ANALIS MARKET (11/11/2025): IHSG Berpotensi Bullish
Pasardana.id – Riset harian Kiwoom Sekuritas menyebutkan, Pasar saham AS ditutup menguat tajam pada hari Senin (25/11/10), dipimpin oleh reli sektor Teknologi setelah Senat AS menyetujui langkah awal untuk mengakhiri penutupan pemerintah terlama dalam sejarah, yang telah berlangsung selama 41 hari dan menyebabkan gangguan besar pada layanan publik & data ekonomi.
S&P 500 naik 1,54%, Nasdaq Composite melonjak 2,27%, dan Dow Jones Industrial Average naik 0,81%.
Lonjakan ini menandai kenaikan harian terbesar bagi S&P 500 sejak Oktober.
Investor menyambut baik tanda-tanda kemajuan di Kongres, di mana Senat meloloskan pemungutan suara 60-40 untuk melanjutkan pembahasan RUU pendanaan pemerintah hingga 30 Januari 2026, dan menjamin subsidi pangan SNAP hingga September 2026.
Delapan senator Demokrat mendukung kompromi Partai Republik yang akan membuka jalan bagi perpanjangan subsidi perawatan kesehatan dan memastikan pekerja pemerintah yang dirumahkan akan dipekerjakan kembali.
Senat dan DPR diperkirakan akan menyelesaikan rancangan undang-undang ini minggu ini sebelum ditandatangani oleh Presiden Trump.
SENTIMEN PASAR: Optimisme pasar membaik karena potensi berakhirnya penutupan pemerintah membuka pintu bagi rilis data ekonomi utama yang tertunda, termasuk laporan pekerjaan bulan September. Morgan Stanley memperkirakan data akan dirilis sekitar 3 hari setelah penutupan pemerintah berakhir dan menunjukkan perlambatan perekrutan dengan hanya 50.000 pekerjaan baru dan pengangguran stabil di 4,3%. Data ini diharapkan menjadi referensi utama untuk keputusan Federal Reserve dalam pertemuan Desember mendatang.
-Federal Reserve menghadapi perbedaan internal yang tajam antara pejabat yang mendesak pemotongan agresif untuk meredam perlambatan ekonomi dan mereka yang menyerukan jeda sampai data pasca-penutupan tersedia. Powell menekankan bahwa keputusan Desember sepenuhnya bergantung pada data, dengan peluang pasar sekitar 60% untuk pemotongan 25bps, sementara Gedung Putih memperingatkan risiko resesi jika penutupan pemerintah berlanjut lebih lanjut.
-Sementara itu, Trump menegaskan kembali prioritas ekonominya melalui "dividen tarif" yang direncanakan senilai US$2.000 untuk rumah tangga Amerika. Meskipun menuai kritik karena inflasi yang masih tinggi dan defisit fiskal yang melebar, kebijakan ini mencerminkan strategi Trump untuk menjaga pertumbuhan ekonomi tetap tinggi meskipun ada risiko fiskal.
-Di tengah membaiknya sentimen pasar berkat potensi berakhirnya penutupan, Wall Street juga mencoba pulih dari tekanan sektor Teknologi minggu lalu, di mana Nasdaq turun 3%, S&P 500 turun 1,6%, dan Dow Jones terkoreksi 1,2%. Kekhawatiran atas valuasi sektor Teknologi mereda setelah Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC) melaporkan pertumbuhan pendapatan yang kuat pada bulan Oktober, yang menunjukkan permintaan chip berbasis AI tetap tinggi. Saham Palantir melonjak 8,8% dan Nvidia naik 5,8%, diikuti oleh kenaikan di ETF Roundhill “Mag 7”, menandai kenaikan terbesarnya sejak Mei.
PENDAPATAN TETAP & MATA UANG: Pasar obligasi AS melemah karena investor beralih ke aset berisiko. Imbal hasil Treasury AS 10-tahun naik 2,7 bps menjadi 4,12%, imbal hasil 30-tahun naik menjadi 4,71%, dan imbal hasil 2-tahun naik menjadi 3,595%.
-Dolar AS tetap relatif stabil, tetapi USD/JPY menembus di atas 154,11 di tengah melemahnya Yen setelah Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi mengisyaratkan dukungan untuk kebijakan fiskal yang lebih longgar dan kebijakan moneter yang kurang ketat. Mata uang berisiko menguat karena selera risiko global meningkat. Dolar Australia menguat 0,71% menjadi 0,6537, Dolar Selandia Baru menguat 0,32% menjadi 0,5644, dan Dolar Kanada menguat 0,22% menjadi C$1,402/USD. Euro melemah 0,05% menjadi 1,1559. Bitcoin menguat 1% menjadi US$105.550.
PASAR EROPA & ASIA: Saham Eropa melonjak menyusul penguatan global. DAX Jerman naik 1,8%, CAC 40 Prancis naik 1,3%, dan FTSE 100 Inggris naik 1,1%. Indeks STOXX 600 Eropa menguat 1,42%, dipimpin oleh sektor Teknologi dan Keuangan.
-Sementara itu, pasar di Asia beragam. Nikkei 225 Jepang naik 1,2%, KOSPI Korea Selatan melonjak 2,8%, dan Hang Seng Hong Kong naik 0,3%, dipimpin oleh rebound sektor Teknologi. SK Hynix dan Samsung Electronics naik 5% dan 2,3%, sementara Advantest Corp dan Tokyo Electron naik sekitar 4%. TSMC Taiwan juga naik 1%. Namun, saham Tiongkok tertahan meskipun inflasi Oktober berada di atas ekspektasi. IHK Tiongkok naik untuk pertama kalinya sejak Juni, didorong oleh konsumsi Golden Week, sementara PPI tetap terkontraksi selama 37 bulan berturut-turut. Pasar Australia menguat 0,7% didukung oleh kenaikan 1,8% saham ANZ Group Holdings setelah perusahaan tersebut menjanjikan pemangkasan biaya. Straits Times Singapura turun 0,8%, sementara indeks berjangka Nifty 50 India naik 0,4%.
KOMODITAS: Harga minyak berakhir lebih tinggi pada hari Senin setelah berfluktuasi sepanjang sesi. Minyak mentah WTI AS naik 0,64% menjadi US$60,13/barel dan BRENT naik 0,68% menjadi US$64,06/barel. Harga minyak didorong oleh kekhawatiran gangguan pasokan akibat sanksi baru AS dan serangan pesawat nirawak Ukraina terhadap kilang-kilang Rusia, meskipun ekspektasi kelebihan pasokan global membatasi kenaikan lebih lanjut.
-Harga EMAS menguat secara signifikan di tengah meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga dan melemahnya Dolar. Emas spot naik 2,82% menjadi US$4.111,58/oz, sementara emas berjangka AS naik 2,72% menjadi US$4.108,20/oz.
PERANG DAGANG: Hubungan AS-Tiongkok menunjukkan tanda-tanda membaik setelah dua laporan Reuters menyebutkan Beijing sedang mempersiapkan rezim perizinan baru untuk mempercepat ekspor logam tanah jarang, sementara Direktur FBI Kash Patel mengunjungi Tiongkok pekan lalu untuk membahas kerja sama penegakan hukum dan isu fentanil. Kedua negara mulai memperkuat fondasi perjanjian perdagangan yang sebelumnya disepakati oleh Presiden Trump dan Xi. Washington tampak puas dengan pelemahan Yuan secara bertahap terhadap Dolar, yang telah memperbaiki sentimen pasar.
AGENDA EKONOMI HARI INI: Data Perdagangan & Neraca Berjalan Jepang (September). Indeks Sentimen Ekonomi ZEW Jerman (November). Data Ketenagakerjaan dan Upah Inggris (September). Penjualan Ritel Indonesia (September).
INDONESIA: Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa optimistis target penerimaan pajak tahun 2025 sebesar Rp2.189,3 triliun dapat tercapai dengan mengoptimalkan sumber penerimaan dan menjaga integritas aparatur pajak, meskipun tantangan ekonomi membebani kinerja. Beliau menekankan bahwa kesulitan dalam mencapai target tersebut bukan disebabkan oleh lemahnya aparatur pajak melainkan memburuknya kondisi ekonomi, namun tetap yakin bahwa pemulihan sejak September akan mendukung hasil akhir tahun. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 6% pada tahun 2026 untuk memperkuat basis penerimaan, sementara Kadin Indonesia mencatat produktivitas harus ditingkatkan untuk mencapai pertumbuhan 8%. Kadin menyoroti kontribusi Total Factor Productivity (TFP) Indonesia yang masih mendekati nol dibandingkan dengan Vietnam dan Tiongkok, serta mendesak sinergi lintas sektor dan kerangka stimulus 8+4+5 untuk mempercepat peningkatan produktivitas nasional.
-Menteri Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa kebijakan redenominasi rupiah sepenuhnya berada di bawah kewenangan Bank Indonesia dan tidak akan dilaksanakan dalam waktu dekat, baik tahun ini maupun tahun depan. BI mengonfirmasi rencana redenominasi masuk dalam peta jalan legislasi 2025–2029 sebagai langkah penyederhanaan digit rupiah tanpa mengubah daya beli, sementara Istana Kepresidenan melalui Menteri Sekretariat Negara Prasetyo Hadi menyatakan belum ada langkah konkret yang diambil. Purbaya juga mengklarifikasi bahwa redenominasi berbeda dengan sanering karena tidak mengurangi nilai tukar maupun daya beli. Rencana tersebut sebelumnya muncul di bawah Menteri Keuangan Agus Martowardojo dan Sri Mulyani tetapi ditunda. Para ekonom meyakini redenominasi dapat memperkuat kredibilitas rupiah jika dijalankan dengan hati-hati, sementara Celios memperingatkan risiko inflasi jika diterapkan tanpa kesiapan dan komunikasi publik yang memadai.
INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN: IHSG sempat mencapai level tertinggi baru di 8.478,15 sebelum ditutup sedikit melemah di -3,35 poin / -0,04% ke 8.391,24, didukung oleh penguatan di sektor Teknologi +3,87%, Industri +3,0%, dan Properti +2,55%. IHSG juga didukung oleh aksi Beli Bersih Asing sebesar Rp416 miliar, dengan arus masuk asing terbesar pada saham-saham berikut: BREN BMRI BUMI HRTA FILM.
“Menyikapi beragam kondisi tersebut diatas, Kami masih menempatkan 8.600 sebagai TARGET IHSG terdekat (berdasarkan pola teknikal bullish CUP & HANDLE), yang mungkin tercapai sebelum akhir tahun, terutama jika aksi beli asing tetap konsisten. Disarankan untuk menerapkan Trailing Stop sebagai strategi paling bijaksana sambil menikmati tren kenaikan,” sebut analis Kiwoom Sekuritas dalam riset Selasa (11/11).

