ANALIS MARKET (17/12/2020) : IHSG Berpeluang Bergerak Menguat
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Rabu, 16/12/2020 kemarin, IHSG ditutup menguat 108 poin atau 1.80% menjadi 6.118. Sektor pertambangan, infrastruktur, perdagangan, aneka industri, perkebunan, keuangan, industri dasar, property, industri konsumsi bergerak positif dan menjadi kontributor terbesar pada kenaikan IHSG kemarin. Investor asing mencatatkan pembelian bersih sebesar 710 miliar rupiah.
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;
1.DARI THE FED UNTUK KITA
Yap, penantian yang ditunggu tunggu akhirnya usai sudah. Pertemuan The Fed yang sudah dilakukan tadi pagi pada akhirnya memperlihatkan kepada kita bahwa The Fed akan terus berusaha untuk memperkuat komitmennya untuk mendukung perekonomian Amerika yang dimana itu artinya The Fed berjanji untuk terus melakukan program pembelian asset dengan nilai yang besar sampai perekonomian Amerika memperlihatkan kemajuan, khususnya dalam lapangan kerja dan inflasi. The Fed melalui Powell mengatakan, bahwa mereka akan mempertahankan pembelian obligasi bulanan setidaknya $120 miliar per bulan. Sejauh ini The Fed belum memberikan pengumuman untuk mengubah program pembelian mereka, bahkan The Fed tidak akan mengubah durasi pembelian jatuh tempo obligasi seperti yang direkomendasikan sebelumnya. Powell mengatakan akan terus melakukan pembelian asset, meskipun masih belum memberikan data proyeksi secara jelas terkait dengan efek dari pembelian asset tersebut kepada inflasi dan tingkat pengangguran. Powell tidak dapat memberikan jawaban dalam bentuk data yang pasti, namun situasi dan kondisi perekonomian saat ini masih memiliki jalan keluar yang lebih pasti kedepannya. Di sisi yang lain, pemerintah masih terus berupaya untuk melakukan segala bentuk usahanya, agar stimulus dapat keluar pada pekan ini, karena perekonomian tidak bisa bertumpu hanya dari The Fed seorang diri. The Fed sejauh ini masih belum terlalu aggresif dalam melakukan upaya sebagai seorang Bank Sentral untuk melangkah lebih jauh, karena kami melihat The Fed sendiri masih akan berhati hati sebelum melangkah karena dari pihak Bank Sentral tentu menginginkan koordinasi yang lebih erat lagi dengan pemerintahan yang baru dimana Biden dan Yellen akan menjadi tali pengikat yang kuat bagi Powell untuk mendorong dan menciptakan bauran kebijakan. The Fed juga mengatakan sejauh ini aktivitas perekonomian dan lapangan pekerjaan masih terus dalam tahap pemulihan, meskipun masih jauh dari level yang diharapkan pada awal tahun. Untuk proyeksi triwulan, perekonomian menunjukkan beberapa perbaikan apabila kita bandingkan dengan bulan September lalu. The Fed sendiri akan terus menjaga tingkat suku bunga pinjaman mereka setidaknya hingga 2023 mendatang. FOMC sendiri mengharapkan target tersebut dapat mencapai tingkat yang konsisten terkait dengan lapangan kerja maksimum dan inflasi yang mengalami kenaikkan menjadi 2% dan berharap inflasi akan melebihi 2% dalam beberapa waktu mendatang. Powell memberikan peringatan bahwa dalam beberapa bulan kedepan, mungkin perekonomian akan penuh dengan tantangan, karena masih banyak masyarakat yang mengalami kesusahan ditambah dengan usaha skala kecil yang masih berjuang untuk bertahan. Mereka tidak dapat bertahan dalam kurun beberapa bulan mendatang apabila tidak ada bantuan yang diberikan untuk menopang kehdupan mereka. Pasar keuangan sejauh ini masih dudukung oleh investor yang terus berharap bahwa pertumbuhan ekonomi akan lebih stabil pada tahun depan, karena vaksinasi akan hadir dan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memulai aktivitas perekonomian seperti sedia kala. Didukung oleh tingkat suku bunga yang rendah dan putaran lain dari stimulus fiscal, tentu hal ini akan menjadi salah satu andalan pemulihan perekonomian kedepannya. Secara makro ekonomi, The Fed telah mengubah beberapa proyeksinya terkait dengan GDP 2020, The Fed menurunkan proyeksinya dari sebelumnya 3.7% menjadi 2.4%. Pertumbuhan ekonomi akan berkisar 4.2% pada tahun 2021 mendatang. Tingkat pengangguran turun dari proyeksi sebelumnya di 5.5% menjadi 5% pada tahun 2021, dan 4.2% pada tahun 2022. Inflasi pada tahun 2021 akan mengalami kenaikkan dari sebelumnya 1.7% menjadi 1.8%. Dan akan menjadi 1.9% pada tahun 2022 mendatang. Pertemuan The Fed yang dinantikan sudah usai, lantas apa langkah selanjutnya? Menantikan stimulus dari pemerintah yang sedang dibahas saat ini dan semoga diharapkan pekan ini dapat keluar karena dana stimulus akan habis pada hari Sabtu pekan ini. Meskipun pelaku pasar dan investor sedikit kecewa, karena tidak ada perubahan dalam jumlah nominal pembelian obligasi, namun kami melihat The Fed lebih optimis menatap masa depan terutama didukung oleh pemerintahan yang baru. Ini akan menjadi bekal yang sangat penting bagi perekonomian Amerika dan dunia kedepannya. Dengan kerjasama antara Yellen dan Powell, tentu ini akan menjadi sebuah gambaran bahwa pemulihan kian terlihat, dan masa masa sulit tentu akan cepat berakhir. Stimulus fiscal di harapkan dapat keluar sebesar $900 miliar yang dimana tentu stimulus tersebut dapat memberikan secercah harapan bagi pasar pekan ini. Setelah The Fed, yuk hari ini kita nantikan Bank Indonesia akan mengadakan pertemuan. Secara garis besar, seharusnya tidak ada yang berubah dengan tingkat suku bunga. Tapi apapun bisa terjadi, mungkin saja ada hadiah dari Bank Indonesia untuk menjaga prospek perekonomian kedepannya sehingga fase pemulihan ekonomi dapat berjalan dengan baik.
2.YUK IHSG, KAMU BISA!
Pemulihan ekonomi dalam negeri yang tercermin dari membaiknya kinerja dagang dan juga kinerja manufaktur menjadi trigger penguatan IHSG menuju 6.000. Kami melihat perbaikan kinerja ekspor masih berpotensi akan berlanjut seiring dengan perbaikan volume permintaan dari negara mitra dagang Indonesia. Tren pemulihan ekspor sudah mulai terlihat pada awal kuartal III/2020 yang didukung dengan peningkatan harga komoditas ekspor seperti crude palm oil dan batu bara secara gradual. Pemulihan harga komoditas ekspor ditopang oleh perbaikan permintaan dari negara mitra dagang utama Indonesia, terutama China dan India. Pertengkaran antara Australia dan China, akan menjadi point positive bagi Indonesia. Di sisi lain, kami melihat kinerja impor akan cenderung meningkat namun dengan tingkat pertumbuhan yang lebih terbatas. Peningkatan aktivitas domestik khususnya konsumsi dan investasi swasta, belum akan kembali ke level konsisten selama herd immunity belum terbentuk secara menyeluruh di tingkat nasional. Terlebih saat ini vaksinasi juga masih memerlukan proses produksi dan pendistribusian. Sejalan dengan ekspektasi pemulihan ekonomi domestik yang disertai dengan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2021 mendatang, maka kinerja impor diproyeksikan akan meningkat pada semester II tahun 2021. Hal tersebut tentu dapat menjadi trigger bagi kepastian arah lanjut IHSG di tahun depan. Pertanyaannya adalah, apakah Indonesia akan masuk ke dalam negara yang akan mengalami pemulihan lebih cepat atau tidak. Harapan kami adalah jangan sampai penantian vaksin mengalami kemunduran lebih jauh, karena apabila vaksin belum tiba dalam takaran waktu yang pas, maka ekspektasi dan harapan yang sudah membangun pasar saat ini akan hilang dan membuat pasar mengalami koreksi, meskipun kami melihat akan selalu ada sentiment penguat pasar untuk menjaga kekuatan pasar. Sejauh ini, beberapa pembatasan yang dilakukan oleh Amerika memberikan dampak penurunan terhadap PMI manufacturing, services, dan composite yang sudah kami perkirakan sebelumnya. Meskipun penurunan masih dalam batas toleransi, namun apabila vaksin tidak segera diberikan dan penguncian kembali dilakukan, maka data PMI berpotensi untuk kembali turun bulan depan. Meskipun kehadiran The Fed dan pemerintah terkait dengan kebijakan akan menopang ekspektasi pasar hari ini.
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat dan ditradingkan pada level 6.013 – 6.152,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (17/12/2020).

