MenkopUKM Optimis Pedagang Pasar Bakal Tetap Ramai Meski TikTok Shop Ditutup
Pasardana.id - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM), Teten Masduki, merasa optimis para pelaku UMKM dalam negeri, termasuk pedagang konvensional, tidak akan terganggu dengan adanya perlarangan pemerintah kepada TikTok Shop.
Teten pun yakin, pelaku UMKM ini akan tetap ramai.
"Kita optimistis (pasar ramai lagi). Pertama gini, kita atur platform-nya jangan sampai platform ini terlalu dominan. kita ingin membangun playing field bisnis yang sama," ujarnya, di ICE BSD, Kamis (28/9).
Menteri Teten pun menegaskan, pemerintah memutuskan tidak boleh ada penggabungan sosial media dengan e-commerce karena punya potensi untuk memonopoli pasar.
Hal ini yang dinilai membuat pasar konvensional akhirnya kehilangan pembeli.
Karena itu, kata Teten, selain mengatur platform, pemerintah juga mengatur arus masuk barang impor.
Teten mencontohkan, aplikasi TikTok di China, Douyin, juga membatasi barang impor sehingga produk lokal menguasai pasar digital di sana.
"Pemerintah pagerin itu. Arus masuk barang ini kita masih terlalu longgar baik yang lewat ritel online, lewat platform digital crossborder, maupun lewat importasi biasa," ungkapnya.
Kemudian, pemerintah juga akan mengatur standar perdagangan barang impor melalui platform digital agar setara dengan kewajiban yang ditetapkan secara ketat kepada pelaku usaha dalam negeri, termasuk UMKM.
"Di online belum ada yang mengatur kalau produk gelap dari luar itu tidak disertai misal dokumentasi importasi, sementara UMKM kalau mau jualan harus urus standar dalam negeri, kalau tidak ditangkap polisi," sebut Teten.
Terakhir, dalam jangka menengah dan panjang, pemerintah akan menyiapkan produk-produk Indonesia bisa punya daya saing dengan produk internasional. Seluruh tahapan tersebut adalah bagian dari strategi transformasi dan digitalisasi industri dalam negeri.
Teten menilai, transformasi digital jika dibiarkan liar tanpa peraturan pemerintah akan menghantam sektor UMKM.
Aturan terkait pemisahan e-commerce dan media sosial ini bertujuan supaya disrupsi kepada UMKM lebih moderat.
"Kalau enggak, mati UMKM kita, 97 persen lapangan pekerjaan kita, orang Indonesia kerja di sektor mikro sama kecil. Produknya belum menggunakan teknologi produksi modern, harus dihadapkan dengan serbuan dari luar dengan produk yang sudah menggunakan AI. Mati kita!" tegasnya.
Karena itu, menurut Teten, ada dua platform digital yang memungkinkan importasi, yaitu Shopee dan Lazada.
Dia mengakui, pemerintah tengah membereskan masalah arus masuk barang impor di sana.
"Lalu lewat importasi biasa, ini kita sedang tata jangan sampai platform global melakukan penjualan barang yang sangat murah, melakukan predatory pricing karena memang barangnya juga masuknya tidak benar," tandasnya.