ANALIS MARKET (18/7/2019) : Pasar Obligasi Berpotensi Mengalami Penguatan Kembali

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi pada akhirnya tak kuasa mengalami penurunan diperdagangan kemarin (17/7), ditengah-tengah penantian akan pengumuman tingkat suku bunga yang akan diumumkan hari ini, Kamis (18/7).

“Meskipun kami melihat bahwa penurunan tersebut sedikit, namun kami melihat hal ini hanyalah refleksi market yang lebih kepada posisi wait and see untuk menantikan tingkat suku bunga Bank Indonesia yang akan diumumkan hari ini. Tentu hal ini akan menjadi moment yang sangat penting, karena hal ini akan menentukan langkah berikutnya dari sebuah perekonomian Indonesia,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (18/7/2019).

Lebih lanjut, riset Pilarmas menyebutkan, pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariasi dengan rentang harga 35 – 65bps. Fokus utama saat ini adalah penantian BI 7 DRR yang akan diumumkan hari ini.

“Kami melihat memang ada kemungkinan bahwa Bank Indonesia akan menurunkan tingkat suku bunga hari ini dengan potensi sebesar 40%, dengan 60% sisanya berpotensi untuk ditahan,” jelas analis Pilarmas.

Dijelaskan, memang benar Bank Indonesia telah mengatakan beberapa saat yang lalu bahwa mereka siap untuk memangkas tingkat suku bunga acuan untuk mendukung pertumbuhan, tapi 2 kunci permasalahan yang menjadi focus utamanya adalah jumlah besaran yang dipangkas dengan waktunya.

Selain itu, situasi dan kondisi yang menjadi perhatian Bank Indonesia adalah kondisi pasar keuangan global dan neraca pembayaran Indonesia.

Sementara dari eksternal, kondisi Pasar Keuangan Global semakin memberikan petunjuk bahwa The Fed akan menurunkan tingkat suku bunga yang akan dimulai pada 31 July 2019 nanti, meskipun demikian kami melihat bahwa Bank Indonesia juga tidak perlu terburu buru untuk menaikkan tingkat suku bunga.

Memang benar, beberapa waktu lalu slogan dari Bank Indonesia adalah a head of the curve, namun hal itu dikarenakan kita harus menjaga capital outflow/inflow kita tatkala kita yakin bahwa The Fed akan menaikkan tingkat suku bunga. Sekarang, ketika situasinya terbalik, bahwa The Fed berpotensi untuk menurunkan tingkat suku bunga, bukan berarti kita harus memangkas tingkat suku bunga kita terlebih dahulu.

Kita harus menyadari bahwa kita adalah Emerging Market yang memiliki peringkat rating BBB.

Kiblatnya bukannya dikita, tapi di peringkat AAA yang dimana itu berada di posisi The Fed saat ini. Apabila kita menurunkan tingkat suku bunga, maka selisih antara tingkat suku bunga The Fed dan Bank Indonesia akan semakin mengecil, hal ini berpotensi untuk memunculkan potensi capital outflow yang memberikan implikasi melemahkan kurs Rupiah kita kembali.

Saat ini, situasi dan kondisinya sudah cukup bagus menurut kami, Rupiah yang menguat, IHSG yang terus bertahan di level konsistensi 6.400, ditambah lagi dengan imbal hasil yang terus mengalami penurunan.

Tentu hal ini sudah cukup baik, tidak perlu memberikan ombak tambahan ketika airnya sudah tenang.

Oleh sebab itu, kami melihat memang ada kebutuhan Bank Indonesia untuk menurunkan tingkat suku bunga, namun akan lebih beresiko apabila Bank Indonesia yang memulai terlebih dahulu, sedangkan kita juga masih belum yakin kapan The Fed akan menurunkan tingkat suku bunganya.

Mungkin bulan July atau mungkin saja pada bulan September nanti. Apapun bisa saja terjadi, dan kita tidak boleh gegabah akan hal itu. Potensi pemangkasan BI 7 DRR kami lihat sebesar 25 – 50 bps tahun ini, itupun dengan catatan bahwa The Fed melakukan hal yang serupa.

Selain itu, resiko global juga masih menghantui, perang dagang antara Amerika dan China yang masih belum selesai menjadi sebuah hambatan tersendiri yang diikuti dengan sentiment negatif yang muncul dari Amerika.

Hal ini semakin dipersulit ketika kita bergantung terhadap arus masuk dana asing untuk mendanai defisit transaksi berjalan, sehingga kami melihat seperti yang tadi kami sampaikan bahwa selisih antara The Fed dan Bank Indonesia harus dijaga agar tidak terjadinya capital outflow.

Lagipula Bank Indonesia meskipun tidak menurunkan tingkat suku bunga tapi mereka telah melonggarkan kebijakan makroprodential melalui pemangkasan Giro Wajib Minimum kemarin sebesar 50 bps.

Hal ini yang membuat llikuiditas Bank bertambah setelah pemangkasan tersebut.

Kami hanya bisa memberikan pandangan, tapi kami sendiri yakin bahwa Bank Indonesia pasti akan memutuskan yang terbaik.

Meksipun ada potensi penurunan, kami berharap Bank Indonesia tidak terburu buru untuk melakukan pemangkasan.

“Kami merekomendasikan wait and see hari ini. Apabila ternyata Bank Indoensia dipangkas, seharusnya pasar obligasi mengalami penguatan kembali,” jelas analis Pilarmas.