ANALIS MARKET (18/9/2019) : Pasar Obligasi Diperkirakan Bergerak Bervariatif

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi menjadi ababil akhir akhir ini, sehingga menyebabkan pasar obligasi memasuki fase konsolidasi.

Harga obligasi jangka panjang, mengalami penurunan, namun tidak demikian obligasi jangka pendek yang masih mengalami kenaikkan.

Obligasi acuan 5y dan 10y masih mengalami kenaikkan meskipun tidak banyak, lebih kepada sentiment para pelaku pasar dan investor yang terus memperbesar obligasi jangka pendeknya untuk mengurangi tingkat volatilitas yang terjadi di pasar, sehingga hal ini yang membuat harganya mengalami kenaikkan.

“Oleh sebab itu, kami menilai bahwa saat ini pasar obligasi tengah memasuki fase konsolidasi. Hal ini yang harus diwaspadai oleh para pelaku pasar dan investor, karena memiliki potensi untuk mengalami kenaikkan dan penurunan. Sejauh ini, capital inflow masih terus mengalir sedikit demi sedikit ke dalam pasar obligasi, karena ada potensi pemangkasan tingkat suku bunga disana,” ungkap analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (18/9/2019).

Lebih lanjut, analis Pilarmas menyebutkan, pada perdagangan Rabu (18/9) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan bergerak bervariatif, dengan rentang pergerakan 35 – 65 bps.

Adapun sentiment yang menjadi sorotan pelaku pasar, antara lain di awali dengan sebuah cerita yang dimulai dari Ketua DPR Amerika, Nancy Pelosi.

Nancy mengatakan bahwa Trump harus menantang praktik perdagangan China. “Saya yakin dia mengambil jalan yang benar, namun hanya saja cara yang dilakukannya salah,” jelas Nancy.

Dia juga menambahkan, seharusnya apa yang Trump lakukan terhadap China, jangan sampai memberikan impact juga terhadap orang Amerika, jangan sampai melukai petani dan konsumen yang ada di Amerika.

Komentar Trump terakhir kali pada hari Selasa mengatakan bahwa, mungkin akan ada kesepakatan bersama dengan China dalam waktu dekat, atau mungkin juga sebelum pemilihan November 2020, atau justru 1 hari setelah pemilihan usai.

Namun Trump mengingatkan bahwa, apabila kesepakatan tersebut terjadi bersamaan dengan pemilihan, maka hal itu akan menjadi kesepakatan terberat yang pernah dibuat siapa pun dari sudut pandang China, dan mereka tahu itu.

Sebetulnya apa yang disampaikan Nancy merupakan suatu kebenaran yang mungkin Trump pungkiri.

Karena menurut survey yang dilakukan oleh Merrill Lynch Bank of America pada bulan September lalu memperkirakan sekitar 38% Fund Manager Asset Management mengatakan akan terjadi resesi pada tahun depan.

Angka ini naik dari sebelumnya pada bulan August lalu yang dimana saat itu sebesar 34%. Angka 38% merupakan angka tertinggi sejak October 2011.

Namun para Fund Manager ini juga melihat bahwa akan ada potensi bullish untuk asset yang beresiko dengan adanya stimulus fiscal dari Jerman, pemotongan tingkat suku bunga 50 bps dari The Fed, dan belanja infrastructure dari China.

Ke 3 hal ini yang akan menjadi booster mungkin selama 6 bulan ke depan untuk menjaga minat para pelaku pasar dan investor untuk tetap berinvestasi di asset beresiko. Berbicara mengenai potensi bullish, tidak adil rasanya kalau kita tidak membahas dari sisi resikonya.

Resiko yang dikhawatirkan oleh para pelaku pasar dan investor adalah, 40% dari perang dagang yang masih menjadi perhatian utama.

Selain itu, ada impotensi kebijakan moneter, dan bubble di pasar obligasi. Dan yang terakhir yang menjadi perhatian adalah perlambatan ekonomi China yang terus menerus menunjukkan data ekonomi yang memprihatinkan.

Kita beralih dari gossip gossip hangat sebelum The Fed melakukan pertemuannya. The Fed diperkirakan akan memangkas tingkat suku bunga pinjamannya pada pertemuan yang berlangsung hari ini. Potensi pemangkasan tersebut sebesar 25 bps.

Namun tampaknya para pelaku pasar apabila The Fed melakukan pemotongan sebesar 25 bps, masih akan menginginkan kembali pemotongan sebesar 25 bps lagi pada bulan December nanti.

Saat ini kami melihat bahwa pemotongan sebesar 25 bps masih cukup bagus untuk menjaga pertumbuhan fase ekspansi di Amerika.

Karena focus utamanya sudah jelas, yaitu mendorong dan menjaga pasar ketenagakerjaan dan stabilitas harga. Sebelum kita akhiri Research kita hari ini, ada berita baik dari dari Aramco Perusahaan minyak yang berbasis di Arab Saudi.

Aramco akan kembali online pada akhir September, atas berita ini harga minyak langsung turun lebih dari 6% dalam sehari. 50% pemotongan yang telah dilakukan dari pemotongan produksi minyak mentah terakhir bahkan telah dipulihkan dalam 2 hari.

Saat ini, Aramco sedang melakukan proses penyulingan minyak ke dalam kapasitas penuh. IPO Aramco pun akan berjalan dengan sesuai rencana. IPO adalah komitmen pemegang saham, Pemerintah Arab Saudi, dan hal ini akan terus berjalan.

Sebagai informasi, Aramco akan mendaftarkan 1% di Bursa Saham Lokal sebelum akhir tahun ini, dan 1% lainnya pada tahun 2020.

Hal ini merupakan sebagai bagian dalam rencana penjualan Aramco untuk public yang akan diperkirakan akan melepas 5% dari perusahaan.

“Kami merekomendasikan wait and see hari ini,” sebut analis Pilarmas.