ANALIS MARKET (10/12/2020) : Ada Potensi Pasar Obligasi Masih Akan Bergerak Rally
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, bahwa lelangnya membuat kecewa, pergerakan pasar obligasi juga tanpa arah, sehingga membuat pelaku pasar dan investor lemah tak berdaya.
Dipenghujung tahun ini, lelang sukuk di akhir tahun justru mulai mengalami penurunan. Dengan minim penyerapan oleh pemerintah, itu menandakan bahwa pemerintah akan menjaga kebutuhan akan hutang dengan deficit-nya.
Pertanyaannya adalah, apakah benar Indonesia tidak membutuhkan front loading?
Apabila ternyata pemerintah Indonesia tidak membutuhkan front loading, itu artinya Bank Indonesia sudah menyiapkan kebutuhan utang yang dibutuhkan oleh pemerintah melalui skema burden sharing.
Namun masih ada kemungkinan bahwa front loading kembali terjadi, pada minggu ke-3 dan ke 4. Namun kami masih sangsi, karena dengan menyerap melalui lelang, tentu imbal hasil yang dibayarkan pasti terbilang mahal karena ada keinginan dari investor disana, namun apabila menyerap dari Bank Indonesia, tentu cost of fund juga pasti akan menjadi lebih murah.
Penurunan imbal hasil global, akan mendorong imbal hasil SUN dalam negeri juga akan mengalami penurunan. Hal ini tentu akan berdampak terhadap kenaikkan harga obligasi.
Namun sejauh ini, kami perkirakan harga obligasi masih akan bergerak di rentang yang sama karena belum adanya trigger bagi pergerakan harga obligasi.
Societe Generale juga baru-baru ini memberikan penilaiannya terhadap obligasi Indonesia dengan memberikan nilai netral, namun mereka berharap bahwa Bank Sentral Indonesia dapat menahan tingkat suku bunga akhir tahun nanti.
Societe Generale mengatakan, bahwa mereka melihat ada potensi pasar obligasi masih akan bergerak rally, hambatan pemulihan perekonomian akan menjadi hambatan bagi pergerakan obligasi katanya.
Societe saat ini menjadi lebih berhati-hati dalam mengambil resiko dalam kurs Rupiah, sejauh ini mereka melihat sikap Bank Indonesia terhadap tingkat suku bunga akan menunjukkan kalau Bank Indonesia sangat berhati-hati membuat kebijakan.
Fokus utamanya adalah mengawasi nilai inflasi yang dapat mengalami kenaikkan pada tahun depan dengan target rata-rata 3%, sehingga Bank Sentral harus terus mengawasi dinamika inflasi dan aliran portfolio sebelum kembali melakukan tingkat suku bunga.
Dan begitupun dengan kami, Societe setuju bahwa ada kemungkinan Bank Indonesia akan memangkas lagi tingkat suku bunga tahun depan, namun untuk tahun ini, mereka menilai Bank Indonesia sudah cukup memangkas tingkat suku bunga.
Well, memang secara garis besar apabila Bank Indonesia mau melakukan stimulus dengan mendorong pemulihan perekonomian lebih cepat lagi tahun depan, tingkat suku bunga memang harus dipangkas, namun dengan anggapan bahwa vaksin sudah hadir di pasar.
Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Kamis (10/12) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif dengan rentang 40 – 75 bps.
“Kami merekomendasikan wait and see dan perhatikan pasar obligasi hari ini,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (10/12/2020).
Adapun cerita di hari ini akan kita awali dari;
1.LEBIH BAIK
Pada akhirnya pertumbuhan ekonomi Jepang kembali mengalami kenaikkan kemarin, diatas ekspektasi kami dan perkiraan analyst lainnya. Dan ini akan menjadi sebuah tanda apakah pemulihan perekonomian di Jepang akan konsisten atau tidak. Namun berbicara konsisten, pemulihan perekonomian yang sudah sangat baik saat ini berpotensi akan menjadi lebih baik lagi tahun depan, pasalnya, Suga juga siap menopang fase pemulihan perekonomian tersebut dengan stimulus fiskalnya yang sudah kami jelaskan dalam research kemarin. Tingkat pertumbuhan ekonomi Jepang secara YoY tumbuh menjadi 22.9%, yang dimana kenaikkan tersebut merupakan kenaikkan tercepat sejak tahun 1968 silam. Sejauh ini lockdown yang terjadi di Jepang berpotensi untuk memperlambat fase pemulihan yang terjadi di Jepang, namun kami menyakini dengan kehadiran vaksin yang mungkin tidak dalam waktu yang lama lagi mungkin akan membuat perekonomian Jepang memiliki beban lebih ringan daripada yang sebelumnya. Yang kami khawatirkan adalah pengendalian wabah virus corona yang tidak terkendali akan dapat menekan perekonomian dan dapat mengurangi belanja konsumen. Dukungan dari Suga melalui kebijakan stimulus fiscal, akan mendapatkan perhatian dari Bank Sentral Jepang yang dimana tentu, harapannya adalah Bank Sentral dapat mendukung bauran kebijakan agar dapat mendorong perekonomian mengalami pemulihan lebih cepat. Konsumsi swasta sejauh ini mengalami kenaikkan dari sebelumnya jauh diatas proyeksi beberapa analyst termasuk kami, namun investasi mengalami penurunan. Pengeluaran rumah tangga juga naik menjadi 1.9% dibandingkan dengan October 2019. Apabila situasi dan kondisi terkait wabah virus corona memburuk, maka hal ini dapat membuat proyeksi ekonomi pada kuartal ke 4 menjadi menurun meskipun tidak seburuk pada kuartal ke 2. Harapannya tentu saja bahwa kuartal ke 4 menjadi lebih baik, meskipun ekspektasinya kami jaga untuk tidak terlalu tinggi karena situasi dan kondisi yang masih diliputi dengan ketidakpastian. Seiring sejalan dengan Suga, India pun seakan tidak mau kalah, mereka juga bersiap untuk memperlebar deficit anggarannya hanya untuk menopang perekonomiannya. Menteri Keuangan India, Nirmala Sitharaman mengatakan bahwa dirinya tidak akan membiarkan rasa khawatir membuat pemerintah menahan untuk mengeluarkan stimulus yang lebih besar untuk menopang perekonomian karena saat ini, pemerintah dan Bank Sentral akan bersama sama melakukan bauran kebijakan untuk mendukung perekonomian dan menjaga keseimbangan. Pelebaran deficit akan menjadi sesuatu yang dapat diterima, karena sejauh ini pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemerintah merupakan sesuatu yang sangat jelas tujuan dan kebutuhannya. Perdana Menteri India, Narendra Modi juga siap untuk memperluas paket stimulus menjadi 15% dari nilai perekonomian India untuk menyelamatkan perusahaan dan ketenagakerjaan ditengah wabah virus corona. Sejauh ini apabila India terus melonggarkan pengeluarannya, ditambah dengan minimnya penerimaan pajak, maka ada kemungkinan deficit anggaran India akan mencapai 8% dari GDP secara tahun berjalan, atau lebih dari 2x lipat dari target sebelumnya yaitu 3.5%. Tahun anggaran fiscal berikutnya akan jatuh pada tanggal 1 February 2021, dan saat ini pemerintah akan kembali melakukan evaluasi terkait anggaran tahun fiscal berikutnya. Keseimbangan menjadi point penting perhatian pemerintah, karena keseimbangan harus dijaga dengan hati hati untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi. Sejauh ini nantinya paket dukungan stimulus akan memberikan dukungan untuk memberikan pinjaman kepada dunia bisnis, yang dimana India juga akan menaikkan target pinjamannya dengan nilai 13.1 triliun rupee atau $177 miliar. Sejauh ini Bank Sentral India merevisi prospek perekonomian dari sebelumnya 9.5% menjadi 7.5%, yang dimana Bank Sentral India pun sudah memberikan suntikan sebesar 115 bps sepanjang tahun ini untuk menjaga likuiditas dan menjaga stabilitas keuangan.
2.HARAPAN YANG BAIK
Gubernur Bank Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV/2020 akan kembali ke jalur positif seiring dengan beberapa indikator yang mulai menunjukkan perbaikan. Perry mengatakan pertumbuhan yang mulai positif ini akan mengakselerasi pemulihan ekonomi pada 2021, yang diproyeksikan akan tumbuh pada kisaran 4,8% - 5,8%. Di samping itu, Perry memperkirakan tingkat inflasi pada tahun ini akan berada pada kisaran yang rendah, yaitu lebih rendah dari batas bawah sasaran BI 2%. Sementara pada tahun depan tingkat inflasi diprediksi akan kembali pada sasaran BI sebesar 3±1%. Bank Indonesia memproyeksikan Rupiah dapat lebih stabil dan cenderung menguat, hal ini seiringan dengan stabilitas eksternal yang terjaga. Selain itu Bank Indonesia juga mampu menjaga surplus neraca pembayaran dan defisit transaksi berjalan tahun ini di bawah 1,5% PDB, pada tahun depan diproyeksikan sekitar 1,5% dari PDB. Meski fungsi intermediasi perbankan masih rendah pada tahun ini, namun Perry yakin seiring dengan pemulihan ekonomi kredit dan dana masyarakat akan tumbuh sebesar 7 hingga 9% pada 2021. Kami melihat komitmen yang cukup kuat dari Bank Indonesia untuk dapat membantu pertumbuhan dari riil sektor lewat kebijakan makroprudensial maupun moneternya, hal ini tergambar dari komitmen BI dalam menurunkan suku bunga acuan dan melonggarkan likuditas perbankan guna menumbuhkan ekspansi pada bisnis yang dinilai dapat menopang pertumbuhan riil sektor. Namun sekali lagi kami mengingatkan, optimis boleh boleh saja tapi realistis adalah kuncinya. Memang benar, vaksin akan hadir dalam kurun waktu yang tidak akan lama lagi. Namun sejauh mana vaksinasi itu membuktikan tingkat efektivitasnya, sejauh itu pula pasar akan merespon dengan pergerakan yang positive. Tingkat volatilitas pasar masih akan cenderung tinggi, namun kehadiran berbagai berita positive masih akan menopang pasar kedepannya.

