ANALIS MARKET (22/8/2024) : Ada Potensi Peningkatan Volatilitas Harga dan Yield SBN Berdenominasi Rupiah

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Riset harian fixed income BNI Sekuritas memperkirakan, pada perdagangan kemarin (21/8), harga Surat Utang Negara (SUN) cenderung menguat.

Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) turun sebesar 1 basis poin menjadi 6,46%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) turun sebesar 4 basis poin menjadi 6,58%.

Sementara data Bloomberg menunjukkan level yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun sebesar 3 basis poin menjadi 6,61%.

“Level yield curve SUN 10-tahun saat ini telah turun ke bawah lower bound dari estimated range kami untuk minggu ini, yaitu di kisaran 6,64-6,84%,” sebut analis BNI Sekuritas dalam riset Kamis (22/8).

Sedangkan volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp21,4 triliun kemarin, lebih rendah dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp34,0 triliun.

FR0100 dan FR0103 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing - masing sebesar Rp5,3 triliun dan Rp2,4 triliun. Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp1,0 triliun.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Agustus 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,25%.

BI menilai, keputusan tersebut sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk penguatan lebih lanjut stabilisasi nilai tukar Rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025.

Bank Indonesia akan mengoptimalkan berbagai instrumen moneter pro-market, yaitu SRBI, SVBI, dan SUVBI untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dan pencapaian sasaran inflasi.

Hingga 19 Agustus 2024, posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI masing-masing tercatat sebesar Rp899,50 triliun, US$1,73 miliar, dan US$168 juta.

BI melihat penerbitan SRBI telah mendukung aliran masuk portofolio asing ke dalam negeri, tecermin dari kepemilikan nonresiden yang mencapai Rp243,27 triliun atau 27,04% dari total outstanding.

Data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah sebesar 0,41%, bergerak dari level Rp15.436/US$ di hari Selasa menjadi Rp15.499/US$.

Adapun dari eksternal, Indikator global menunjukkan sentimen yang cenderung mixed.

Yield curve US Treasury (UST) 5-tahun turun sebesar 6bp menjadi 3,64%, dan yield curve UST 10-tahun turun sebesar 3bp menjadi 3,79%.

Di sisi lain, Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia meningkat sebesar 1bp menjadi 71bp.

“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang didiskusikan di atas, kami melihat adanya potensi peningkatan volatilitas harga dan yield instrumen SBN berdenominasi Rupiah. Berdasarkan valuasi yield curve, kami memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0081, FR0042, FR0047, FR0071, FR0052, FR0085, FR0073, FR0054, FR0058, FR0074,” sebut analis BNI Sekuritas.