ANALIS MARKET (28/11/2018) : IHSG Diproyeksi Masih Berpotensi Menguat
Pasardana.id – Riset harian Kiwoom Sekuritas menyebutkan, diperdagangan kemarin (27/11), indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi 9.189 (-0.15%) ke level 6,013. Sementara investor asing mencatatkan pembelian bersih disemua perdagangan saham sebesar Rp.155,76 milyar, sedangkan di pasar regular net buy sebesar Rp.346.30 milyra. Adapun sektor industri yang mengalami kenaikan terbesar pada sektor keuangan (+1.05%), aneka industri (+1.00%), dan sektor yang mengalami penurunan terbesar dipimpin oleh sektor industri dasar (-2.04%), pertambangan (-1.59%).
Lebih lanjut, riset Kiwoom Sekuritas juga menyebutkan, beberapa sentiment bakal menjadi perhatian pelaku pasar diperdagangan hari ini, Rabu (28/11/2018), antara lain; Presiden Trump kemarin (27/11) menyatakan bahwa Amerika memiliki kemungkinan akan terus maju dengan kenaikkan tarif pada $200 miliar barang barang China menjadi 25% dari sebelumnya 10%, selain itu ada kemungkinan akan ada tarif tambahan senilai US$257 miliar.
Trump juga menambahkan akan melakukan yang sama dengan semua impor yang tersisa dari negara Asia jika negosiasi gagal menghasilkan kesepakatan. Hal ini lah yang membuat pasar saham di Eropa tertekan.
Menambah sentimen negatif, majalah Jerman Wirtschaftswoche mengabarkan bahwa laporan investigasi Departemen Perdagangan AS berada di meja Trump dan diperkirakan presiden akan membuat keputusan tentang pajak baru pada mobil impor setelah pertemuan G20 di Buenos Aires.
Fokus berikutnya adalah, Wakil Ketua Federal Reserve Clarida akan memberikan pidato di New York, yang diikuti dengan Powell hari berikutnya.
“Kami berharap pidato ini akan memberikan arah yang lebih jelas terkait dengan arah dari kenaikkan tingkat suku bunga The Fed,” jelas analis Kiwoom Sekuritas, Maximilianus Nicodemus dalam laporan riset yang dirilis Rabu (28/11/2018).
Lebih lanjut diungkapkan, Bank Indonesia dalam penyampaiannya kemarin (27/11) menjelaskan bahwa, Bank Indonesia berjanji akan terus mempertahankan kebijakan moneternya, “Preemptive dan Head of the Curve” akan menjadi andalan di tahun 2019, karena adanya waspada terhadap resiko eksternal termasuk kenaikkan suku bunga The Fed yang mungkin akan dilakukan lebih lanjut serta pertumbuhan global yang lebih lemah. Kenaikkan tingkat suku bunga bulan November kemarin juga dikarenakan Bank Indonesia telah memperhitungkan 2x potensi kenaikkan tingkat suku bunga The Fed pada bulan Desember dan Maret. Bank Indonesia yang lebih optimis dan percaya diri menjadi penyejuk bagi para pelaku pasar dan investor.
“Menyikapi beberap kondisi tersebut diatas, Indeks IHSG hari ini masih memiliki potensi menguat support dan resistance di level 5,993 - 6,034,” sebut Nico.

