ANALIS MARKET (26/2/2025): Ada Potensi Peningkatan Volatilitas Harga dan Yield SBN Berdenominasi Rupiah

foto: ilustrasi (ist)
foto: ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, harga Surat Utang Negara (SUN) mengalami pelemahan pada perdagangan kemarin (25/2).

Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) naik sebesar 8 bp menjadi 6,61%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0103) naik sebesar 4 bp menjadi 6,81%.

Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) naik sebesar 7 bp menjadi 6,86%.

Level yield curve SUN 10-tahun saat ini masih in line dengan estimated range di minggu ini, yaitu di kisaran 6,71 - 6,91%.

Sedangkan volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp39,2 triliun kemarin, lebih tinggi dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp16,6 triliun.

FR0106 dan FR0104 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing - masing sebesar Rp8,4 triliun dan Rp6,2 triliun.

Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp3,5 triliun.

Data DJPPR menunjukkan total incoming bid pada lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) kemarin mencapai Rp19,9 triliun, lebih rendah dibandingkan lelang SBSN sebelumnya tanggal 11 Februari yang mencapai Rp30,3 triliun.

Dari ketujuh seri yang ditawarkan, Pemerintah menetapkan total amount awarded sebesar Rp12 triliun, lebih tinggi dibandingkan target indikatif Rp10 triliun.

Di sisi lain, data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah sebesar 0,57%, bergerak dari level Rp16.278/US$ di hari Senin menjadi Rp16.371/US$ di hari Selasa.

Dari eksternal, hasil survey the Conference Board menunjukkan US Consumer Confidence Index (CCI) pada bulan Februari 2025 memburuk ke level terendah dalam 8 bulan terakhir dan diiringi peningkatan ekspektasi inflasi selama 12-bulan kedepan.

CCI mencatatkan penurunan sebesar 8 poin menjadi 98,3, lebih rendah dibandingkan level 102,5 yang diekspektasi para ekonom yang disurvei Reuters.

Ekspektasi inflasi para konsumen meningkat dari 5,2% pada bulan Januari lalu menjadi 6,0%, level tertinggi sejak Mei 2023.

Indikator global menunjukkan sentimen yang cenderung mixed. Yield curve US Treasury (UST) 5-tahun turun sebesar 11bp menjadi 4,12%, dan yield curve UST 10-tahun turun sebear 10bp menjadi 4,30%.

Di sisi lain, Credit Default Swap (CDS) Indonesia melanjutkan tren peningkatan. CDS 5-tahun Indonesia meningkat sebesar 2bp menjadi 76bp.

Dibandingkan minggu lalu, CDS 5-tahun Indonesia telah meningkat sebesar 8bp.

“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang didiskusikan di atas, BNI Sekuritas melihat adanya potensi peningkatan volatilitas harga dan yield instrumen SBN berdenominasi Rupiah. Berdasarkan valuasi yield curve, BNI Sekuritas memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0090, FR0094, FR0104, FR0087,” sebut Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Rabu (26/2).