ANALIS MARKET (05/1/2022) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Menguat Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Selasa, 04/01/2022 kemarin, IHSG bergerak menguat 30 poin atau 0,45% menjadi 6.695. Sektor technology, financials, industrial, healthcare, consumer non cyclicals, dan energy, bergerak positif dan mendominasi kenaikan IHSG kali ini. Investor asing di seluruh pasar membukukan penjualan bersih senilai Rp545 miliar.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat terbatas dan ditradingkan pada 6.661 – 6.720. Hati hati ya, level baru akan diuji konsistensinya sehingga berpotensi tercipta koreksi,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (05/1/2022).

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;

1.MINYAK MELESAT!

Masih ingat pemirsa, cerita kita tentang minyak di awal tahun? Well, pada akhirnya harga minyak kembali berjalan lebih tinggi daripada yang diperkirakan, pasalnya ternyata pasokan global jauh lebih tipis daripada yang diperkirakan sebelumnya ditengah meredanya kekhawatiran atas gangguan pemulihan ekonomi oleh Omicron terhadap permintaan global. Untuk pertama kalinya, minyak Brent berada di level $80 per barel sejak bulan November akhir, begitupun juga dengan WTI. Meningkatnya mobilitas dan aktivitas pabrik di negara konsumen utama Asia dan berkurangnya persediaan minyak mentah di Amerika telah mendorong harga minyak konsisten untuk bergerak mengalami kenaikkan. Dengan permintaan masih tertahan akibat maju dan mundurnya Omicron, akhirnya sesuai dengan proyeksi kami dan consensus, OPEC+ setuju untuk melakukan peningkatan produksi sebesar 400.000 barel per hari yang akan dilakukan pada bulan February mendatang. Karena OPEC+ setuju untuk menaikkan permintaan produksi, harga juga menjadi jauh lebih tinggi karena mereka yakin prospek permintaan minyak mentah global tidak akan terganggu dengan kehadiran Omicron. OPEC+ melihat bahwa penawaran dan permintaan secara keseluruhan terlihat lebih baik saat ini. Tantangan terbesar selanjutnya adalah, apakah bisa para produsen untuk mendorong meningkatkan produksi, karena beberapa produsen berpotensi mengalami kesulitan ketika mendorong produksinya untuk mengalami kenaikkan, contohnya Nigeria dan Angola. Sejauh mata memandang, ternyata penyebaran Omicron yang begitu pesat, tidak membuat permintaan minyak berkurang. Komite Teknis OPEC+ melihat bahwa minyak akan mencatatkan surplus sebesar 1.4 juta barel per hari dalam 3 bulan pertama pada tahun 2022, atau 25% lebih rendah dari proyeksi bulan lalu. Namun tentu kita harus mengapresiasi bahwa OPEC+ pada akhirnya yakin untuk tetap berusaha memegang teguh rencananya secara bertahap untuk memulihkan produksi yang dimana sebelumnya terhenti karena pandemi. Konsumsi bahan bakar sejauh ini terus mengalami pemulihan sejak 2020 silam. Sejauh ini OPEC+ telah mendorong kembali 2/3 dari produksi mereka yang sebelumnya mereka hentikan pada tahap awal pandemi. Mereka berusaha untuk menjaga keseimbangan pasar, antara penawaran dan permintaan guna menjaga harga minyak yang lebih stabil tanpa harus mendorong harga minyak mengalami penurunan kembali. Meskipun demikian, sekalipun produksi ditingkatkan, namun mungkin tidak akan menyentuh 400.000, mungkin setengahnya atau bahkan mungkin lebih sedikit daripada yang diproyeksikan. Namun apapun itu, stabilnya harga minyak tentu akan memberikan salah satu dampak positive bagi kita semua, bahwa ada kemungkinan harga minyak di pasar akan mengalami penurunan sekalipun inflasi akan mengalami peningkatan seiring dengan konsistennya pembukaan perekonomian dan meningkatnya mobilitas masyarakat. Meskipun China mengalami tanda tanda perlambataan permintaan, namun kami yakin bahwa China akan segera pulih.

2.CERITA THE FED!

Sebentar lagi mungkin akan banyak kisah yang akan hadir dari The Fed, khususnya terkait dengan puncak acara dilantiknya Powell kembali pada tanggal 11 January 2022. Namun sebelum kita kesana, seperti biasa ada desas desus terkait dengan gossip kenaikkan tingkat suku bunga pada bulan January ini. Lho bukannya sudah pasti? Betul, memang sudah pasti, namun salah satu pertanyaan yang menarik adalah seperti ini. Seberapa banyak sih, The Fed akan menaikkan tingkat suku bunganya? Nah beberapa ada yang mengatakan 2x, hingga 4x. Tapi Presiden Fed, Neel Kashkari mengatakan bahwa dirinya mendukung penuh untuk kenaikkan tingkat suku bunga sebanyak 2x pada tahun ini untuk melawan risiko yang ditimbulkan oleh inflasi. Kashkari mengatakan bahwa dirinya telah memberikan usulan tersebut karena inflasi berpotensi bergerak lebih tinggi dan persisten daripada yang diharapkan saat ini. Inflasi bergerak cepat dan konsisten, bahkan pada akhirnya dapat berada di level tertinggi dalam kurun hampir 40 tahun terakhir. Namun tidak sedikit juga lho yang mengatakan bahwa masih banyak pejabat The Fed yang lebih suka menahan tingkat suku bunga acuannya mendekati nol setidaknya hingga 2023 berakhir. Namun hal yang berbeda justru ditunjukkan oleh Bank Sentral Kanada bahwa mereka akan mulai menaikkan tingkat suku bunga pada awal tahun ini. Saat ini investor, tampaknya di semua negara mulai mengesampingkan kekhawatiran mereka tentang Omicron. Hal ini yang membuat Bank Sentral Kanada semakin yakin untuk mulai menaikkan tingkat suku bunga mereka pada awal tahun ini. Setidaknya hingga saat ini, ada 2 moment 2 pertemuan yang berpotensi salah satunya akan mengalami kenaikkan, pertemuan bulan January atau bulan Maret. Hal ini akan menjadi keputusan penting bagi Bank Sentral Kanada, setidaknya mereka memiliki target tingkat suku bunga untuk berada di kisaran 1.5% pada akhir tahun ini.

3.INFLASI?

Kenaikan dari biaya energi dan bahan baku dinilai dapat menjadi trigger pada kenaikan inflasi di tahun 2022. Hal tersebut cukup terlihat dari kenaikan harga minyak goreng seiring dengan kenaikan harga CPO di pasar global. Selain itu, factor cuaca juga ikut memberikan kontribusi kenaikan pada harga cabai yang turut memberikan dampak pada kenaikan harga produksi. Kenaikan inflasi pada bulan Desember dinilai sebagai dampak dari cost push inflation dimana konsumsi masyarakat belum sepenuhnya pulih. Kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga gas untuk jenis non subsidi ukuran 5.5 kg dan 12 kg dinilai dapat mempengaruhi kenaikan inflasi dan juga pengeluaran masyarakat. Trend kenaikan harga energi dinilai sudah cukup terbatas di tahun ini, namun kebijakan pemerintah untuk menambah porsi subsidi dinilai dapat memberikan dampak pada konsumsi domestic. Dalam hal ini kami melihat dasar tarif listrik dan juga wacana penghapusan premium serta pertalite mampu memberikan dampak pada konsumsi masyarakat yang lebih besar di tahun 2022. Selain itu, kebijakan dari kenaikan PPN menjadi 11% dan juga cukai rokok dinilai ikut menopang kenaikan pada inflasi di tahun 2022. Sehingga dengan asumsi kenaikan dari biaya – biaya dasar tersebut, Kami melihat inflasi pada tahun 2022 dapat mencapai 3% hingga 4%.