Kalau Untuk Cari Utang, Holding Energi Tidak Tepat
Pasardana.id - Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Tumiran menilai, pembentukan perusahaan holding di sektor energi tidak tepat, jika hanya untuk mencari utang atau pinjaman buat Pertamina.
"Kalau untuk utang, malah akan membebani Pertamina," kata Tumiran, kepada wartawan di Jakarta, Selasa (24/6/2016).
Dijelaskan, keberadaan utang bagi Pertamina justru akan menjadi bumerang bagi cita-cita kemandirian energi nasional. Sebab, utang itu akan membebani Pertamina karena beban yang ditanggung semakin besar. Akibatnya, perusahaan minyak nasional itu bakal menjadi profit oriented dan berubah menjadi entitas bisnis.
Lebih lanjut dijelaskan, dengan pasar energi yang sangat besar di Indonesia, Pemerintah mestinya memberikan kesempatan kepada Pertamina untuk menggarap blok migas di dalam negeri.
Hal itu lebih realistis ketimbang meminta Pertamina untuk ekspansi besar-besaran ke luar negeri yang hasilnya hingga saat ini tidak jelas.
"Aneh kalau blok migas dalam negeri ditenderkan untuk perusahaan asing tapi Pertamina ekspansi ke luar negeri. Kan tidak mudah ekspansi ke luar negeri," ujar dia.
Dia menyebut, persoalan utama kemandirian energi di Indonesia adalah tumpang tindih regulator. Sebab, banyak lembaga energi yang mirip namun memiliki kewenangan berbeda.
Sebelumnya, VP Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro menyatakan, Pertamina mendukung holding energi karena butuh modal besar untuk biaya investasi di sejumlah blok migas.
Dengan kebutuhan investasi US$ 3 miliar hingga US$ 3,5 miliar per tahun, penggabungan PGN akan memperkuat posisi Pertamina dalam memperoleh utang.
"Adanya holding akan ada tambahan nilai aset. Dengan aset yang besar, kita bisa memperoleh pendanaan yang lebih besar," ungkap Wianda.

