BCA Khawatir Likuiditas Ketat
Pasardana.id - Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2017 menyebutkan belanja konstruksi pemerintah sebesar Rp346,6 triliun. Jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu naik sebesar 16,7%.
Bank Central Asia (BCA) memprediksi belanja konstruksi pemerintah berakibat pengetatan likuiditas perbankan di Indonesia. Karena, hal ini membutuhkan dana besar yang ditarik dari simpanannya.
ââÅ¡¬ÃƒÆ’…Saya mengharapkan adanya partisipasi semua bank, baik swasta maupun pemerintah mengantisipasi ketatnya likuiditas,ââÅ¡¬ kata Jahja Setiaatmadja, PT Bank Central Asia (BCA) Tbk di Jakarta, kemarin.
Bank bisa mengantisipasi pengetatan likuiditas dengan menjaga keseimbangan pembiayaan dengan pendanaan. Saat bank masih memiliki likuiditas secara normal.
ââÅ¡¬ÃƒÆ’…Loan to deposit ratio (rasio kredit terhadap simpanan) masih sebesar 90%,ââÅ¡¬ ujarnya.
Walaupun ada ketakutan pengetatan likuiditas akibat penarikan dana dari bank pada tahun depan, namun, ketika pembangunan infrastrukrur sukses pada dua sampai tiga tahun ke depan, maka investasi akan terealisasi pada waktu tersebut.
ââÅ¡¬ÃƒÆ’…Ini bisa meningkatkan permintaan kredit,ââÅ¡¬ jelasnya.
Sementara itu, dana repatriasi yang diperoleh BCA dinilai belum meningkatkan likuiditas. Karena, tujuan dan lama penyimpanan dana belum diketahui secara pasti.
ââÅ¡¬ÃƒÆ’…Banyak wajib pajak belum memutuskan investasi ke depan,ââÅ¡¬ ujarnya.
BCA mendapatkan dana repatriasi sebesar Rp8,2 triliun. Selain dana tebusan didapatkan sebesar Rp38 triliun.
Peningkatan likuiditas bisa diperoleh perbankan dari pelonggaran kebijakan moneter oleh Bank Indonesia (BI) yakni Giro Wajib Minimum Primer.
Adapun Loan to Funding Ratio (LFR) BCA sebesar 77,3% sampai September 2016.

