmasi dan pertanian menjadi salah satu daya dorong utama. Impor masih melemah, diikuti dengan permintaan barang modal yang lemah sehingga masih memberikan kekhawatiran dari sisi produksi. Dari sisi kredit, Bank Sentral India mencatatkan bahwa kredit mengalami pertumbuhan lebih dari 5.5% kalau kita bandingkan dengan tahun sebelumnya, bahkan lebih tinggi dari periode sebelumnya yang berada di 5.1%. Untuk menjaga stabilitas pasar, likuditas dijaga penuh oleh pemangku kepentingan agar pemulihan dapat berjalan dengan baik. Yang terakhir, dari sisi produksi mengalami kenaikkan 3.6%, produksi barang modal yang sebelumnya mengalami penurunan pada akhirnya mengalami kenaikkan dari tahun sebelumnya. Pemulihan India yang lebih lambat namun stabil memberikan rasa yang cukup optimis kedepannya, meskipun lambat tapi progress tetap ada. Sejauh ini bauran kebijakan antara Bank Sentral India dan pemerintah masih menjadi kunci untuk mendorong perekonomian menjadi lebih baik. Namun disatu sisi, kami melihat penyebaran virus yang cepat di India berpotensi untuk menekan perekonomian apabila tidak segera di atasi dengan cepat.
2.WATERFALL
Kementerian Keuangan mencatat penerimaan negara hingga November 2020 sebesar Rp1.423 triliun atau 83,7% dari target yang ditetapkan Peraturan Presiden No 72/2020. Sementara pengeluarannya Rp2.306,7 triliun atau 84,2% dari target. Kondisi bisnis belum pulih dinilai menjadi tekanan pada pendapatan pajak sepanjang tahun 2020. Aktivitas produksi yang menurun memberikan tekanan pada pembelian dimana PPN juga berpotensi mengalami penurunan. Selain itu, alur birokrasi yang belum jelas ikut menghambat jalannya stimulus fiskal dimana belanja negara baru berdampak pada kuartal III dan IV tahun 2020. Hal tersebut membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi dapat lebih rendah di akhir tahun ini. Terlebih saat ini dengan pengetatan aktivitas pada akhir tahun menjadi tekanan pada industry pariwisata dimana hal tersebut memberikan peluang turunnya pendapatan per kapita di bulan Desember secara YoY. Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal terakhir tahun ini akan mengalami perlambatan -2,9% hingga -0,9%. Ia juga mengatakan pemulihan ekonomi yang masih akan berjalan lambat pada kuartal IV, hal ini tercermin dari konsumsi yang diperkirakan masih akan terkontraksi -3,6% hingga -2,6%. Sementara itu, Pembentukan modal tetap bruto atau diperkirakan -4,3% sampai -4%. Konsumsi pemerintah -3,6%. Ekspor di -2,6% hingga -0,6% dan impor -18,3% sampai -15,5%. Sehingga secara keseluruhan tahun ini, Sri Mulyani memperkirakan ekonomi akan terkontraksi sebesar -2,2% hingga -1,7%. Penurunan dari proyeksi tersebut memberikan tekanan pada IHSG yang saat ini berada pada trend bullish. Menjelang akhir tahun kami melihat pergerakan IHSG dan rupiah cukup terbatas, hal ini seiringan dengan adanya hari libur yang memberikan efek pada psikologis pelaku pasar yang lebih konservatif. Selain kekecewaan yang meningkat, penyebaran wabah virus corona dalam jenis baru pun mencuri perhatian karena dikhawatirkan hal tersebut justru membuat proses pemulihan ekonomi akan berjalan lebih lambat. Meskipun tentu saja, diharapkan semua vaksin dapat mengatasi corona rasa baru tersebut. Apabila tingkat tanggap pemerintah diseluruh negara terkait dengan corona rasa baru tersebut minim, maka diperkirakan ada tingkat resiko bagi para pelaku pasar dan investor yang mengalami peningkatan yang tentunya tidak dapat ditoleransi oleh investor. Apabila pelaku pasar dan investor tidak dapat mentolerasi hal tersebut, maka koreksi akan menjadi sebuah kisah lanjutan hari ini.
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak bervariatif cenderung melemah terbatas dan ditradingkan pada level 5,965 – 6,125. Kekhawatiran akan strain Covid 19 yang mengalami perubahan yang dimana sudah mulai muncul di Inggris, dan mungkin sudah terjadi hal yang sama di Amerika, Germany, France, dan Swiss akan membuat pelaku pasar dan investor cemas bahwa ternyata pemulihan ekonomi tidak seindah yang dibayangkan. Namun CEO BioNTech mengatakan bahwa vaksin yang mereka buat mampu untuk melawan strain jenis baru tersebut, meskipun untuk memastikan apakah hal tersebut bekerja dengan baik, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Pertanyaannya adalah, apakah pelaku pasar dan investor terlanjur kecewa? Ataukah memang penurunan IHSG kemarin hanya sebuah aksi profit taking semata?” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (23/12/2020).

