Pemotongan Anggaran APBN 2016 Berpengaruh Pada Okupansi Hotel

Foto : Suasana front office sebuah hotel. (ist)

Pasardana.id - Pemerintah menginstruksikan semua Kementerian dan Lembaga (K/L) untuk melakukan penghematan dan pemotongan belanja pada APBN-P 2016.

Kebijakan ini diperkuat lewat Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2016 tentang Langkah-Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga dalam Rangka Pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2016 dan surat dari Kementerian Keuangan terkait Penghematan Pemotongan Anggaran.

Dampaknya, pemotongan anggaran berbagai kementerian dalam APBN 2016 yang diperkirakan sampai 30 persen tersebut, berpengaruh pada tingkat isian (okupansi) hotel.

Demikian diungkapkan Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani di Jakarta, baru-baru ini.

"Oleh karena itu, kami harus lebih kreatif untuk menambah okupansi," ujar Hariyadi.

Dijelaskan, salah satu caranya adalah dengan menjalin kerja sama dengan maskapai penerbangan, dalam hal ini Citilink, yang dilakukan selama bulan Ramadhan.

Jika cara ini dirasa bisa berdampak baik, maka PHRI akan melanjutkan program kemitraan tersebut pada semester II 2016.

"Bersama Citilink, kami menawarkan tiket penerbangan dan biaya inap hotel murah di 20 kota di Indonesia," kata Hariyadi.

PHRI sendiri memperkirakan tingkat isian hotel pada Lebaran akan berada di kisaran 90 persen, khususnya di daerah-daerah wisata seperti Yogyakarta, Bandung, dan Malang. Selain dua daerah itu, okupansi hotel di Solo diperkirakan 85 persen dan Bali 80 persen.

Sementara di bulan puasa, tingkat isian hotel hampir merata di angka 20 persen.

Adapun terkait isian hotel, PHRI mengungkapkan ada peningkatan pada semester I 2016 dibandingkan periode sama di tahun sebelumnya.

"Semester awal 2015 tingkat isian hotel hanya 35 persen, tetapi tahun ini bisa rata-rata 55 persen," tutur Hariyadi.

Rendahnya okupansi pada tahun 2015 diakibatkan oleh kebijakan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnandi yang melarang aparat pemerintah melakukan rapat dan pertemuan di hotel.

Hariyadi juga mengungkapkan adanya kenyataan "menarik" pada Semester I. Daerah seperti Yogyakarta dan Malang bisa mendapatkan okupansi sampai 60 persen walau menambah jumlah kamar hotel, di mana hal serupa tidak terjadi di wilayah wisata lain seperti Solo dan Bali.

"Ada yang suplai naik, tetapi permintaan turun. Namun yang menarik, di Yogyakarta dan Malang suplai naik permintaan tetap naik," ujar dia sembari meminta pemerintah untuk terus fokus melakukan promosi wisata demi meningkatkan jumlah turis baik dari dalam maupun luar negeri. (Sumber : Antara)