ANALIS MARKET (23/5/2025): Ada Potensi Peningkatan Demand SBN Berdenominasi Rupiah

foto: ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, harga Surat Utang Negara (SUN) ditutup melemah pada sesi perdagangan kemarin (22/5).  

Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) naik sebesar 4 basis poin (bp) ke level 6,47%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0103) naik sebesar 3 bp ke level 6,83%.  

Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) naik sebesar 1 bp ke level 6,84%.  

Level yield curve SUN 10-tahun saat ini masih in line dengan estimated range di minggu ini, yaitu di kisaran 6,79%-6,99%. 

Volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp34,5 triliun kemarin, lebih tinggi dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp29,4 triliun.  

FR0104 dan FR0103 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing - masing sebesar Rp7,2 triliun dan Rp6,1 triliun.

Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp1,6 triliun. 

Data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS menguat 0,43%, bergerak dari level Rp16.399/US$ di hari Rabu menjadi Rp16.328/US$ kemarin. 

Dari pasar global, US Labor Department melaporkan bahwa initial jobless claims untuk minggu yang berakhir tanggal 17 Mei 2025 tercatat sebesar 227 ribu klaim, turun 2 ribu klaim dari pekan sebelumnya.

Angka tersebut lebih rendah dibandingkan estimasi para ekonom yang disurvey Reuters sebesar 230 ribu klaim. 

Selain itu, US House of Representative menyetujui rencana paket anggaran yang memberikan jalan bagi program-program President Trump.

Menurut Congressional Budget Office, rencana perpajakan dan belanja tersebut diperkirakan akan menambah defisit anggaran federal sebesar c.US$3,8 triliun selama sepuluh tahun kedepan.  

Indikator global menunjukkan sinyal yang cenderung sedikit positif bagi pasar obligasi, tercermin dari penurunan yield US Treasury (UST).

Yield curve UST 5-tahun turun sebesar 4bp menjadi 4,11%, dan yield curve UST 10-tahun turun sebesar 4bp menjadi 4,54%.

Sementara itu, Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia bertahan di level 84bp.

CDS 5-tahun Indonesia relatif stabil di kisaran 83-85bp selama 7 hari terakhir, mengindikasikan persepsi risiko investor global terhadap Indonesia relatif terjaga. 

Lonjakan yield di pasar global yang terjadi hari sebelumnya mungkin berpengaruh terhadap minat investor, namun penurunan yield UST diperkirakan dapat memberikan sentimen yang lebih baik.  

Dengan mempertimbangkan kondisi pasar di atas, BNI Sekuritas melihat adanya potensi peningkatan demand terhadap instrumen SBN berdenominasi Rupiah. Berdasarkan valuasi yield curve, BNI Sekuritas memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0094, FR0052, FR0091, FR0103,” sebut Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Jumat (23/5).