ANALIS MARKET (09/7/2019) : IHSG Berpotensi Melemah Terbatas
Pasardana.id - Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, para pelaku pasar diperdagangan hari ini, Selasa (09/7/2019) mencermati beberapa sentimen, yang di mulai dari meningkatnya tensi antara Korea Selatan dan Jepang, ketika Jepang memberlakukan pembatasan baru pada ekspor yang dapat menekan industry teknologi Korea Selatan.
Dan sebagai tanggapan balasan dari Korea Selatan, warga Korea menyerukan boikot terhadap barang barang dari Jepang.
Ketika Amerika dan China tak kunjung akur, perekonomian dunia harus menyaksikkan kembali adegan drama antara Korea Selatan dan Jepang yang menyebabkan ketidakpastian perekonomian global bertambah.
“Kami melihat apabila tekanan antara Korea Selatan dan Jepang berlanjut, hal ini akan membuat hubungan bilateral mereka juga semakin memburuk,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (09/7/2019).
Hal ini diperparah dengan pertemuan antara Shinzo Abe dan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in yang gagal memberikan kemajuan kesepakatan dalam pertemuan KTT G-20 kemarin.
Kementrian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang mengeluarkan pernyataan bahwa Tokyo akan menerapkan kebijakan dan prosedur perizinan yang diperbaharui mengenai ekspor pengiriman barang dan teknologi yang relevan ke Korea Selatan.
Melalui pertimbangan yang hati hati di antara kementrian yang terkait di Jepang, mereka menyampaikan bahwa Pemerintah Jepang tidak dapat menyatakan bahwa hubungan kepercayaan antara Jepang dan Korea Selatan termasuk di bidang Kontrol dan Regulasi ekspor telah di rusak.
Tokyo juga mengeluarkan Korea Selatan dari daftar Negara yang telah dianggap memiliki system konstrol ekspor yang dapat dipercaya oleh Pemerintah Jepang, dan hal ini akan berlaku pada akhir Agustus.
Perubahan yang telah dilakukan terhadap perdagangan dengan Korea Selatan akan mulai berlaku di hari Kamis. Hal ini akan mencakup ekspor bahan kimia untuk membuat pendingin, zat obat obatan, pembuatan logam, dan semi konduktor.
Perubahan ini diharapkan dapat memperlambat proses ekspor barang barang tersebut ke Korea Selatan.
Beralih dari sana, di hari Senin kemarin, pada akhirnya Deutsche Bank di seluruh Dunia mulai melakukan putaran PHK pertamanya sekitar 18.000 karyawan.
Deutsche mengatakan bahwa restrukturisasi ini bertujuan untuk mengurangi biaya sebesar 25% atau 17 miliar Euro selama beberapa tahun kedepan. Deutsche juga akan menutup operasi penjualan dan perdagangan ekuitas global, mengurangi investasi perbankan, dan akan melakukan restrukturisasi sebagai bagian dari rencana untuk meningkatkan profitabilitas.
Deutsche akan memangkas hingga 74.000 karyawan hingga 2022.
"Kami melihat hal ini akan memberikan dampak pada sector perbankan yang cukup besar karena posisi Deutsche Bank sebagai salah satu Bank terbesar di Dunia," jelas analis Pilarmas.
Dari dalam negeri, BI kembali menegaskan proyeksinya terkait pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2019 yang berpotensi lebih melambat atau stagnan. pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2019 diperkirakan 5,07% - 5,1%.
Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, konsumsi masih mencatatkan kinerja yang lebih baik sehingga berpotensi menopang pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut.
Sumber pertumbuhan lain yang menopang pertumbuhan ekonomi kuartal II adalah investasi bangunan. Terkait dengan kinerja ekspor dan impor, Perry menilai perang dagang memang memberi dampak pada sejumlah ekspor komoditas dan manufaktur.
Oleh sebab itu, salah satu strategi pemerintah akan melakukan upaya mengisi pasar yang dulunya menerima pasokan dari Cina. Perry mengusulkan agar pemerintah Indonesia dan pemerintah AS harus meningkatkan hubungan dagang secara bilateral dengan Amerika.
Hubungan dagang bilateral dari Amerika bisa secara khusus dengan menjual barang ekspor dan Indonesia membeli atau mengimpor dari Amerika sejumlah barang yang biasanya dibeli dari negara lain.
Indeks Kepercayaan Konsumen bulan Juni yang mencatatkan perlambatan 1.4% dari 128.2 menjadi 126.4 memberikan sentimen negatif terhadap pergarakan IHSG pada hari senin.
Terjaganya optimisme konsumen ditopang oleh menguatnya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini. Hal itu terindikasi dari kenaikan Indeks Kondisi Ekonomi yang didorong oleh kenaikan seluruh komponen pembentuk indeks, yaitu kondisi penghasilan saat ini, ketersediaan lapangan kerja, dan pembelian barang tahan lama.
Adapun ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan yang tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen juga tetap baik.
Meski BI mencatat sedikit menurun terutama terkait dengan ekspektasi terhadap kegiatan usaha ke depan.
“Namun kami melihat hasil survei tersebut mengindikasikan menurunnya tekanan kenaikan harga dalam 3 bulan mendatang sampai September 2019,” jelas analis Pilarmas.
“Secara teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak melemah terbatas dan ditradingkan pada level 6.306-6.390,” sebut analis Pilarmas.

