Industri Manufaktur Terus Melorot
Pasardana.id - Industri manufaktur hanya tumbuh sebesar 4,8% selama 2001-2014. Padahal, pertumbuhan industri ini pernah mencapai 11% pada 1990-1996
Hal ini terjadi akibat penerapan aturan yang memuat perizinan dan lisensi sangat rumit.
"Hal ini menambah biaya dan waktu," kata Ekonom Utama Bank Dunia di Indonesia, Ndiame Diop di Jakarta, kemarin.
Penurunan juga terjadi pada ekspor manufaktur menjadi 0,6% pada 2014. Padahal, Vietnam mencapai kenaikan 0,9% pada tahun yang sama.
Indonesia masih unggul dibandingkan Vietnam pada 2000 dengan ekspor manufaktur sebesar 0,6% dan Vietnam baru meraih 0,2%.
Ekspor produk mobil Indonesia juga kalah dibandingkan Thaliand sebesar enam kali lipat pada 2015. Indonesia hanya mengekspor 207.691 unit pada tahun tersebut.
Menyikapi kondisi ini, Pemerintah diminta merubah aturan untuk menurunkan biaya logistik. Selain itu mesti mempermudah fasilitasi perdagangan dan pengurangan hambatan non tarif.
"Untuk meningkatkan pertumbuhan indusrti manufaktur, perlu dirancang iklim mikro yang mendukung pertumbuhan produktivitas perusahaan," ujarnya.
Biaya logistik merupakan biaya pengiriman barang yang dihitung sebagai bagian dari daya saing internasional. Biaya ini berkisar 24% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Persentase ini relatif tinggi dibandingkan Thailand sebesar 16% dari PDB," ucapnya.
Jumlah biaya logistik bagi peti kemas sebesar 45%, biaya logistik bagi biaya persediaan sebesar 26%, biaya logistik bagi pergudangan sebesar 17%, dan biaya logistik bagi administrasi logistik sebesar 17%.
Selain itu, penelitian dan pengembangan juga mesti dilakukan pemerintah menggandeng swasta. Langkah ini bisa untuk alih teknologi dan pengembangan produk.
Ndiame meneruskan, kebijakan lain yang dapat dilakukan pemerintah yakni dengan menjaga inflasi.

